Resensi Buku 1
LINGUISTIK UMUM
Jenis buku yang
diresensi: Nonfiksi
Judul: Linguistik Umum
Penulis: Abdul Chaer
Penerbit: Rieneka Cipta, Jakarta
Tahun terbit: 2007, Cetakan ke-3
Jumlah halaman: xiii, 393
Ukuran buku: 20,5 cm x 14,5 cm
No. ISBN: 978-979-518-587-1
Judul: Linguistik Umum
Penulis: Abdul Chaer
Penerbit: Rieneka Cipta, Jakarta
Tahun terbit: 2007, Cetakan ke-3
Jumlah halaman: xiii, 393
Ukuran buku: 20,5 cm x 14,5 cm
No. ISBN: 978-979-518-587-1
oleh
Shafariana-Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia A
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Shafariana-Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia A
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Memasuki dunia perkuliahan tidak semudah dunia pendidikan tingkat
SMA. Dalam dunia pendidikan tingkat SMA, kita hanya membutuhkan satu buku
sebagi acuan dan referensi dalam satu bidang pelajaran. Namun, dalam dunia
perkuliahan kita membutuhkan lebih banyak buku untuk satu mata kuliah sebagai
acuan dan referensi. Dewasa ini telah tersedia berbagai macam buku, baik fiksi
maupun nonfiksi. Khusus untuk nonfiksi, satu materi paling sedikit lima buku
nonfiksi yang membahasnya dengan sudut pandang yang sama tetapi cara pandang
yang berbeda. Oleh karena itu, sebagai pembaca khususnya mahasiswa perlu
menyeleksi dengan ketat buku non-fiksi yang akan dibeli. Di samping untuk
menghindari pembelian buku yang hampir sama isinya, tujuan penyeleksian itu
agar kita terhindar dari membeli buku yang kurang lengkap pembahasannya.
Saat memasuki dunia perkuliahan, kita diharuskan menentukan pilihan
bidang yang akan kita geluti. Bidang tersebutlah yang akan kita geluti selama
kita menuntut ilmu di perguruan tinggi. Salah satu bidang yang diminati adalah
bahasa. Bahasa sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan
bahasalah kita hidup bersosial. Bahasalah yang menjadikan bangsa kita menjadi
satu. Kita hidup bersama bahasa, dari lahir hingga akhir hayat.
Berbicara tentang bahasa secara umum, kita tentu akan bertemu
dengan istilah linguistik. Linguistik merupakan ilmu yang mempelajari dan
mengkaji tentang bahasa secara umum, sehingga istilah tersebut juga disebut
lingusitik umum. Linguistik merupakan salah satu mata kuliah yang perlu diikuti
oleh mahasiswa khusunya jurusan bahasa dan sastra. Ini disebabkan karena
linguistik merupakan dasar dalam mempelajari mata kuliah kebahasaan lainnya.
Oleh karena itu, mahasiswa jurusan bahasa dan sastra perlu membaca buku tentang
linguistik agar tidak kesulitan untuk mempelajari mata kuliah kebahasaan
lainnya.
Salah satu buku tentang linguistik yakni buku yang ditulis oleh
Abdul Chaer yang berjudul ‘Linguistik Umum’. Buku jenis nonfiksi ini merupakan cetakan ketiga pada tahun 2007 yang
diterbitkan oleh Rieneka Cipta sejak cetakan pertama tahun 1994. Buku ini
diaplikasikan khusus untuk kalangan mahasiswa, karena buku ini disusun dari
bahan ajaran dalam perkuliahan linguistik di FPBS IKIP Jakarta.
Buku ini terdiri sebanyak xiii + 393 halaman, dengan ukuran 20,5 cm
x 14,5 cm dan tebal 1,2 cm. Nomor ISBN buku ini yakni 978-979-518-587-1. Buku
ini terdiri dari delapan bab, yakni : pendahuluan; lingustik sebagai ilmu,
objek linguisti: bahasa; tataran linguistik: fonologi; tataran linguistik:
morfologi; tataran linguistik: sintaksis; tataran linguistik: semantik; dan
sejarah dan aliran linguistik.
Buku ini diawali pendahuluan yang mengantar kita pada materi linguistik
sebenarnya. Berisi tentang pengenalan linguistik. Pengenalan itu berupa
pengertian linguistik, asal-usul istilah linguistik, mengapa linguistik disebut
juga linguistik umum, bagaimana bahasa yang sebagai kajian linguistik dalam
ilmu lain dan pendekatan ilmu tersebut terhadap bahasa. Selain itu, penjelasan
istilah langue, langage, dan parole yang berasal dari bahasa Prancis dan
manfaat linguistik itu.
Linguistik diturunkan dari bahasa Latin “lingua” yang
berarti “ bahasa”. Dalam bahasa Prancis “langue” yakni bahasa tertentu,
“langage” yakni bahasa secara umum, dan “parole” yakni wujud bahasa yang
konkret berupa ujaran. Oleh karena itu, linguistik adalah ilmu yang
mempelajari, mengkaji, dan menganalisis seluk beluk bahasa secara umum,
sehingga sering disebut dengan linguistik umum. Orang yang ahli atau menggeluti
bidang bahasa disebut linguis. Dalam mempelajari bahasa, linguistik memandang
bahasa sebagai bahasa, berbeda dengan ilmu lain. Misalnya, ilmu susastra
memandang bahasa sebagai wadah seni, sarana, atau alat yang mengungkapkan karya
seni. Ilmu sosial memandang bahasa sebagai komunikasi dan interaksi sosial.
Ilmu psikologi memandang bahasa sebagai pelahiran kejiwaan. Lain pula halnya
dengan ilmu fisika yang memandang bahasa sebagai bunyi yang merambat.
Linguistik sebagai ilmu. Dikatakan sebagai ilmu karena
lingusitik melalui tahap-tahap ilmiah dalam mengkaji bahasa, yang harus dilalui
oleh semua ilmu. tahap itu antara lain yakni spekulasi, observasi, dan
perumusan masalah. Selain itu
linguistik juga menarik kesimpulan berdasarkan data empiris yang ditemukan.
Dalam penarikan kesimpulan itu, linguistik menggunakan metode induktif dan
metode deduktif yang menggunakan penalaran atau logika sehingga disebut juga
penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran tersebut dilakukan melalui pendekatan bahasa yang sejalan dengan
ciri-ciri hakiki bahasa. Pendekatan itu yakni pertama, bahasa adalah bunyi
ujaran, sehingga linguistik melihat bahasa sebagai bunyi. Kedua, bahasa
bersifat unik, sehinggalinguistik tidak berusaha menggunakan kerangka suatu
bahasa untuk dikenakan pada bahasa lain. Ketiga, bahasa adalah suatu sistem,
sehingga linguistik mendekati bahasa sebagai kumpulan unsur yang satu dengan
yang lainnya mempunyai jaringan hubungan. Keempat, bahasa mengalami
perkembangan, sehingga linguistik memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang
dinamis. Kelima, bahasa bersifat empiris, sehingga linguistik mendekati bahasa
secara deskriptif dan tidak secara preskriptif.
Kajian linguistik adalah bahasa yang digunakan oleh semua
manusia. Hal ini sangat luas untuk menjadi sebuah
kajian. Oleh karena itu, linguistik terdiri dari beberapa subdisiplin.
Subdisiplin itu dibedakan berdasarkan umum atau khususnya suatu bahasa, masa
berlakunya, struktur internal atau eksternalnya, tujuannya, dan aliran atau
teori yang digunakan. Berdasarkan
umum atau khususnya suatu bahasa, linguistik dibedakan menjadi linguistik umum
dan linguistik khusus. Berdasarkan masa berlakunya suatu bahasa, linguistik
dibedakan menjadi linguistik sinkronik dan linguistik diakronik. Berdasarkan
struktur internal atau eksternal bahasa, linguistik dibedakan menjadi
linguistik mikro dan lingustik makro. Berdasarkan tujuan bahasa, linguistik
dibedakan menjadi linguistik teoritis dan linguistik terapan. Terakhir,
berdasarkan aliran yang digunakan bahasa, linguistik dibedakan menjadi
linguistik tradisional, struktural, transformasional, generatif semantik,
relasional, dan sistemik.
Dalam mengkaji bahasa, lingustik melakukan
analisis-analisis terhadap semua tataran
tingkat bahasa. Dalam
menganalisis bahasa, ditemukan dua jenis hubungan atau relasi. Menurut Ferdinand de Saussure relasi
tersebut yakni relasi sintagmatik dan realisasi asosiatif. Hampir sama dengan
Saussure, Louis Hjelmslev memberi istilah untuk relasi tersebut yakni
sintagmatik dan paradigmatik untuk istilah asosiatif. Sementara Firth memberi
istilah struktur untuk sintagmatik dan sistem untuk paradigmatik yang didukung
oleh Verhaar dan istilah sistem tersebut menyangkut dengan masalah distribusi.
Sementara analisis yang digunakan adalah analisis bawah
langsung, analisis rangkaian unsur dan analisis proses unsur. Penganalisaan linguistik tidak hanya
dilakukan tanpa ada manfaat. Manfaat itu antara lain bagi peneliti, kritikus,
dan peminat sastra linguistik akan membantunya dalam memahami karya-karya
sastra dengan lebih baik. Sementara bagi guru, pengetahuan bahasa akan
mempermudah seorang guru dalam menjelaskan mata pelajaran bidang studinya.
Selain itu, linguistik juga bermanfaat bagi penerjemah, penyusun kamus atau
leksikografer, penyusun buku, dan sebagainya.
Seperti yang dibahas diatas, bahwa objek kajian linguistik adalah
bahasa. Pengertian bahasa sangat banyak, tergantung dari konteks pemakaiannya.
Penggunaan bahasa di dalam lingustik berasal dari istilah umum tentang bahasa,
yang diambil dari bahasa Prancis yakni langue, langage, dan parole. Adapun
hakikat yang dimiliki bahasa atau ciri yang dimiliki bahasa adalah bahasa
sebagai sistem, lambang, bunyi, memiliki makna, arbitrer, konvensional, produktif,
unik, universal, dinamis, bervariasi, dan manusiawi.
Bahasa sebagai sistem, berarti bahasa terdiri atas
unsur-unsur atau komponen-komponen yang
secara teratur tersusun menurut pola
tertentu, dan membentuk suatu kesatuan. Bahasa sebagai lambang, berarti bahasa
digunakan untuk melambangkan suatu konsep, dalam hal ini dibedakan antara
tanda, lambang, sinyal, isyarat, gejala, ikon, dan indeks. Bahasa sebagai
bunyi, berarti bahasa memiliki wujud yakni berupa ujaran atau bunyi. Bahasa
memiliki makna, berarti bahasa dalam melambangkan sesuatu yang merupakan pengertian,
konsep, ataupun ide. Bahasa bersifat arbitrer, berarti masyarakat pemakai
bahasa dalam melambangkan suatu hal dengan cara mana suka, tidak ada hubungan
antara lambang dengan yang dilambangkan. Bahasa itu konvensional, beararti
semua anggota masyarakat bahasa menyepakati lambang yang telah dibuat dalam
melambangkan suatu konsep. Bahasa itu produktif, berarti bahasa dapat membentuk
unsut yang tak terbatas dari unsur yang terbatas. Bahasa itu unik, berarti
suatu bahasa memiliki ciri khas tersendiri. Bahasa bersifat univesal, berarti
suatu bahasa memilki ciri yang sama dengan bahasa-bahasa yang ada didunia.
Bahasa bersifat dinamis, berarti bahasa selalu mengikuti perubahan zaman.
Bahasa itu bervariasi, berarti bahasa memiliki ragam yang berbeda. Bahasa bersifat
manusiawi, berarti bahasa hanya dapat dilakukan oleh manusia.
Bahasa yang dianalisis memiliki beberapa faktor luar
yakni pertama, masyarakat pemakai bahasa yakni masyarakat yang memakai bahasa
yang sama. Kedua, variasi dan status sosial bahasa sehingga akan dikenal dengan
istilah dialek, sosiolek, ragam jurnalis, ragam sastra, ragam ilmiah, dan
sebagainya. Ketiga, penggunaan bahasa, dalam hal ini penggunaan bahasa harus
memnuhi beberapa unsur yakni setting and scene, participan, ends, act sequences,
key, instrumentalities, norms, dan genres. Keempat, kontak bahasa, yang
menyebabkan terjadinya bilingualisme dan multilingualisme dengan berbagai macam
kasus seperti inteferensi, integrasi, alih kode, dan campur kode. Kelima,
bahasa dan budaya, bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang memiliki
hubungan yang sangaterat satu sama lain.
Selain itu, bahasa yang dianalisis dalam lingusitik
diklasifikasi berdasarkan beberapa
kategori yakni klasifikasi genetis berdasarkan garis keturunan bahasa yang menghasilkan
rumpun Indo Eropa, rumpun Hamito-Semit atau Afro Asiatik, rumpun Chari-Nil,
rumpun Dravida, rumpun Austronesia, rumpun Kaukasus, rumpun finno-Ugris, rumpun
Paleo Asiatis atau Hiperbolis, rumpun Ural-Altai, rumpun Sino-Tibet, dan rumpun
bahasa-bahasa Indian. Klasifikasi tipologis berdasarkan kesamaan tipe, klasifikasi
ini dibagi menjadi kelompok pertama yang semata-mata menggunakan bentuk bahasa
sebagai dasar klasifikasi, kelompok dua yang menggunakan akar kata sebagai
dasar klasifikasi, dan kelompok ketiga yang menggunakan bentuk sintaksis
sebagai dasar klasifikasi. Klasifikasi areal berdasarkan hubungan timbal balik
antara bahasa, bersifat arbitrer dan nonekshautik. Klasifikasi sosiolinguistik
berdasarkan hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor yang berlaku dalam
masyarakat, yang didasari oleh empat ciri yakni historisitas, standardisasi,
vitalitas, dan homogenesitas.
Adapun bahasa yang menjadi objek kajian linguistik
terdiri dari bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan sebagai bahasa primer dan bahasa tulis sebagai bahasa
sekunder. Walaupun bahasa tulis sebagai bahasa sekunder, tetapi peranannya
sangat besar. Bahasa tulis merupakan lambang atau simbol dari bahasa lisan.
Sehingga penulisan bahasa tulis diwujudkan dalam sistem aksara yang mana sistem
aksara itu memiliki sistem ejaan. Sistem aksara diawali oleh piktograf, kemudian setelah Perang Dunia II
dikenal dengan pikto, dan beralih menjadi ideograf, aksara silabis, kemudian
disempurnakan oleh bangsa Yunani yang disebut aksara Latin. Sementara di
Indonesia sendiri dikenal dengan aksara Pallawa, aksara Arab, aksara Jawi,
aksara Pegon, aksara Bugis, aksara Makassar, dll.
Linguistik memiliki beberapa tataran yakni fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan ilmu yang mempelajari,
menganalisis, dan mengkaji bunyi-bunyi bahasa. Fonologi terdiri dari fonetik
dan fonemik. Fonetik mempelajari bunyi-bunyi bahasa tanpa melihat atau
memperhatikan fungsi bunyi bahasa sebagai pembeda makna dalam suatu bahasa. Fonetik dibedakan menjadi fonetik
artikularis, fonetik akustik, dan fonetik audiotoris. Fonetik membahas (1)
alat-alat ucap manusia dalam memproduksi bunyi bahasa; (2) proses fonasi; (3)
penulisan fonetik yang terbagi menjadi tulisan fonetik, fonemis, dan ortografis;
(4) klasifikasi bunyi menjadi vokal: berdasarkan posisi lidah vertikal (vokal
tinggi, vokal tengah,vokal rendah), posisi lidah horizontal (vokal depan, vokal
pusat, vokal belakang) dan berdasarkan bentuk mulut (vokal bundar dan vokal tak
bundar), diftong: diftong naik dan diftong turun, dan konsonan: berdasarkan
letak artikulasi (bilabal, labiodental, laminoalveolar, dorsovelar),
berdasarkan cara artikulasi (hambat, geseran, paduan, sengauan, getaran,
sampingan, dan hampiran); (5) unsur suprasegmental meliputi tekanan, nada, dan
jeda; dan (6) silabel.
Fonemik mempelajari bunyi-bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi
bunyi bahasa sebagai pembeda makna. Fonemik membahas tentang (1) cara
mengidentifikasi fonem, yakni dengan
membandingkannya dengan kata yang hampir mirip dan melihat apakah bunyi itu
dapat membdeakan makna; (2) alofon, realisasi dari sebuah fonem; (3) klasifkasi fonem, hampir sama dengan klasifikasi fon tetapi fonem terbagi menjadi fonem
segmental dan fonem suprasegmental;
(4) khazana fonem, banyaknya fonem
dalam suatu bahasa; (5) perubahan
fonem meliputi asimilasi (asimilasi
progresif, asimilasi regresif, asimilasi resiprokal, disimilasi, netralisasi, arkifonem, umlaut, ablaut, harmoni
vokal, kontraksi, metatesis, dan epentesis; (6) fonem dan grafem.
Tataran linguistik kedua adalah mofologi. Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari, menganalisis, dan
mengkaji seluk beluk bentuk-bentuk bahasa. Morfologi membahas tentang
morfem, kata, proses morfemis, dan morfofonemik. Di dalam pembahasan morfem
akan dipelajari (1) cara mengidentifikasi morfem; (2) morf dan alomorf; (3)
klasifikasi morfem yang meliputi: morfem bebas dan morfem terikat, morfem utuh dan morfem terbagi, morfem segmental dan morfem
suprasegmental, morfem beralomorf zero, morfem leksikal dan morfem tak bermakna
leksikal; (4) morfem dasar, dasar, pangkal dan akar. Sementara dalam pembahasan
kata akan dipelajari (1) hakikat kata; (2) klasifikasi kata: berdasarkan kriteria makna (verba, nomina,
ajektifa) dan berdasarkan kriteria fungsi (adverbia, pronomina, preposisi,
konjungsi, dll); (3)
pembentukan kata berupa inflektif dan derivatif. Adapun proses morfemis disini
meliputi afiksasi (prefiks,
infiks, sufiks, interfiks, dan tansfiks) yang terdiri atas unsur dasar atau
bentuk dasar, afiks, makna gramatikal yang dihasilkan; reduplikasi yang dibedakan
menjadi reduplikasi dwilingga, dwilingga salin suara, dwipurwa, dwiwasana, dan
trilingga; komposisi;
konversi;
modifikasi internal; suplesi; pemendekan, yang meliputi
penggalan, singkatan, dan akronim; dan
produktivitas proses morfemis. Sementara proses morfofonemik bewujud pemunculan fonem, pelesapan fonem,
peluluhan fonem, perubahan fonem, dan pergeseran fonem
Tataran linguistik ketiga adalah sintaksis. Sintaksis
merupakan ilmu yang mempelajari, menganalisis, dan mengkaji tentang kata dalam
hubungannya dengan kata lain atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran.
Dalam hal ini akan dibahas tentang
bagaimana struktur sintaksis, kata sebagai satuan sintaksis, frase, klausa,
kalimat, dan wacana, serta catatan mengenai hierarki satuan wacana. Struktur
sintaksis terdiri dari fungsi sintaksis (subjek, objek, predikat, keterangan),
kategori sintaksis (nomina, verba, ajektiva, numeralia), dan peran sintaksis
(pelaku, penderita, penerima). Sementara kata didalam sintaksis merupakan
satuan terkecil, yang berperan
sebagai pengisi fungsi sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan perangka
dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian dari satuan sintaksis. Kata sebagai
pengisi fungsi sintaksis, dibedakan menjadi kata penuh (nomina, verba,
ajektifa, adverbia, dan numeralia) dan kata tugas (preposisi dan konjungsi). Satuan yang lebih besar dari kata yakni frase. Frase adalah satuan gramatkal yang berupa
gabungan kata yang bersifat nonpredikatif. Frase memiliki empat jenis yakni frase eksosentrik, frase
endosentrik, frase koordnatif, frase opositif. Frase juga mengalami perluasan
dengan cara penambahan komponen baru sesuai dengan konsep yang akan ditampilkan
dan tidak melampaui batas frase.
Sementara satuan yang lebih besar dari frase yakni klausa. Klausa merupakn satuan sintaksis berupa
runtutan kata-kata berkonstruksi predikatif. Klausa juga memiliki beberapa jenis berdasarkan struktur dan
kategori segmental yang menjadi predikatnya. Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan menjadi klausa
bebas dan klausa terikat. Berdasarkan kategori segmental yang menjadi
predikatnya dapat dibedakan menjadi klausa verbal, klausa nominal, klausa
ajektifal, klausa adverbial, dan klausa preposisional. Satuan diatas klausa
yakni kalimat. Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi
pikiran yang lengkap. Jenis-jens
kalimat yakni kalmat inti dan non inti, kalimat tunggal dan majemuk, kalimat
mayor dan minor, kalimat verbal dan non verbal, kalimat bebas dan terikat.
Kalimat hanya akan menjadi klausa apabila tidak diberi intonasi beruapa
tekanan, tempo dan nada. Di dalam pembahasan kalimat akan ditemukan istilah
seperti modus, aspek, kala, modalitas, fokus, dan diatesis. Modus dibedakan menjadi modus indikatif atau
deklaratif, modus optatif, modus imperatif, modus interogatif, modus obligatif,
modus desideratif, dan modus kondisional. Aspek dibedakan menjadi aspek
kontinutatif, aspek inseptif, aspek progresif, aspek repetitif, aspek
perfektif, aspek perfektif, aspek imperfektif, dan aspek sesatif. Adapun kala
lazim menyatakan waktu sekarang, sudah lampau, dan akan datang. Sementara
modalitas berupa pernyataan kemungkinan, keinginan, atau juga keizinan. Pada
fokus, dilakukan dengan berbagai cara yakni dengan memberi tekanan pada bagian kalimat
yang difokuskan, mengedepankan bagian kalimat yang difokuskan, memakai partikel
pada bagian kalimat yang difokuskan, mengontraskan dua bagian kalimat, dan
menggunakan konstruksi posesif anaforis beranteseden. Diatesis juga dibedakan
menjadi diatesis aktif, diatesis pasif, diatesis refleksif, diatesis
resiprokal, dan diatesis kausatif.
Adapun satuan terbesar dalam sintaksis yakni wacana. Wacana
adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan
satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana disebut baik jika wacana itu kondusif dan koherens. Hal itu
dapat terpenuhi jika menggunakan alat-alat wacana. Alat-alat tersebut yakni
konjungsi, kata ganti, elipsis, hubungan sebab-akibat, hubungan tujuan,
hubungan rujukan, dll. Wacana memiliki berbagai jenis sesuai dengan sudut
pandang darimana wacana itu dilihat. Wacana merupakan satuan yang sangat luas
sehingga wacana memiliki beberapa subsatuan. Subsatuan itu antara lain bab,
subbab, paragraf, dan subparagraf. Wacana tersusun oleh kata, frasa, klausa,
dan kalimat dengan urutan hierarki baik secara normal, pelompatan tingkat,
pelapisan tingkat, maupun penurunan tingkat.
Semantik merupakan ilmu yang mempelajari, mengkaji, dan
menganalisis tentang makna dalam tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Makna merupakan pengertian, konsep atau sejenisnya yang dimiliki oleh tanda
linguistik. Dalam hal ini dikenal istilah signifiant dan signifie. Makna
memiliki beberapa jenis yang diklasifiksi menjadi (1) makna leksikal,
gramatikal dan kontekstual; (2) makna referensial dan nonreferensial; (3) makna
denotatif dan konotatif; (4) makna konseptual dan asosiatif; (5) makna kata dan
istilah; (6) makna idiom dan peribahasa. Makna memiliki relasi antara makna
yang satu dengan makna yang lain. Relasi tersebut menghasilkan istilah
sinonimi, antonimi, polisemi, homonimi, hiponimi, dan ambguiti, serta
redundasi. Sinonim
memiliki makna tidak akan persis sama, ini dikarekan beberapa faktor yakni
waktu, tempat atau wilayah, keformalan, sosial, bidang kegiatan, dan nuansa
makna. Antonim memiliki beberapa jenis yakni antonim yang bersifat mutlak,
antonim yang bersifat relatif atau bergradasi, antonim yang bersifat
relasional, antonim yang bersifat hierarkial.
Makna juga mengalami perubahan, tetapi dalam waktu yang
relatif lama dan hanya terjadi pada sejumlah kata saja. Dalam sintaksis juga dikenal dengan istilah medan makna dan
komponen makna. Medan makna adalah seperangkat unsur leksikl yang maknanya
saling berhubungan karena menggambarkan bagian hal tertentu. Sementara komponen
makna adalah sesuatu yang menjadi pembentuk keseluruhan makna kata itu.
Semantik juga berkaitan dengan sintaksis sehingga dalam pembuatan kalimat harus
disesuaikan antara semantik dan sintaksis dengan memperhatikan
komponen makna kata secara lebih terperinci.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa linguistik mengalami
perkembangan dalam melalui tahap-tahap sehingga dapat disebut ilmu.
Perkembangan itu menghasilkan beberapa aliran linguistik dalam sejarahnya yakni
linguistik tradisional, linguistik strukturalis, linguistik transformasional
dan aliran-aliran sesudahnya. Linguistik tradisional meliputi linguistik zaman
Yunani,
zaman Romawi, zaman pertengahan, zaman renaisans hingga menjelang lahirnya
linguistik modern. Dalam zaman
Yunani, tokoh-tokoh yang memiliki peran yang besar dalam studi bahasa itu yakni
kaum Sophis, Plato, Aristoteles, kaum Stoik, kaum Alexandrian. Pada zaman
Romawi, tokoh yang berperan besar adalah Varro dalam karyanya “De Lingua
Latina” dan Priscia dengan karyanya Institutiones Grammaticae. Sementara pada
zaman pertengahan, yang berperan yakni kaum Modistae, Tata Bahasa Spekulatva,
dan Petrus Hispanus.
Sementara linguistik strukturalis meliputi aliran Ferdinand de
Saussure, aliran Praha, aliran Glosemantik, aliran Firthian, linguistik
sistemik, alran Leonard Bloomfield dan strukturalis Amerika, dan aliran
Tagmemik. Adapun linguistik transformasional dan aliran-aliran sesudahnya
memiliki model-model seperti tata bahasa transformasi, semantik generatif, tata
bahasa kasus, dan tata bahasa relasional. Untuk linguistik di Indonesia sendiri
dimulai akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 oleh pemerintahan kolonial melalui
penelitian bahasa daerah untuk melancarkan jalannya pemerintahan kolonial di
Indonesia. Kegiatan tersebut berlanjut hingga abad XX dengan konsep linguistik
modern oleh Ferdinand de Saussure dan disusul oleh Bloomfield dengan aliran
strukturalis tahun tiga puluhan, Chomsky dengan aliran teori generatif
transformasional tahun lima puluhan, yang semuanya baru dikenal di Indonesia
akhir tahun lima puluhan. Konsep linguistik modern dikenal setelah kepulangan
para linguis Indonesia dari negara lain. Hingga akhirnya di bentuk Masyarakat
Linguistik Indonesia (MLI) pada 15 November 1975. Kini penelitian bahasa daerah
Indonesia dan bahasa nasional Indonesia dapat dilakukan orang luar Indonesia
sehingga bahasa Indonesia menduduki tempat sentral dalam kajian linguistik baik
di dalam negara ataupun di luar negara.
Buku yang berjudul ‘Linguistik Umum’ patut dijadikan salah satu
bacaan dan referensi bagi para pembaca khususnya mahasiswa yang menggeluti
bidang ini atau yang berkaitan dengan bidang ini. Buku ini sarat akan
penjelasan terhadap materi-materi yang disajikan. Ini disebabkan buku ini
disusun dari bahan yang digunakan dalam perkuliahan linguistik umum di FPBS
IKIP Jakarta dan penulisnya sendiri adalah dosen yang mengajar di dalam mata
kuliah lingustik umum sehingga isi buku ini lebih komprehensif. Buku ini juga
dilengkapi dengan tugas dan latihan sehingga kita dapat mengevaluasi kemampuan
kita dalam memahami dan menguasai materi yang telah disampaikan.
Buku “Linguistik Umum” karya Abdul Chaer disamping
memiliki kelebihan juga memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut tidaklah
menjadi hal yang patut dibesarkan. Kekurangan tersebut yakni penjelasan
terhadap materi-materi yang disajikan kadang menimbulkan kesukaran dalam
memahami materi buku ini akibat ketumpangtindihan yang terjadi. Hal ini
disebabkan penulis juga menuliskan atau menjelaskan ketumpangtindihan yang
terjadi dalam pembahasan materi ini oleh buku lain sehingga pembaca pun ikut
merasa kebingungan dalam menangkap maksud dari penulis dalam menyampaikan
materi tersebut. Selain itu,
pembaca akan cepat merasa bosan dalam membaca buku yang cukup tebal ini karena
tidak adanya gambar-gambar animasi untuk menjelaskan atau memeriahkan buku ini.
Namun, semua itu tidak menjadi masalah dan
dapat diminimalisir karena yang dinilai dari sebuah buku adalah seberapa
berkualitas dan bergunanya isi suatu buku terhadap pembaca. Sehingga dapat
dikatakan bahwa buku yang berjudul ‘Lingustik Umum’ oleh Abdul Chaer sangat
baik untuk dijadikan bahan bacaan dan referensi oleh pembaca khususnya
mahasiswa yang memiliki mata kuliah yang berhubungan dengan lingustik maupun
dosen atau pengajar yang bergelut di dunia bahasa.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2008. Linguistik Umum. Jakarta: Rieneka Cipta.
Tabiati, Sri Endah. 2010. “Resensi Buku-Investigating Workplace Discourse.” Linguistik Indonesia 28.2,223-226
Komentar
Posting Komentar