Semantik


Ruang Lingkup dan Jenis Semantik
disusun oleh Shafariana, dkk.
I.          Pendahuluan
Manusia telah dikodratkan sebagai makhluk sosial, sehingga manusia membutuhkan manusia lain dalam kehidupan ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Ini menyebabkan manusia memerlukan komunikasi untuk berinteraksi. Oleh karena itu, bahasa hadir sebagai alat komunikasi yang digunakan manusia untuk melakukan interaksi.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa bahasa digunakan untuk berkomunikasi, tentu bahasa itu memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan ataupun informasi. Oleh karena itu, bahasa memiliki makna yang telah diketahui oleh para komunikator. Makna bahasa perlu dipelajari agar para komunikator tidak menggunakan bahasa secara tidak tepat, sehingga pesan atau informasi yang disampaikan oleh informan dapat diterima dengan baik.
Ilmu yang mempelajari tentang makna bahasa disebut semantik. Semantik sangat penting bagi para komunikator. Ini dikerenakan untuk menghindari penggunaan kata yang bersifat ambigu, sehingga pesan atau informasi yang diterima oleh penerima dapat sesuai dengan apa yang dimaksud oleh pemberi informasi.
Semantik merupakan sebuah ilmu dan cabang dari ilmu bahasa atau linguistik. Selain itu semantik mencakup cabang lain dalam linguistik karena dalam semantik membahas tentang makna yang ada pada tataran bahasa. Tataran tersebut meliputi bentuk kata, kata, frasa, klausa, dan kalimat. Oleh karena itu, semantik berkaitan dengan cabang linguistik yakni morfologi dan sintaksis, sehingga dapat dikatakan bahwa pembahasan semantik cukup luas.
Pembahasan semantik yang sangat luas dan menantang karena membahas tentang makna menjadikan kami sebagai penulis tertarik untuk membahas semantik dalam makalah ini. Namun, makalah ini hanya akan membahas tentang ruang lingkup semantik dan jenis semantik secara umum sebagai pengantar dalam mempelajari semantik. Ini dilakukan agar pembaca dapat memiliki pengetahuan dasar sebelum memasuki inti dari pembahasan semantik itu sendiri.














II.       PEMBAHASAN
A.    Ruang Lingkup Semantik
Semantik adalah cabang dari ilmu tentang bahasa atau linguistik yang mempelajari dan mengkaji tentang makna bahasa. Oleh karena itu, objek kajian semantik adalah makna bahasa.
Ruang lingkup semantik terbatas pada hubugan ilmu makna itu sendiri di bidang linguistik. Ruang lingkup semantik juga dapat dipengaruhi oleh faktor nonliguistik jika dilihat dari sudut pandang sebagai fungsi bahasa nonsimbolik seperti emosi. Beberapa pendapat mengatakan bahwa semantik merupakan bidang ilmu sebagai pembeda bahasa dengan hubungan proses mental atau simbolis. Hubungan antara bahasa dan proses mental dapat dinyatakan dengan beberapa cara. Ada yang menyatakan bahwa proses mental tidak perlu dipelajari karena membingungkan, ada pula yang menyatakan harus dipelajari secara terpisah, lepas dari semantik tanpa menyinggung proses mental. Tanpa menyinggung hal tersebut kita dapat mengerti sesuatu yang terjadi melalui bahasa.
Bahasa adalah suatu sistem yang harus dipelajari seseorang dari orang lain yang menjadi anggota masyarakat penutur bahasa tersebut. Argumentasi tersebut menyatakan bahwa objek semantik tataran bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis). Tataran fonologi dalam hal ini fonem dapat membedakan makna di dalam minimal pair (pasangan minimal) dan di dalam fonestem (fonem memiliki makna, tetapi tidak melebihi morfem, misalnya fonem /u/ menyatakan besar, bergulung, seperti pada gelundugan; atau /i/ menyatakan kecil, seperti pada gelinding). Selain itu, semantik atau makna berkaitan erat dengan struktur dan fungsi. Sehingga kita mengenal makna leksikal (makna leksem itu sendiri) dan makna gramatikal (hubungan antarunsur secara fungsional), demikian pula pada makna kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana sehingga ruang lingkup semantik dapat menjangkau semua tataran bahasa, fonologi, morfologi, sitaksis, dan wacana.
B.     Semantik Leksikal
Semantik leksikal adalah semantik yang lebih banyak membahas makna sebagai objek kajiannya dalam tataran leksikon yang berisi gambaran yang nyata tentang konsep seperti yang dilambangkan kata itu atau langsung merujuk pada referen yang dilambangkan. Leksikon adalah kumpulan leksem dari suatu bahasa ataupun kumpulan kata-kata dari suatu bahasa sebagai istilah lain dari kosa kata. Sementara leksem adalah satuan bahasa yang memiliki makna. Leksem ini sendiri dapat berupa sebuah kata (Contoh: buku, sakit, rusa) atau gabungan kata (Contoh: kambing hitam, bertopang dagu).
Semantik leksikal memperhatikan makna yang terdapat dalam leksem ataupun kata sebagai satuan mandiri. Sehingga, makna yang ada pada leksem ataupun kata disebut makna leksikal. Misalnya, “jiwa” dalam semantik leksikal diperoleh makna leksikal berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu (1) roh manusia; nyawa ; (2) seluruh kehidupan batin manusia; (3) sesuatu atau orang yang utama dan menjadi sumber tenaga dan semangat; (4) isi (maksud) yang sebenarnya; arti yang tersirat; (5) buah hati; (6) orang. Selain itu, “pengajian” dalam semantik leksikal diperoleh makna leksikal berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu (1) pengajaran (agama Islam); (2) pembacaan Al-Qur’an. Makna leksikal umumnya dikenal dengan istilah makna kamus.
C.    Semantik Gramatikal
Semantik gramatikal adalah semantik yang lebih banyak membahas makna sebagai objek kajiannya dalam tataran tata bahasa atau gramatika. Makna dalam tata bahasa atau gramatika yang menjadi objek kajian semantik gramatikal disebut makna gramatikal yang berada pada tataran morfologi yang berupa kata dan bentuk kata, dan tataran sintaksis yang berupa frase, klausa, dan kalimat. Makna gramatikal merupakan makna yang timbul, hadir, atau ada dalam konteks yang lebih besar yakni frasa, klausa, ataupun kalimat.
Pada tataran morfologi, perbedaannya dengan semantik leksikal adalah makna yang dibahas adalah makna kata atau bentuk kata yang telah mengalami proses gramatika seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Selain itu, kata atau bentuk kata itu sendiri berada dalam konteks tataran sintaksis. Contoh:
1.      Afiksasi
Kata ‘meriah’ yang mengalami proses afiksasi menjadi ‘memeriahkan’ yang memiliki makna gramatikal ‘membuat jadi meriah’.
2.      Reduplikasi
Kata ‘batu’ yang mengalami proses reduplikasi menjadi ‘batu-batu’ yang memiliki makna gramatikal ‘banyak batu’.
3.      Komposisi
Kata ‘meja’ yang mengalami proses komposisi dengan kata ‘hitam’ menjadi ‘meja hitam’ yang memiliki makna gramatikal ‘meja yang berwarna hitam’.
Sementara pada tataran sintaksis, makna harus ditafsirkan dari tataran tata bahasa atau gramatika secara keseluruhan. Contoh: Kata ‘terjatuh’ bermakna gramatikal ‘tidak sengaja jatuh’ jika dalam konteks kalimat “Uang yang ada di saku Joni terjatuh saat ia berlari ke arah Jefri”, dan dapat bermakna gramatikal ‘dapat jatuh’ jika dalam konteks kalimat ‘Gelas itu terjatuh jika diletakkan di meja itu’.
D.    Semantik Kalimat
Semantik kalimat adalah semantik yang lebih banyak membahas makna sebagai objek kajiannya khusus pada tataran kalimat termasuk dalam hal topikalisasi kalimat. Sehingga semantik kalimat disebut juga semantik sintaksial. Namun, semantik ini belum banyak dibahas oleh para linguis. Hal ini dikarenakan objek semantik kalimat juga dibahas oleh semantik gramatikal sehingga semantik kalimat dapat dikategorikan bagian dari semantik gramatikal yang khususnya membahas tentang makna kalimat. Yang menjadikan semantik kalimat dibedakan dengan semantik gramatikal yakni semantik kalimat khusus membahas tentang makna pada tataran kalimat termasuk topikalisasi kalimat, yang mana topikalisasi kalimat tidak termasuk dalam masalah ketatabahasaan tetapi termasuk dalam semantik.

III.  Penutup
Semantik adalah ilmu yang mempelajari, mengkaji, dan menganalisis tentang makna bahasa. Sebagai ilmu, semantik memiliki ruang lingkup. Ruang lingkup ini meliputi: pengertian semantik; objek pembahasan semantik; jenis-jenis semantik; kedudukan semantik dalam semiotik; hubungan semantik dengan disiplin-disiplin ilmu lain; pengertian makna; jenis-jenis makna; proses perubahan makna yang meliputi penggantian, perluasan, pembatasan, dan pergeseran makna; tingkat pembahasan makna; hubungan makna dalam gaya bahasa, peribahasa, dan ungkapan; hal-hal yang tersangkut dalam soal makna seperti yang berhubungan dengan antonim, hiponim, homonim, polisemi, sinonim, dan medan makna; cara menganalisis makna; proses makna menampakkan diri dalam bentuk kata dengan segala persoalannya.
Semantik memiliki beberapa jenis, yakni semantik leksikal, semantik gramatikal, dan semantik kalimat. Semantik leksikal adalah semantik yang lebih banyak membahas makna sebagai objek kajiannya dalam tataran leksikon yang berisi gambaran yang nyata tentang konsep seperti yang dilambangkan kata itu. Semantik leksikal memiliki objek kajian yakni makna leksikal. Makna leksikal ini merupakan makna merujuk pada referen secara langsung. Semantik gramatikal adalah semantik yang lebih banyak membahas makna sebagai objek kajiannya dalam tataran tata bahasa atau gramatika. Sama seperti semantik leksikal, semantik gramatikal memiliki objek kajian yakni makna gramatikal. Berbeda dengan makna leksikal, makna gramatikal merupakan makna yang timbul, hadir, atau ada dalam konteks yang lebih besar yakni frasa, klausa, ataupun kalimat. Suatu kata dapat memiliki makna leksikal dan juga dapat memiliki makna gramatikal jika berada dalam konteks frasa, klausa, ataupun kalimat. Sementara semantik kalimat adalah semantik yang lebih banyak membahas makna sebagai objek kajiannya pada tataran kalimat dalam hal topikalisasi kalimat. Namun, pembahasan semantik kalimat tidak terlalu banyak dikarenakan tidak terlalu dikaji oleh para linguis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahasa Daerah Makassar

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia

Apresiasi Puisi Indonesia