Teori Sastra-Analisis Resepsi Sastra pada Puisi ‘Kepada Kawan’ oleh oleh Shafariana


Berikut lirik puisi yang akan dianalisis melalui analisis resepsi sastra dengan

Kepada Kawan                                                                                                               Oleh Chairil Anwar

Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat,
mencengkam dari belakang ‘tika kita tidak melihat,
selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa,
belum bertugas kecewa dan gentar belum ada,
tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam,
layar merah berkibar hilang dalam kelam,
kawan, mari kita putuskan kini di sini:
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!

Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan,
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu,
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju,
Jangan tambatkan pada siang dan malam
Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat,
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat.
Tidak minta ampun atas segala dosa,
Tidak memberi pamit pada siapa saja!

Jadi
mari kita putuskan sekali lagi:
Ajal yang menarik kita, ‘kan merasa angkasa sepi,
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!!





Analisis Puisi

I.     Lapis Bunyi
A.  Bait pertama
Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat,
mencengkam dari belakang ‘tika kita tidak melihat,
selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa,
belum bertugas kecewa dan gentar belum ada,
tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam,
layar merah berkibar hilang dalam kelam,
kawan, mari kita putuskan kini di sini:
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!
1.    Larik pertama
a.    Terdapat pengulangan bunyi [t] di akhir kata, pada kata mendekat dan mengkhianat.
b.    Terdapat pengulangan bunyi nasal [m] dan bunyi [ə] yang diikuti bunyi nasal yakni [n] dan [ŋ[ pada kata mendekat dan mengkhianat.
2.    Larik kedua
a.    Terdapat pengulangan bunyi nasal /ŋ/ pada kata mencengkam dan belakang.
b.    Terdapat aliterasi /t/ pada urutan kata dalam larik ini yakni ‘tika kita tidak melihat.
3.    Larik ketiga
a.    Terdapat asonansi /a/ pada larik ini yakni selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa.
b.    Aliterasi /d/ diikuti asonansi /a/ pada urutan kata dalam dada darah.
4.    Larik keempat
a.    Aliterasi /b/ yang diikuti asonansi /ə/ pada urutan  kata belum bertugas.
b.    Asonansi /ə/ pada kata belum, bertugas, kecewa, dan gentar.
c.    Asonansi /a/ pada kata bertugas, kecewa, dan, gentar,dan ada.
5.    Larik kelima
a.    Terdapat pengulangan bunyi [t] pada kata tidak dan tiba-tiba.
b.    Terdapat aliterasi /m/ pada urutan kata malam membenam.
c.    Terdapat asonansi /a/ pada larik ini yakni tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam.
6.    Larik keenam
a.    Terdapat asonansi /a/ pada larik ini yakni layar merah berkibar hilang dalam kelam.
b.    Terdapat aliterasi /r/ yang disertai atau menyertai bunyi /a/ pada urutan kata layar merah berkibar.
c.    Terdapat aliterasi /m/ di akhir kata yang didahului aliterasi /l/ dan asoansi /a/ pada urutan kata dalam kelam.

7.    Larik ketujuh
a.    Terdapat aliterasi /k/ pada awal kata pada urutan kata kita putuskan kini.
b.    Terdapat pengulangan bunyi [i] pada akhir kata pada urutan kata kini di sini
8.    Larik kedelapan
a.       Pengulangan bunyi [?] pada akhir kata yang didahului bunyi [I] pada kata menarik dan mencekik.
b.      Pengulangan urutan bunyi [i], [r], [i] pada akhir kata pada urutan kata diri sendiri.
B.  Bait kedua
Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan,
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu,
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju,
Jangan tambatkan pada siang dan malam
Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat,
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat.
Tidak minta ampun atas segala dosa,
Tidak memberi pamit pada siapa saja!
1.    Larik kedua
a.    Terdapat aliterasi /s/ pada larik ini yakni isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan.
b.    Terdapat asonansi /a/ pada urutan kata gelas sepenuhnya lantas kosongkan.
2.    Larik ketiga
Pengulangan bunyi setiap dua kata dalam larik ini, yakni:
a.    Bunyi [ə] pada urutan kata tembus jelajah.
b.    Bunyi [i] pada urutan kata dunia ini.
c.    Bunyi [a] pada urutan kata dan balikkan.
3.    Larik keempat
a.    Terdapat aliterasi /p/ pada urutan kata dalam larik ini yakni peluk kucup perempuan.
b.    Terdapat asonansi /u/ pada kata peluk, kucup, perempuan, kalau, dan merayu.
4.    Larik kelima
a.    Terdapat asonansi /a/ pada urutan kata dalam larik ini yakni kuda yang paling liar, pacu laju.
b.    Terdapat pengulangan urutan bunyi [l] dan [i] pada kata pilih, paling, dan liar.
5.    Larik keenam
a.    Terdapat asonansi /a/ pada larik ini yakni jangan tambatkan pada siang dan malam.
b.    Terdapat aliterasi /n/ pada urutan kata jangan tambatkan.
6.    Larik kedelapan
a.    Terdapat asonansi /a/ pada larik ini yakni hancurkan lagi apa yang kau perbuat.
b.    Terdapat asonansi /u/ pada kata hancurkan, kau, dan perbuat.

7.    Larik kesembilan
Aliterasi /s/ pada urutan kata sonder pusaka, sonder.
8.    Larik kesepuluh
a.    Terdapat asonansi /a/ pada larik ini yakni tidak minta ampun atas segala dosa.
b.    Terdapat aliterasi /s/ pada urutan kata atas segala dosa.
c.    Terdapat aliterasi /n/ pada urutan kata minta ampun.
9.    Larik kesebelas
a.    Terdapat asonansi /i/ pada kata tidak, memberi, pamit, dan siapa.
b.    Terdapat aliterasi /p/ pada urutan kata pamit pada siapa.
C.  Bait ketiga
Jadi
mari kita putuskan sekali lagi:
Ajal yang menarik kita, ‘kan merasa angkasa sepi,
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!!
1.    Larik kedua
a.    Terdapat asonansi /a/ pada larik ini yakni mari kita putuskan sekali lagi.
b.    Terdapat asonansi /i/ pada kata mari, kita, sekali, dan lagi.
c.    Terdapat aliterasi /l/ pada urutan kata sekali lagi.
d.   Terdapat aliterasi /k/ pada urutan kata kita putuskan sekali.
2.    Larik ketiga
a.    Terdapat asonansi /a/ pada kata ajal, yang, menarik, kita, ‘kan, merasa, angkasa.
b.    Terdapat aliterasi /s/ pada urutan kata merasa angkasa sepi.
c.    Terdapat aliterasi /k/ pada urutan kata menarik kita, ‘kan.
3.    Larik keempat
a.    Terdapat asonansi /i/ pada kata sekali, lagi, dan sebaris.
b.    Terdapat pengulangan bunyi [l] pada kata sekali dan lagi.
c.    Terdapat asonansi /a/ pada larik ini yakni sekali lagi kawan, sebaris lagi.
4.    Larik kelima
a.    Terdapat asonansi /a/ pada larik ini yakni tikamkan pedangmu hingga ke hulu.
b.    Terdapat aliterasi /ŋ/ pada urutan kata pedangmu hingga.
c.    Terdapat kolaborasi bunyi nasal yakni [m], [n], dan [ŋ] pada urutan kata tikamkan pedangmu.

II.  Lapis Arti
A.  Bait pertama
Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat,
mencengkam dari belakang ‘tika kita tidak melihat,
selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa,
belum bertugas kecewa dan gentar belum ada,
tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam,
layar merah berkibar hilang dalam kelam,
kawan, mari kita putuskan kini di sini:
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!
1.    Larik pertama
Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat berarti sebelum kematian tiba waktunya atau datang menghampiri dan tidak setia pada kehidupan.
2.    Larik kedua
Mencengkam dari belakang ‘tika kita tidak melihat berarti menggenggam dengan erat tanpa diketahui pada saat kita tidak memperhatikan, legah, atau tidak waspada terhadap kematian.
3.    Larik ketiga
Selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa berarti selama semangat untuk hidup masih ada pada raga atau fisik, jiwa dan batin.
4.      Larik keempat
Belum bertugas kecewa dan gentar belum ada berarti kekecewaan dan keputus-asaan tentang hidup belum timbul.
5.      Larik kelima
Tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam berarti mengingat atau sadar bahwa kematian datang secara tiba-tiba.
6.      Larik keenam
Layar merah berkibar hilang dalam kelam berarti kehidupan yang sedang berlangsung hilang bersama datangnya kematian.
7.      Larik ketujuh
Kawan, mari kita putuskan kini di sini berarti kawan, putuskan saat ini dan di tempat ini.
8.      Larik kedelapan
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri! berarti kematian sendiri yang datang kepada kita, menarik kita dari kehidupan, dan membunuh diri kita sendiri.
B.  Bait kedua
Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan,
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu,
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju,
Jangan tambatkan pada siang dan malam
Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat,
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat.
Tidak minta ampun atas segala dosa,
Tidak memberi pamit pada siapa saja!
1.    Larik pertama
Jadi berarti oleh karena itu.
2.    Larik kedua
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan berarti carilah bekal kehidupan sebanyak-banyaknya kemudian digunakan.
3.    Larik ketiga
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan berarti telusuri hidup atau jalani hidup dari dua sisi.
4.    Larik keempat
Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu berarti rangkul dan cium perempuan dan tinggalkan apabila perempuan itu merasa pilu
5.    Larik kelima
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju berarti pilihlah suatu hal yang dijadikan sebagai tunggangan yang dianggap tidak dapat diatur oleh orang lain dan membuat hal tersebut berfungsi dengan cepat.
6.    Larik keenam
Jangan tambatkan pada siang dan malam berarti tidak menggantungkan atau mengharapkan  hal tersebut pada waktu.
7.      Larik ketujuh
Dan berarti selain itu.
8.      Larik kedelapan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat berarti rusak apa yang telah dilakukan, dijalankan, atau disusun.
9.      Larik kesembilan
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat berarti lenyap barang berharga atau harta dan keluarga.
10.  Larik kesepuluh
Tidak minta ampun atas segala dosa berarti tidak meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat.
11.  Larik kesebelas
Tidak memberi pamit pada siapa saja berarti tidak meminta diri untuk pergi kepada siapa pun.
C.  Bait ketiga
Jadi
mari kita putuskan sekali lagi:
Ajal yang menarik kita, ‘kan merasa angkasa sepi,
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!!
1.    Larik pertama
Jadi berarti oleh karena itu.
2.    Larik kedua
Mari kita putuskan sekali lagi berarti mari menentukan lagi.
3.    Larik ketiga
Ajal yang menarik kita, ‘kan merasa angkasa sepi berarti kematian sendiri yang datang kepada kita, menarik kita dari kehidupan, saat itu dunia akan merasa menjadi sepi, sunyi, atau tenang.
4.    Larik keempat
Sekali lagi kawan, sebaris lagi berarti masih ada lagi satu.
5.    Larik kelima
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu berarti tusukkan pedangmu ke anggota tubuh atau bunuh dengan pedang.
6.    Larik keenam
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu berarti kepada orang yang membuat kerusakan atau membuat kesalahan atau membuat noda pada kejujuran yang manis tetapi sedikit pahit.

III.             Lapis Imajinasi Pengarang
Berdasarkan hasil dari analisis pada lapis arti diatas dapat disimpulkan imajinasi pengarang sebagai berikut.
Pengarang beranggapan bahwa sebelum kematian tiba waktunya atau datang menghampiri dan tidak setia pada kehidupan, yang menggenggam dengan erat tanpa diketahui pada saat kita tidak memperhatikan, legah, atau tidak waspada terhadap kematian. Selama semangat untuk hidup masih ada pada raga atau fisik, jiwa dan batin serta kekecewaan dan keputus-asaan tentang hidup belum timbul. Jangan lupa untuk mengingat atau sadar bahwa kematian datang secara tiba-tiba. Kehidupan yang sedang berlangsung hilang bersama datangnya kematian. Pengarang mengajak kawan, untuk memutuskan di tempat ia berada pada saat ini bahwa kematian sendiri yang datang kepada kita, menarik kita dari kehidupan, dan membunuh diri kita sendiri. Oleh karena itu, carilah bekal kehidupan sebanyak-banyaknya kemudian digunakan, telusuri hidup atau jalani hidup dari dua sisi, rangkul dan cium perempuan dan ditinggalkan apabila perempuan itu merasa pilu, pilihlah suatu hal yang dijadikan sebagai tunggangan yang dianggap tidak dapat diatur oleh orang lain dan menjadikan hal tersebut berfungsi dengan cepat. Namun, tidak menggantungkan atau mengharapkan  hal tersebut pada waktu. Selain itu, rusak apa yang telah dilakukan, dijalankan, atau disusun, hilangkan harta benda dan keluarga, tidak meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat, tidak meminta diri untuk pergi kepada siapa pun. Oleh karena itu, mari menetapkan atau menentukan lagi bahwa kematian sendiri yang datang kepada kita, menarik kita dari kehidupan, dan saat itu dunia merasa menjadi sepi, sunyi, atau tenang. Dan terakhir tusukkan pedang ke anggota tubuh atau bunuh dengan pedang kepada orang yang membuat kerusakan atau membuat kesalahan atau membuat noda pada kejujuran yang manis tetapi sedikit pahit.

IV.             Lapis Dunia Implisit
A.  Bait pertama
Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat,
mencengkam dari belakang ‘tika kita tidak melihat,
selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa,
belum bertugas kecewa dan gentar belum ada,
tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam,
layar merah berkibar hilang dalam kelam,
kawan, mari kita putuskan kini di sini:
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!
Pada bait pertama ini tersirat bahwa pesan pengarang kepada pembaca yang digambarkan sebagai kawan yakni sebelum kematian datang pada saat kita masih bersemangat untuk hidup, kita tidak boleh lupa akan kematian. Kita harus tahu bahwa kematian datang dengan sendiri kepada kita.
B.  Bait kedua
Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan,
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu,
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju,
Jangan tambatkan pada siang dan malam
Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat,
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat.
Tidak minta ampun atas segala dosa,
Tidak memberi pamit pada siapa saja!
Pada bait kedua ini tersirat bahwa banyak hal yang dapat dilakukan sebelum kematian itu datang kepada kita. Hal itu antara lain mempersiapkan bekal yakni ilmu dan memanfaatkannya semaksimal mungkin, menjalani kehidupan dengan melakukan perjalanan dan mendapat pengalaman, tidak lupa pula pada kehidupan asmara atau hasrat cinta, dan memacu diri untuk tetap bersemangat dan motivasi tanpa bergantung pada apapun. Selain itu, setelah apa yang dilakukan kita boleh menghancurkannya, tidak peduli atau tidak memikirkan harta benda dan keluarga, tidak perlu meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan kepada seseorang, dan tidak perlu meminta ijin untuk melakukan suatu hal.
C.  Bait ketiga
Jadi
mari kita putuskan sekali lagi:
Ajal yang menarik kita, ‘kan merasa angkasa sepi,
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!!
Pada bait ketiga ini tersirat bahwa kita harus tahu kematian akan datang kepada kita dan akhirnya dunia menjadi sepi karena kekurangan satu penghuninya. Namun, tetap kita harus junjung dalam kehidupan ini yakni kebenaran atau kejujuran.

V.  Lapis Metafisis
Puisi ‘Kepada Kawan’ karya Chairil Anwar menceritakan tentang nasihat pengarang. Nasihat ini ditujukan kepada semua orang khususnya pembaca yang digambarkan sebagai kawan. Nasihat ini berisi hal yang dilakukan dalam mengisi kehidupan baik itu bersifat positif ataupun bersifat negatif sebelum kematian datang menghampiri kita. Namun, hal yang harus dipegang teguh adalah kejujuran atau kebenaran.

VI.             Lapis Estetika
Berikut ini penggunaan kata pada puisi ‘Kepada Kawan’ karya Chairil Anwar yang berkaitan dengan lapis estetika.
1.    Kata ‘tika yang seharusnya dituliskan secara lengkap yakni ketika. Namun hal ini, dilakukan agar timbul eufoni dan sebagai bentuk permainan bunyi dengan kata selanjutnya yakni kata kita sehingga urutan kata menjadi ‘tika kita.
2.    Kata ‘kan yang seharusnya dituliskan akan, denga tujuan agar menimbulkan eufoni.
3.    Kata kucup seharusnya ditulis cium, namun hal ini dilakukan agar terdapat aliterasi /p/ dalam urutan kata peluk kucup perempuan sehingga menimbulkan eufoni. Kata kucup juga asing terdengar karena kata tersebut saat ini lebih diketahui dengan kata kecup, hal ini dilakukan agar lebih terlihat puitis.
4.    Kata sonder yang asing di telinga sebagai kata lain dari kata tanpa. Namun, hal ini agar lebih puitis dan meningkatkan daya tarik puisi.
5.    Kata mengairi yang bermakna konotasi yakni memalsukan. Hal ini dilihat dari urutan kata selanjutnya yakni kemurnian madu yang bermakna konotasi kejujuran yang manis tetapi juga terasa sedikit pahit.
6.    Penggunaan urutan kata layar merah berkibar bermakna konotasi yakni kehidupan yang sedang berlangsung.
7.    Permainan bunyi /d/ pada urutan kata dalam dada darah, permainan bunyi /p/ pada urutan kata peluk kucup perempuan dan pamit pada siapa, dan permainan bunyi /s/ pada urutan kata atas segala dosa.

Komentar

  1. Jelas sekali, terima kasih atas analisis yang sangat jelas dan bermanfaat untuk saya memahami puisi Kepada Kawan ini ka 💜

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahasa Daerah Makassar

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia

Apresiasi Puisi Indonesia