Bahasa Daerah Makassar


Pengertian Makassar dan Dialek Bahasa Makassar
oleh Shafariana, dkk
I.          Pendahuluan
Bahasa merupakan alat komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam berintraksi dengan tujuan untuk menyampaikan ide, gagasan, pesan, ataupun informasi. Salah satu ciri bahasa yakni unik. Hal ini dikarenakan antara suatu negara, bangsa, bahkan daerah memiliki bahasa yang berbeda.
Kita yang berkewarganegaraan Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional sekaligus bahasa negara. Indonesia yang merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari berbagai daerah, maka Indonesia memiliki berbagai kebudayaan yang beragam termasuk bahasanya. Setiap daerah di Indonesia memiliki sebuah bahasa yang menjadi ciri khas daerah tersebut yang umumnya disebut bahasa daerah.
Salah satu daerah atau wilayah bagian Indonesia yang memiliki bahasa daerah adalah Sulawesi Selatan. Bahasa daerah di Sulawesi Selatan secara umum ada dua yakni bahasa Bugis dan bahasa Makassar. Kedua bahasa itu hampir sama dan juga memiliki beberapa dialek.
Pembahasan mengenai bahasa daerah sangat luas mengingat kita berada di Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai daerah. Oleh karena itu, kami sebagai penulis makalah ini hanya akan membahas tentang salah satu bahasa daerah di Sulawesi Selatan yakni bahasa Makassar. Adapun makalah ini hanya berisi pengantar terhadap bahasa Makassar  atau lebih tepatnya pengenalan tentang bahasa Makassar.

II.       PEMBAHASAN
A.    Pengertian Makassar
Makassar merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Gowa pada masa lampau dan sekarang menjadi ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Penamaan Makassar dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:
1.      Segi Etimologi
Dari segi etimologi kata “Makassar” berasal dari kata “Mangkasarak” yang terdiri atas dua morfem, yaitu morfem ikat “mang” dan mofem bebas “kasarak”.
Morfem terikat “mang” mengandung arti:
a.    Memiliki sifat seperti yang terkandung dalam kata dasarnya.
b.    Menjadi atau menjelmakan diri seperti yang dinyatakan oleh kata dasarnya.
c.    Namun, (bila diikuti kata ganti persona)
Morfem bebas “kasarak” mengandung arti:
a.    Terang, nyata, jelas, tegas.
b.    Tampak (dari penjelman)
c.    Besar (lawan kecil atau halus).
Perhatikan pemakaian morfem bebas “kasarak” dalam kalimat berikut!
·      Akkasarakmi angkanaya...
Artinya: jelaslah (nyatalah) bahwa...
·      Akkasaraki  jinga = aknyatai jinga
Artinya: jin menjelma (menampakkan dirinya dari tak kelihatan menjadi kelihatan)
·      Kasarakna ngaseng jukuk boluna.
Artinya: besar-besar semua ikan bandengnya.
Berdasarkan tinjauan etimologi, kata “Mangkasarak” mengandung arti memiliki sifat besar (mulia) dan berterus terang.
Sebagai nama, berartilah tempat atau orang yang memiliki sifat atau karakter tersebut, yaitu orang besar (mulia, baik-baik), orang berterus terang (jujur) sebagaimana di bibir begitu pula di hati.
Dalam arti nyata, jelas atau terus terang ini terkandung pula arti tegas dan berani. Kalau seorang berkata “sikasa-kasariang” atau “sikasarrang” maksudnya, dia mengatakan saja terus terang dengan penuh tanggung jawab, bersedia memikul segala konsekuensinya. Ia konsekuen dan tidak mempedulikan atau memperhitungkan apa yang akan terjadi padanya, baik atau buruk, untung atau rugi, mati atau hidup. Kalau kesabaran dan kebijaksanaan serta toleransi yang ada padanya telah habis, maka ia berpegang saja pada “sekre-sekrea” (nasib).
Dalam ungkapan “akkana Mangkasarak” maksudnya, berkata terus terang, namun pahit dengan penuh keberanian dan rasa tanggung jawab.
Berdasarkan pengertian di atas dapatlah dikenal bahwa orang Makassar itu kalau ia diperlakukan baik, ia lebih baik; kalau ia diperlakukan dengan halus, ia lebih halus, dan kalau dihormati, ia lebih hormat, dan tahu membalas budi. Kalau orang menunjukkan padanya hati yang baik, kejujuran, kehalusan budi, dan hormat, maka ia membalas lebih dari itu. Tetapi, kalau dihadapi dengan kecongkakan atau kekejaman, ia lebih congkak atau lebih kejam.
Sesungguhnya suku bangsa Mangkasarak itu mempunyai karakter tegas dan berani serta bersedia memikul segala konsekuensi dari setiap kata dan perbuatannya. Hal ini dapat dijumpai pula dalam kelong, antara lain :
-Takunjungak bangung turuk
 Na kugincirik gulingku
 Kualleanna
 Tallanga na toalia.
Secara harfiah, terjemahannya adalah :
Tak begitu saja aku mengikut angin
Dan aku putar kemudiku
Lebih baik aku pilih
Tenggelam daripada kembali
-Kubantunna sombalakku
 Kutantang baya-bayaku
 Takminasayak
 Towali tannga dolangang.
Secara harfiah, terjemahannya adalah :
Bila layar (ku) telah kupasang
Temali (ku) telah kurentang
Aku tak berharap
Kembali dari tengah lautan.
Secara bebas kelong di atas diterjemahkan oleh sastrawan sebagai berikut :
Bila layar telah terbentang
Dan kemudi telah terpasang
Biarkan topan dan badai menghantam
Pantang biduk surut ke pantai.
Selanjutnya, kelong berikut menggambarkan bahwa karakter suku Makassar yang suka berterus terang.
Sampang tea kana teak
Kanako talaerokak
Na kubiluki
Tumakkana sikalia
‘Kalau tidak mau katakan aku tidak mau
Katakanlah bahwa aku memang tidak mau
Supaya aku mencari
Orang hanya sekali berkata’
Secara bebas dapat diterjemahkan :
Jika Anda menolak atau tidak setuju terhadap sesuatu,
Katakanlah secara jujur dan terus terang
Supaya aku mencari yang lain
Dalam paruntuk kana (peribahasa) banyak sekali sifat yang demikian ini diungkapkan diantaranya, kontunna passok kala lempeka, artinya biarlah pesuk (lekuk-lekuk, ronyok) daripada membengkok (yang memungkinkan patah).
2.      Segi Terminologi
Dari segi terminologi kata “Mangkasarak” mengandung arti :
a.    Nama suku bangsa bersama semagat dan kebudayaan yang dimilikinya termasuk bahasa yang dipakainya dalam pergaulan sehari-hari beserta daerah yang didiaminya yang terletak di bagian selatan jazirah Sulawesi Selatan.
b.    Nama kerajaan yang terdapat di Indonesia Bagian Timur yang puncak kejayaannya diletakkan oleh pahlawan nasional Sultan Hasanuddin, juga dinamai Kerajaan Gowa.
c.    Nama selat yang terletak di antara pulau Kalimantan dan pulau Sulawesi.
d.   Nama kota yang letaknya kena persimpangan 5 1/8° LS dan 119 ½° BT yang sejak permulaan abad ke-16 telah dikenal oleh dunia Internasional sebagai ibu negeri Kerajaan Gowa dan sampai sekarang merupakan kota terbesar di Indonesia Bagian Timur.
3.      Segi Mitos
Dari sejumlah informan penulis mendapat penjelasan bahwa pengkhususan atau terpaterinya dalam hati rakyat nama Makassar (Mangkasarak) sebagai ibu negeri kerajaan Gowa ini (namun sebelumnya telah dipakai orang), berhubungan erat dengan peristiwa yang dialami oleh seorang raja di Tallo. Peristiwa tersebut adalah sebagai berikut.
Pada suatu hari, petugas istana melaporkan kepada Raja Tallo bahwa di tepi pantai sebelah barat ada orang memakai baju panjang (jubah). Ia melakukan gerakan-gerakan tertentu, tegak, bungkuk, duduk, dan lain-lain. Diceritakan oleh petugas istana itu semua yang dilihatnya.
Setelah mendengar berita itu, raja pun bersiap-siap kemudian keluar dari istana hendak menyaksikan orang itu, beliau sangat khawatir akan keberadaan orang itu. Tidak jauh dari istana, raja pun bertemu dengan seorang orang tua. Orang tua itu menyapa raja dan menanyakan maksudnya. Setelah raja memberitahukannya, berkatalah orang tua itu: “Wahai raja, orang yang di tepi pantai itu orang sakti, kalau raja hendak menundukkan dia, marilah saya beri ilmu lebih dahulu. Tangan raja akan saya tulisi, perlihatkanlah kepadanya, niscaya tundukklah ia.”
Orang itu berjabat dengan raja. Sesudah itu, tampaklah tulisan kalimat syahadat (ada yang mengatakan Fatihah) di tangan raja, dan orang tua itu pun lenyap. Raja melanjutkan perjalanannya. Setelah sampai di pantai, raja memperlihatkan tulisan yang ada di tangannya kepada orang tua itu. Orang tua itu menjabat tangan raja sambil mengatakan “Selamatlah dan berbahagialah Engkau wahai raja, karena Engkau telah memegang agama Allah dan kedatangan saya ke mari ialah untuk mengajarkan agama Allah.”
Kemudian raja pun mengambil kesimpulan dan mengatakan “Nakbia akkasara” artinya nabi yang menjelma atau menampakkan diri (yang dimaksudkan ialah orang tua yang lenyap tadi). Tempat nabi “akkasarak” ini dinamai Mangkasarak (Makassar).
4.      Segi Sejarah
Berdasarkan bahan-bahan tertulis yang dijumpai oleh penulis dan masih banyak lagi yang belum dijumpai dapatlah diketahui bahwa nama “Makassar” baik sebagai nama suku bangsa, kerajaan, dan selat, maupun sebagai nama kota, telah dikenal oleh dunia internasional sejak dahulu.
Hal ini dapat disaksikan dari serpihan sejarah antara lain sebagai berikut:
a.    Dalam syair ke-14 Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca (1364) nama ‘Makassar’ telah tercantum.
“...Ikang saka sanusanusa Makassar Buton Banggawi Kunir Ggliyago mwang i (ng) Salaya Symba Solot Unar mwah tikang i wandan Ambwa Maloko Wwanin ri Seran i Timur Makandinin angeka nusatutur” 1)
b.    Dalam sejarah Melayu, Kissa XIX, tersebut pula nama ‘Makassar’.
c.    Mulai abad ke-16, Makassar sebagai ibu kota Kerajaan Gowa menjadi pusat perdagangan rempah-rempah yang penting di bagian timur kepulauan Indonesia tempat bangsa Portugis, Belanda, Inggris, dan Denmark berdagang.
d.   Pada abad ke-17, Makassar sebagai ibu negeri Kerajaan Goa memberi bahan makanan yang melimpah terutama padi. Karena letaknya begitu baik sehingga menjadi tempat perdagangan rempah-rempah dari Maluku yang diangkut oleh pelaut Bugis dan dibeli oleh bangsa Portugis.
e.    Sesudah melakukan perjalanan selama 26 hari, tepatnya tanggal 19 Desember 1666, Makassar pada waktu itu mulai kelihatan jauh lebih milita daripada sebelumnya.
Di sebelah utara terletak Fort Rotterdam yang sekarang bernama Benteng Ujung Pandang (Jumpandang). Di sebelah selatannya, di pesisir pada jarak ± 2 1/2 mil, di antara kedua muara sungai Gowa (Jeneberang), terdapat keraton raja Gowa yang sangat diperkuat, Somba Opu namanya; lebih ke selatan dari keraton itu terdapat benteng Panakukkang. Sebuah tembok yang menghubungkan, baik ke utara dengan Ujung Pandang, maupun ke selatan dengan Panakukkang.
Ibu kota Makassar merupakan sekumpulan (kompleks) ratusan kampung yang diduga diberi nama Makassar oleh orang-orang asing. Oleh karena itu, pada abad ke-17 jauh lebih luas lagi dari tempat kedudukan gubernur dan daerah taklukannya.
f.     Inilah perjanjian-perjanjian Karaeng Matoaya dengan Inggris dan Belanda. Pada waktu Inggris dan Belanda mulai berdiam di Makassar, maka raja berkata:
“Engkau tidak boleh menginginkan kecilku (mungkin maksudnya ‘rakyatku’). Engkau tak boleh mengambil ‘sesuatu’ dari pelabuhanku, walaupun bedilmu. Engkau tak ‘boleh’ hadapkan kepadaku senjatamu.
Aku ambil kepala neracamu, cukaimu kalau pergi.
Kalau ada kapalmu dari Inggris, dari Belanda memberi bedil besar dan mesin. Kalau Karaeng datang ke rumahmu, upacarai. Kalau syahbandar datang ke rumahmu beri persalin.
Kalau datang kapalmu, membawalah (memberilah) antara kepada raja. Dan kalau berselisih paham aku minta diri, dan Engkau pergi. Engkau tak boleh menaikkan (menyimpan) meriam di rumahmu. Engkau tak boleh memuat kota, gedung. Engkau datang dari (benua) Barat, Engkau pergi ke (benua) Timur (Ada orang menafsirkan maksudnya: Engkau datang di musim hujan, kembalilah di musim kemarau (Basang, 1985)).
B.     Wilayah Pemakaian dan Dialek Bahasa Makassar
Bahasa Makassar adalah salah satu bahasa daerah yang dipakai oleh suku bangsa Makassar yang mendiami bagian selatan jazirah Sulawesi Selatan. Menurut Kaseng (1978:13) wilayah pemakaian bahasa Makassar meliputi:
1.    Sebagian Kabupaten Pangkep
2.    Sebagian Kabupaten Maros
3.    Kota Madya Ujung Pandang
4.    Kabupaten Gowa
5.    Kabupaten Takalar
6.    Kabupaten jeneponto
7.    Kabupaten Bantaeng
8.    Sebagian Kabupaten Bulukumba
9.    Sebagian Kabupaten Sinjai
10.               Kabupaten Selayar
11.               Sebagian Kabupaten Bone.
Mengingat pemakaian bahasa Makassar yang cukup luas maka terdapat perbedaan tuturan antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Perbedaan tuturan yang disebabkan oleh perbedaan letak geografis disebuat dialek. Menurut Pelenkahu (1974) bahasa Makassar terdiri dari lima dialek, yaitu bahasa Makassar dialek (BMDL).
1.        Lakiung
Dialek bahasa Makassar yang digunakan oleh masyarakat penutur bahasa Makassar yang berdomisili di Kabupaten Gowa, Kota Makassa, Maros, dan Pangkajeknek Kepulauan. Menurut masyarakat Makassar, dialek ini diaggap dialek yang baku atau standar karena dialek ini digunakan sebagai alat komunikasi resmi pada masa pemerintahan Kerajaan Gowa. Lakiung adalah tempat yang menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Gowa pada masa lampau.
2.        Duri
Dialek bahasa Makassar yang digunakan oleh masyarakat penutur bahasa Makassar yang berdomisili di Kabupaten Enrekang.
3.        Turatea
Dialek bahasa Makassar yang digunakan oleh masyarakat penutur bahasa Makassar yang berdomisili di Kabupaten Jeneponto.
4.        Bantaeng
Dialek bahasa Makassar yang digunakan oleh masyarakat penutur bahasa Makassar yang berdomisili di Kabupaten Bantaeng.

5.        Konjo
Dialek bahasa Makassar yang digunakan oleh masyarakat penutur bahasa Makassar yang berdomisili di Kabupaten Bulukumba dan sebagian Kabupaten Gowa.
6.        Selayar
Dialek bahasa Makassar yang digunakan oleh masyarakat penutur bahasa Makassar yang berdomisili di Kabupaten Selayar.
















III.  Penutup
Makassar merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Gowa pada masa lampau dan sekarang menjadi ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Penamaan Makassar dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu etimologi, terminologi, mitos, dan sejarah. Penamaan Makassar dari segi etimologi, Makassar berasal dari kata ‘Mangkasarak’ yang terdiri dari morfem ‘mang’ dan morfem ‘kasarak’. Sementara dari segi terminologi, kata ‘Mangkasarak’ terdapat pada nama suku bangsa, nama kerajaan, nama selat, dan nama kota. Dari segi mitos, nama ‘Mangkasarak’ memiliki hubungan erat dengan peristiwa yang dialami oleh seorang raja di Tallo. Sementara dari segi sejarahnya, nama ‘Mangkasarak’ telah dikenal sejak dahulu ditingkat nasioal ataupun internasional dalam syair, sejarah Melayu, puncak perdagangan di Indonesia Timur,  dan lain-lain. Adapun bahasa Makassar memiliki beberapa dialek, yakni dialek lakiung, dialek duri, dialek turatea, dialek bantaeng, dialek konjo, dan dialek selayar.

DAFTAR PUSTAKA

Daeng, Kembong dan Muh. Bachtiar Syamsuddin. 2013. Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Makassar. Makassar: UNM

Komentar

  1. Izin copas bagian mitosnya bang🙏

    BalasHapus
  2. CV Bahagia Sukses Makmur menerima jasa pembuatan Blower Industri yang berbagai macam tipe dan harga terjangkau yang pastinya memiliki kualitas produk yang sangat baik. Perusahaan kami sudah tersebar luas dan sudah memiliki konsumen lebih dari seribu dan kami menerima pesanan diseluruh Indonesia, sebagai Perusahaan Swasta kami CV Bahagia Sukses Makmur selalu siap memberikan pelayanan yang terbaik karena bagi kami kepuasan konsumen nomer satu.

    Hal tersebut juga termasuk memberi pelayanan dengan produk kami yang terbaik yaitu "Blower Centrifugal, Blower Axial Fan, dan Blower Portable Ventilator" dan pelayanan service untuk menunjang untuk kuaitas produk anda menjadi lebih baik.
    Blower yang memiliki fungsi menghisap udara panas, debu, juga berfungsi sebagai alat ventilasi / sirkulasi udara.

    Kantor Pemasaran:
    081316140397
    Kantor Pusat :
    Jl. Cendana raya no 15A bencongan indah karawaci tangerang
    https://jualblowerjakarta12.blogspot.com/
    https://medium.com/@jualblowertangerang/

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia

Apresiasi Puisi Indonesia