Resensi Buku 1


LINGUISTIK UMUM
Jenis buku yang diresensi: Nonfiksi                                                                      
Judul: Linguistik Umum                                                            
Penulis: Abdul Chaer                                                               
Penerbit: Rieneka Cipta, Jakarta                                                  
Tahun terbit: 2007, Cetakan ke-3                                                       
Jumlah halaman: xiii, 393                                                                         
Ukuran buku: 20,5 cm x 14,5 cm                                                                       
No. ISBN: 978-979-518-587-1

oleh
Shafariana-Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia A
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Memasuki dunia perkuliahan tidak semudah dunia pendidikan tingkat SMA. Dalam dunia pendidikan tingkat SMA, kita hanya membutuhkan satu buku sebagi acuan dan referensi dalam satu bidang pelajaran. Namun, dalam dunia perkuliahan kita membutuhkan lebih banyak buku untuk satu mata kuliah sebagai acuan dan referensi. Dewasa ini telah tersedia berbagai macam buku, baik fiksi maupun nonfiksi. Khusus untuk nonfiksi, satu materi paling sedikit lima buku nonfiksi yang membahasnya dengan sudut pandang yang sama tetapi cara pandang yang berbeda. Oleh karena itu, sebagai pembaca khususnya mahasiswa perlu menyeleksi dengan ketat buku non-fiksi yang akan dibeli. Di samping untuk menghindari pembelian buku yang hampir sama isinya, tujuan penyeleksian itu agar kita terhindar dari membeli buku yang kurang lengkap pembahasannya.
Saat memasuki dunia perkuliahan, kita diharuskan menentukan pilihan bidang yang akan kita geluti. Bidang tersebutlah yang akan kita geluti selama kita menuntut ilmu di perguruan tinggi. Salah satu bidang yang diminati adalah bahasa. Bahasa sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan bahasalah kita hidup bersosial. Bahasalah yang menjadikan bangsa kita menjadi satu. Kita hidup bersama bahasa, dari lahir hingga akhir hayat.
Berbicara tentang bahasa secara umum, kita tentu akan bertemu dengan istilah linguistik. Linguistik merupakan ilmu yang mempelajari dan mengkaji tentang bahasa secara umum, sehingga istilah tersebut juga disebut lingusitik umum. Linguistik merupakan salah satu mata kuliah yang perlu diikuti oleh mahasiswa khusunya jurusan bahasa dan sastra. Ini disebabkan karena linguistik merupakan dasar dalam mempelajari mata kuliah kebahasaan lainnya. Oleh karena itu, mahasiswa jurusan bahasa dan sastra perlu membaca buku tentang linguistik agar tidak kesulitan untuk mempelajari mata kuliah kebahasaan lainnya.
Salah satu buku tentang linguistik yakni buku yang ditulis oleh Abdul Chaer yang berjudul ‘Linguistik Umum’. Buku jenis nonfiksi ini merupakan cetakan ketiga pada tahun 2007 yang diterbitkan oleh Rieneka Cipta sejak cetakan pertama tahun 1994. Buku ini diaplikasikan khusus untuk kalangan mahasiswa, karena buku ini disusun dari bahan ajaran dalam perkuliahan linguistik di FPBS IKIP Jakarta.
Buku ini terdiri sebanyak xiii + 393 halaman, dengan ukuran 20,5 cm x 14,5 cm dan tebal 1,2 cm. Nomor ISBN buku ini yakni 978-979-518-587-1. Buku ini terdiri dari delapan bab, yakni : pendahuluan; lingustik sebagai ilmu, objek linguisti: bahasa; tataran linguistik: fonologi; tataran linguistik: morfologi; tataran linguistik: sintaksis; tataran linguistik: semantik; dan sejarah dan aliran linguistik.
Buku ini diawali pendahuluan yang mengantar kita pada materi linguistik sebenarnya. Berisi tentang pengenalan linguistik. Pengenalan itu berupa pengertian linguistik, asal-usul istilah linguistik, mengapa linguistik disebut juga linguistik umum, bagaimana bahasa yang sebagai kajian linguistik dalam ilmu lain dan pendekatan ilmu tersebut terhadap bahasa. Selain itu, penjelasan istilah langue, langage, dan parole yang berasal dari bahasa Prancis dan manfaat linguistik itu.
Linguistik diturunkan dari bahasa Latin “lingua” yang berarti “ bahasa”. Dalam bahasa Prancis “langue” yakni bahasa tertentu, “langage” yakni bahasa secara umum, dan “parole” yakni wujud bahasa yang konkret berupa ujaran. Oleh karena itu, linguistik adalah ilmu yang mempelajari, mengkaji, dan menganalisis seluk beluk bahasa secara umum, sehingga sering disebut dengan linguistik umum. Orang yang ahli atau menggeluti bidang bahasa disebut linguis. Dalam mempelajari bahasa, linguistik memandang bahasa sebagai bahasa, berbeda dengan ilmu lain. Misalnya, ilmu susastra memandang bahasa sebagai wadah seni, sarana, atau alat yang mengungkapkan karya seni. Ilmu sosial memandang bahasa sebagai komunikasi dan interaksi sosial. Ilmu psikologi memandang bahasa sebagai pelahiran kejiwaan. Lain pula halnya dengan ilmu fisika yang memandang bahasa sebagai bunyi yang merambat.
Linguistik sebagai ilmu. Dikatakan sebagai ilmu karena lingusitik melalui tahap-tahap ilmiah dalam mengkaji bahasa, yang harus dilalui oleh semua ilmu. tahap itu antara lain yakni spekulasi, observasi, dan perumusan masalah. Selain itu linguistik juga menarik kesimpulan berdasarkan data empiris yang ditemukan. Dalam penarikan kesimpulan itu, linguistik menggunakan metode induktif dan metode deduktif yang menggunakan penalaran atau logika sehingga disebut juga penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran tersebut dilakukan melalui pendekatan bahasa yang sejalan dengan ciri-ciri hakiki bahasa. Pendekatan itu yakni pertama, bahasa adalah bunyi ujaran, sehingga linguistik melihat bahasa sebagai bunyi. Kedua, bahasa bersifat unik, sehinggalinguistik tidak berusaha menggunakan kerangka suatu bahasa untuk dikenakan pada bahasa lain. Ketiga, bahasa adalah suatu sistem, sehingga linguistik mendekati bahasa sebagai kumpulan unsur yang satu dengan yang lainnya mempunyai jaringan hubungan. Keempat, bahasa mengalami perkembangan, sehingga linguistik memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang dinamis. Kelima, bahasa bersifat empiris, sehingga linguistik mendekati bahasa secara deskriptif dan tidak secara preskriptif.
Kajian linguistik adalah bahasa yang digunakan oleh semua manusia. Hal ini sangat luas untuk menjadi sebuah kajian. Oleh karena itu, linguistik terdiri dari beberapa subdisiplin. Subdisiplin itu dibedakan berdasarkan umum atau khususnya suatu bahasa, masa berlakunya, struktur internal atau eksternalnya, tujuannya, dan aliran atau teori yang digunakan. Berdasarkan umum atau khususnya suatu bahasa, linguistik dibedakan menjadi linguistik umum dan linguistik khusus. Berdasarkan masa berlakunya suatu bahasa, linguistik dibedakan menjadi linguistik sinkronik dan linguistik diakronik. Berdasarkan struktur internal atau eksternal bahasa, linguistik dibedakan menjadi linguistik mikro dan lingustik makro. Berdasarkan tujuan bahasa, linguistik dibedakan menjadi linguistik teoritis dan linguistik terapan. Terakhir, berdasarkan aliran yang digunakan bahasa, linguistik dibedakan menjadi linguistik tradisional, struktural, transformasional, generatif semantik, relasional, dan sistemik.
Dalam mengkaji bahasa, lingustik melakukan analisis-analisis terhadap semua  tataran tingkat bahasa. Dalam menganalisis bahasa, ditemukan dua jenis hubungan atau relasi. Menurut Ferdinand de Saussure relasi tersebut yakni relasi sintagmatik dan realisasi asosiatif. Hampir sama dengan Saussure, Louis Hjelmslev memberi istilah untuk relasi tersebut yakni sintagmatik dan paradigmatik untuk istilah asosiatif. Sementara Firth memberi istilah struktur untuk sintagmatik dan sistem untuk paradigmatik yang didukung oleh Verhaar dan istilah sistem tersebut menyangkut dengan masalah distribusi.
Sementara analisis yang digunakan adalah analisis bawah langsung, analisis rangkaian unsur dan analisis proses unsur. Penganalisaan linguistik tidak hanya dilakukan tanpa ada manfaat. Manfaat itu antara lain bagi peneliti, kritikus, dan peminat sastra linguistik akan membantunya dalam memahami karya-karya sastra dengan lebih baik. Sementara bagi guru, pengetahuan bahasa akan mempermudah seorang guru dalam menjelaskan mata pelajaran bidang studinya. Selain itu, linguistik juga bermanfaat bagi penerjemah, penyusun kamus atau leksikografer, penyusun buku, dan sebagainya.
Seperti yang dibahas diatas, bahwa objek kajian linguistik adalah bahasa. Pengertian bahasa sangat banyak, tergantung dari konteks pemakaiannya. Penggunaan bahasa di dalam lingustik berasal dari istilah umum tentang bahasa, yang diambil dari bahasa Prancis yakni langue, langage, dan parole. Adapun hakikat yang dimiliki bahasa atau ciri yang dimiliki bahasa adalah bahasa sebagai sistem, lambang, bunyi, memiliki makna, arbitrer, konvensional, produktif, unik, universal, dinamis, bervariasi, dan manusiawi.
Bahasa sebagai sistem, berarti bahasa terdiri atas unsur-unsur  atau komponen-komponen yang secara teratur tersusun  menurut pola tertentu, dan membentuk suatu kesatuan. Bahasa sebagai lambang, berarti bahasa digunakan untuk melambangkan suatu konsep, dalam hal ini dibedakan antara tanda, lambang, sinyal, isyarat, gejala, ikon, dan indeks. Bahasa sebagai bunyi, berarti bahasa memiliki wujud yakni berupa ujaran atau bunyi. Bahasa memiliki makna, berarti bahasa dalam melambangkan sesuatu yang merupakan pengertian, konsep, ataupun ide. Bahasa bersifat arbitrer, berarti masyarakat pemakai bahasa dalam melambangkan suatu hal dengan cara mana suka, tidak ada hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan. Bahasa itu konvensional, beararti semua anggota masyarakat bahasa menyepakati lambang yang telah dibuat dalam melambangkan suatu konsep. Bahasa itu produktif, berarti bahasa dapat membentuk unsut yang tak terbatas dari unsur yang terbatas. Bahasa itu unik, berarti suatu bahasa memiliki ciri khas tersendiri. Bahasa bersifat univesal, berarti suatu bahasa memilki ciri yang sama dengan bahasa-bahasa yang ada didunia. Bahasa bersifat dinamis, berarti bahasa selalu mengikuti perubahan zaman. Bahasa itu bervariasi, berarti bahasa memiliki ragam yang berbeda. Bahasa bersifat manusiawi, berarti bahasa hanya dapat dilakukan oleh manusia.
Bahasa yang dianalisis memiliki beberapa faktor luar yakni pertama, masyarakat pemakai bahasa yakni masyarakat yang memakai bahasa yang sama. Kedua, variasi dan status sosial bahasa sehingga akan dikenal dengan istilah dialek, sosiolek, ragam jurnalis, ragam sastra, ragam ilmiah, dan sebagainya. Ketiga, penggunaan bahasa, dalam hal ini penggunaan bahasa harus memnuhi beberapa unsur yakni setting and scene, participan, ends, act sequences, key, instrumentalities, norms, dan genres. Keempat, kontak bahasa, yang menyebabkan terjadinya bilingualisme dan multilingualisme dengan berbagai macam kasus seperti inteferensi, integrasi, alih kode, dan campur kode. Kelima, bahasa dan budaya, bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang memiliki hubungan yang sangaterat satu sama lain.
Selain itu, bahasa yang dianalisis dalam lingusitik diklasifikasi  berdasarkan beberapa kategori yakni klasifikasi genetis berdasarkan garis keturunan bahasa yang menghasilkan rumpun Indo Eropa, rumpun Hamito-Semit atau Afro Asiatik, rumpun Chari-Nil, rumpun Dravida, rumpun Austronesia, rumpun Kaukasus, rumpun finno-Ugris, rumpun Paleo Asiatis atau Hiperbolis, rumpun Ural-Altai, rumpun Sino-Tibet, dan rumpun bahasa-bahasa Indian. Klasifikasi tipologis berdasarkan kesamaan tipe, klasifikasi ini dibagi menjadi kelompok pertama yang semata-mata menggunakan bentuk bahasa sebagai dasar klasifikasi, kelompok dua yang menggunakan akar kata sebagai dasar klasifikasi, dan kelompok ketiga yang menggunakan bentuk sintaksis sebagai dasar klasifikasi. Klasifikasi areal berdasarkan hubungan timbal balik antara bahasa, bersifat arbitrer dan nonekshautik. Klasifikasi sosiolinguistik berdasarkan hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor yang berlaku dalam masyarakat, yang didasari oleh empat ciri yakni historisitas, standardisasi, vitalitas, dan homogenesitas.
Adapun bahasa yang menjadi objek kajian linguistik terdiri dari bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan sebagai bahasa primer dan bahasa tulis sebagai bahasa sekunder. Walaupun bahasa tulis sebagai bahasa sekunder, tetapi peranannya sangat besar. Bahasa tulis merupakan lambang atau simbol dari bahasa lisan. Sehingga penulisan bahasa tulis diwujudkan dalam sistem aksara yang mana sistem aksara itu memiliki sistem ejaan. Sistem aksara diawali oleh piktograf, kemudian setelah Perang Dunia II dikenal dengan pikto, dan beralih menjadi ideograf, aksara silabis, kemudian disempurnakan oleh bangsa Yunani yang disebut aksara Latin. Sementara di Indonesia sendiri dikenal dengan aksara Pallawa, aksara Arab, aksara Jawi, aksara Pegon, aksara Bugis, aksara Makassar, dll.
Linguistik memiliki beberapa tataran yakni fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan ilmu yang mempelajari, menganalisis, dan mengkaji bunyi-bunyi bahasa. Fonologi terdiri dari fonetik dan fonemik. Fonetik mempelajari bunyi-bunyi bahasa tanpa melihat atau memperhatikan fungsi bunyi bahasa sebagai pembeda makna dalam suatu bahasa. Fonetik dibedakan menjadi fonetik artikularis, fonetik akustik, dan fonetik audiotoris. Fonetik membahas (1) alat-alat ucap manusia dalam memproduksi bunyi bahasa; (2) proses fonasi; (3) penulisan fonetik yang terbagi menjadi tulisan fonetik, fonemis, dan ortografis; (4) klasifikasi bunyi menjadi vokal: berdasarkan posisi lidah vertikal (vokal tinggi, vokal tengah,vokal rendah), posisi lidah horizontal (vokal depan, vokal pusat, vokal belakang) dan berdasarkan bentuk mulut (vokal bundar dan vokal tak bundar), diftong: diftong naik dan diftong turun, dan konsonan: berdasarkan letak artikulasi (bilabal, labiodental, laminoalveolar, dorsovelar), berdasarkan cara artikulasi (hambat, geseran, paduan, sengauan, getaran, sampingan, dan hampiran); (5) unsur suprasegmental meliputi tekanan, nada, dan jeda; dan (6) silabel.
Fonemik mempelajari bunyi-bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi bahasa sebagai pembeda makna. Fonemik membahas tentang (1) cara mengidentifikasi fonem, yakni dengan membandingkannya dengan kata yang hampir mirip dan melihat apakah bunyi itu dapat membdeakan makna; (2) alofon, realisasi dari sebuah fonem; (3) klasifkasi fonem, hampir sama dengan klasifikasi fon tetapi fonem terbagi menjadi fonem segmental dan fonem suprasegmental; (4) khazana fonem, banyaknya fonem dalam suatu bahasa; (5) perubahan fonem meliputi asimilasi (asimilasi progresif, asimilasi regresif, asimilasi resiprokal, disimilasi, netralisasi, arkifonem, umlaut, ablaut, harmoni vokal, kontraksi, metatesis, dan epentesis; (6) fonem dan grafem.
Tataran linguistik kedua adalah mofologi. Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari, menganalisis, dan mengkaji seluk beluk bentuk-bentuk bahasa. Morfologi membahas tentang morfem, kata, proses morfemis, dan morfofonemik. Di dalam pembahasan morfem akan dipelajari (1) cara mengidentifikasi morfem; (2) morf dan alomorf; (3) klasifikasi morfem yang meliputi: morfem bebas dan morfem terikat, morfem utuh dan morfem terbagi, morfem segmental dan morfem suprasegmental, morfem beralomorf zero, morfem leksikal dan morfem tak bermakna leksikal; (4) morfem dasar, dasar, pangkal dan akar. Sementara dalam pembahasan kata akan dipelajari (1) hakikat kata; (2) klasifikasi kata: berdasarkan kriteria makna (verba, nomina, ajektifa) dan berdasarkan kriteria fungsi (adverbia, pronomina, preposisi, konjungsi, dll); (3) pembentukan kata berupa inflektif dan derivatif. Adapun proses morfemis disini meliputi afiksasi (prefiks, infiks, sufiks, interfiks, dan tansfiks) yang terdiri atas unsur dasar atau bentuk dasar, afiks, makna gramatikal yang dihasilkan; reduplikasi yang dibedakan menjadi reduplikasi dwilingga, dwilingga salin suara, dwipurwa, dwiwasana, dan trilingga; komposisi; konversi; modifikasi internal; suplesi; pemendekan, yang meliputi penggalan, singkatan, dan akronim; dan produktivitas proses morfemis. Sementara proses morfofonemik bewujud pemunculan fonem, pelesapan fonem, peluluhan fonem, perubahan fonem, dan pergeseran fonem
Tataran linguistik ketiga adalah sintaksis. Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari, menganalisis, dan mengkaji tentang kata dalam hubungannya dengan kata lain atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran. Dalam hal ini akan dibahas tentang bagaimana struktur sintaksis, kata sebagai satuan sintaksis, frase, klausa, kalimat, dan wacana, serta catatan mengenai hierarki satuan wacana. Struktur sintaksis terdiri dari fungsi sintaksis (subjek, objek, predikat, keterangan), kategori sintaksis (nomina, verba, ajektiva, numeralia), dan peran sintaksis (pelaku, penderita, penerima). Sementara kata didalam sintaksis merupakan satuan terkecil, yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan perangka dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian dari satuan sintaksis. Kata sebagai pengisi fungsi sintaksis, dibedakan menjadi kata penuh (nomina, verba, ajektifa, adverbia, dan numeralia) dan kata tugas (preposisi dan konjungsi). Satuan yang lebih besar dari kata yakni frase. Frase adalah satuan gramatkal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif. Frase memiliki empat jenis yakni frase eksosentrik, frase endosentrik, frase koordnatif, frase opositif. Frase juga mengalami perluasan dengan cara penambahan komponen baru sesuai dengan konsep yang akan ditampilkan dan tidak melampaui batas frase.
Sementara satuan yang lebih besar dari frase yakni klausa. Klausa merupakn satuan sintaksis berupa runtutan kata-kata berkonstruksi predikatif. Klausa juga memiliki beberapa jenis berdasarkan struktur dan kategori segmental yang menjadi predikatnya. Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan menjadi klausa bebas dan klausa terikat. Berdasarkan kategori segmental yang menjadi predikatnya dapat dibedakan menjadi klausa verbal, klausa nominal, klausa ajektifal, klausa adverbial, dan klausa preposisional. Satuan diatas klausa yakni kalimat. Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Jenis-jens kalimat yakni kalmat inti dan non inti, kalimat tunggal dan majemuk, kalimat mayor dan minor, kalimat verbal dan non verbal, kalimat bebas dan terikat. Kalimat hanya akan menjadi klausa apabila tidak diberi intonasi beruapa tekanan, tempo dan nada. Di dalam pembahasan kalimat akan ditemukan istilah seperti modus, aspek, kala, modalitas, fokus, dan diatesis. Modus dibedakan menjadi modus indikatif atau deklaratif, modus optatif, modus imperatif, modus interogatif, modus obligatif, modus desideratif, dan modus kondisional. Aspek dibedakan menjadi aspek kontinutatif, aspek inseptif, aspek progresif, aspek repetitif, aspek perfektif, aspek perfektif, aspek imperfektif, dan aspek sesatif. Adapun kala lazim menyatakan waktu sekarang, sudah lampau, dan akan datang. Sementara modalitas berupa pernyataan kemungkinan, keinginan, atau juga keizinan. Pada fokus, dilakukan dengan berbagai cara yakni dengan memberi tekanan pada bagian kalimat yang difokuskan, mengedepankan bagian kalimat yang difokuskan, memakai partikel pada bagian kalimat yang difokuskan, mengontraskan dua bagian kalimat, dan menggunakan konstruksi posesif anaforis beranteseden. Diatesis juga dibedakan menjadi diatesis aktif, diatesis pasif, diatesis refleksif, diatesis resiprokal, dan diatesis kausatif.
Adapun satuan terbesar dalam sintaksis yakni wacana. Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana disebut baik jika wacana itu kondusif dan koherens. Hal itu dapat terpenuhi jika menggunakan alat-alat wacana. Alat-alat tersebut yakni konjungsi, kata ganti, elipsis, hubungan sebab-akibat, hubungan tujuan, hubungan rujukan, dll. Wacana memiliki berbagai jenis sesuai dengan sudut pandang darimana wacana itu dilihat. Wacana merupakan satuan yang sangat luas sehingga wacana memiliki beberapa subsatuan. Subsatuan itu antara lain bab, subbab, paragraf, dan subparagraf. Wacana tersusun oleh kata, frasa, klausa, dan kalimat dengan urutan hierarki baik secara normal, pelompatan tingkat, pelapisan tingkat, maupun penurunan tingkat.
Semantik merupakan ilmu yang mempelajari, mengkaji, dan menganalisis tentang makna dalam tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Makna merupakan pengertian, konsep atau sejenisnya yang dimiliki oleh tanda linguistik. Dalam hal ini dikenal istilah signifiant dan signifie. Makna memiliki beberapa jenis yang diklasifiksi menjadi (1) makna leksikal, gramatikal dan kontekstual; (2) makna referensial dan nonreferensial; (3) makna denotatif dan konotatif; (4) makna konseptual dan asosiatif; (5) makna kata dan istilah; (6) makna idiom dan peribahasa. Makna memiliki relasi antara makna yang satu dengan makna yang lain. Relasi tersebut menghasilkan istilah sinonimi, antonimi, polisemi, homonimi, hiponimi, dan ambguiti, serta redundasi. Sinonim memiliki makna tidak akan persis sama, ini dikarekan beberapa faktor yakni waktu, tempat atau wilayah, keformalan, sosial, bidang kegiatan, dan nuansa makna. Antonim memiliki beberapa jenis yakni antonim yang bersifat mutlak, antonim yang bersifat relatif atau bergradasi, antonim yang bersifat relasional, antonim yang bersifat hierarkial.
Makna juga mengalami perubahan, tetapi dalam waktu yang relatif lama dan hanya terjadi pada sejumlah kata saja. Dalam sintaksis juga dikenal dengan istilah medan makna dan komponen makna. Medan makna adalah seperangkat unsur leksikl yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian hal tertentu. Sementara komponen makna adalah sesuatu yang menjadi pembentuk keseluruhan makna kata itu. Semantik juga berkaitan dengan sintaksis sehingga dalam pembuatan kalimat harus disesuaikan antara semantik dan sintaksis dengan memperhatikan komponen makna kata secara lebih terperinci.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa linguistik mengalami perkembangan dalam melalui tahap-tahap sehingga dapat disebut ilmu. Perkembangan itu menghasilkan beberapa aliran linguistik dalam sejarahnya yakni linguistik tradisional, linguistik strukturalis, linguistik transformasional dan aliran-aliran sesudahnya. Linguistik tradisional meliputi linguistik zaman Yunani, zaman Romawi, zaman pertengahan, zaman renaisans hingga menjelang lahirnya linguistik modern. Dalam zaman Yunani, tokoh-tokoh yang memiliki peran yang besar dalam studi bahasa itu yakni kaum Sophis, Plato, Aristoteles, kaum Stoik, kaum Alexandrian. Pada zaman Romawi, tokoh yang berperan besar adalah Varro dalam karyanya “De Lingua Latina” dan Priscia dengan karyanya Institutiones Grammaticae. Sementara pada zaman pertengahan, yang berperan yakni kaum Modistae, Tata Bahasa Spekulatva, dan Petrus Hispanus.
Sementara linguistik strukturalis meliputi aliran Ferdinand de Saussure, aliran Praha, aliran Glosemantik, aliran Firthian, linguistik sistemik, alran Leonard Bloomfield dan strukturalis Amerika, dan aliran Tagmemik. Adapun linguistik transformasional dan aliran-aliran sesudahnya memiliki model-model seperti tata bahasa transformasi, semantik generatif, tata bahasa kasus, dan tata bahasa relasional. Untuk linguistik di Indonesia sendiri dimulai akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 oleh pemerintahan kolonial melalui penelitian bahasa daerah untuk melancarkan jalannya pemerintahan kolonial di Indonesia. Kegiatan tersebut berlanjut hingga abad XX dengan konsep linguistik modern oleh Ferdinand de Saussure dan disusul oleh Bloomfield dengan aliran strukturalis tahun tiga puluhan, Chomsky dengan aliran teori generatif transformasional tahun lima puluhan, yang semuanya baru dikenal di Indonesia akhir tahun lima puluhan. Konsep linguistik modern dikenal setelah kepulangan para linguis Indonesia dari negara lain. Hingga akhirnya di bentuk Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI) pada 15 November 1975. Kini penelitian bahasa daerah Indonesia dan bahasa nasional Indonesia dapat dilakukan orang luar Indonesia sehingga bahasa Indonesia menduduki tempat sentral dalam kajian linguistik baik di dalam negara ataupun di luar negara.
Buku yang berjudul ‘Linguistik Umum’ patut dijadikan salah satu bacaan dan referensi bagi para pembaca khususnya mahasiswa yang menggeluti bidang ini atau yang berkaitan dengan bidang ini. Buku ini sarat akan penjelasan terhadap materi-materi yang disajikan. Ini disebabkan buku ini disusun dari bahan yang digunakan dalam perkuliahan linguistik umum di FPBS IKIP Jakarta dan penulisnya sendiri adalah dosen yang mengajar di dalam mata kuliah lingustik umum sehingga isi buku ini lebih komprehensif. Buku ini juga dilengkapi dengan tugas dan latihan sehingga kita dapat mengevaluasi kemampuan kita dalam memahami dan menguasai materi yang telah disampaikan.
Buku “Linguistik Umum” karya Abdul Chaer disamping memiliki kelebihan juga memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut tidaklah menjadi hal yang patut dibesarkan. Kekurangan tersebut yakni penjelasan terhadap materi-materi yang disajikan kadang menimbulkan kesukaran dalam memahami materi buku ini akibat ketumpangtindihan yang terjadi. Hal ini disebabkan penulis juga menuliskan atau menjelaskan ketumpangtindihan yang terjadi dalam pembahasan materi ini oleh buku lain sehingga pembaca pun ikut merasa kebingungan dalam menangkap maksud dari penulis dalam menyampaikan materi tersebut. Selain itu, pembaca akan cepat merasa bosan dalam membaca buku yang cukup tebal ini karena tidak adanya gambar-gambar animasi untuk menjelaskan atau memeriahkan buku ini.
Namun, semua itu tidak menjadi masalah dan dapat diminimalisir karena yang dinilai dari sebuah buku adalah seberapa berkualitas dan bergunanya isi suatu buku terhadap pembaca. Sehingga dapat dikatakan bahwa buku yang berjudul ‘Lingustik Umum’ oleh Abdul Chaer sangat baik untuk dijadikan bahan bacaan dan referensi oleh pembaca khususnya mahasiswa yang memiliki mata kuliah yang berhubungan dengan lingustik maupun dosen atau pengajar yang bergelut di dunia bahasa.

                                                                                                                                                                                                                                 
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2008. Linguistik Umum. Jakarta: Rieneka Cipta.
Tabiati, Sri Endah. 2010. “Resensi Buku-Investigating Workplace Discourse.” Linguistik Indonesia 28.2,223-226



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahasa Daerah Makassar

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia

Apresiasi Puisi Indonesia