Morfologi


KOMPOSISI VERBAL
oleh Shafariana, dkk
A.  Pendahuluan


Bahasa sangat erat kaitannya dengan kehidupan, sehingga banyak orang berlomba-lomba untuk mempelajari bahasa itu sendiri, khususnya bahasa Indonesia. Mempelajari bahasa kita akan bertemu dengan istilah linguistik. Linguistik merupakan ilmu yang mempelajari seluk beluk bahasa secara umum. Linguistik memilik beberapa kajian, salah satunya yakni morfologi. Morfologi merupakan salah satu kajian linguistik yang mempelajari bentuk-bentuk dan pembentukan kata. Salah satu pembahasan dalam morfologi adalah komposisi.
Komposisi merupakan peristiwa morfologis yang terjadi karena pertemuan dasar dengan dasar untuk menyimbolkan suatu hal yang ada dalam kehidupan nyata namun belum ada dalam kata tunggal yang mewakilinya. Menurut Chaer (2008:209), komposisi adalah proses  penggabungan dasar dengan dasar (biasanya berupa akar maupun bentuk berimbuhan) untuk mewadahi suatu “konsep” yang belum tertampung dalam sebuah kata. Komposisi terbagi menjadi tiga yakni komposisi nominal, komposisi verbal, dan komposisi adjektiva.
Komposisi verbal adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori verbal (Chaer,2008:225).  Komposisi verbal tidak hanya disusun oleh dasar verba dengan verba melainkan verba dengan dasar lain, yang menghasilkan komposisi yang bersifat verba. Penyusunan dasar dari kategori-kategori tertentu, kadang kala membuat kita menjadi sulit menentukan apakah penggabungan dasar itu berkategori verba atau tidak. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas komposisi dalam pembentukan kata khusus komposisi verbal dalam makalah ini. Adapun judulnya sesuai dengan pembahasan makalah ini yakni “Komposisi Verbal”. Harapan pembuatan makalah ini agar pembaca dapat memahami komposisi verbal lebih dalam lagi.




B.   Pembahasan
1.     Pengertian Komposisi Verbal
Komposisi adalah proses  penggabungan dasar dengan dasar (biasanya berupa akar maupun bentuk berimbuhan) untuk mewadahi suatu “konsep” yang belum tertampung dalam sebuah kata (Chaer, 2008:209).  Komposisi verbal adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori verbal (Chaer,2008:225). Contoh:
·         Mereka menyanyi menari sepanjang malam di bumi perkemahan.
·         Laki-laki itu datang menghadap kepala sekolah
Komposisi verbal disusun oleh dasar yang berkategori verba dengan dasar yang berkategori verba atau berkategori lain, berikut penyusunannya:
·         Verba dengan verba. Contoh: menyanyi menari, datang menghadap, duduk termenung, dan lari bersembunyi.
·         Verba dengan nomina. Contoh: gigit jari, membanting tulang, makan tangan, dan lompat galah.
·         Verba dengan adjektifa. Contoh: lompat tinggi, lari cepat, berkata keras, dan makan besar.
·         Adverbia dengan verba. Contoh: sudah makan, tidak datang, belum jumpa, dan masih tidur.


2.     Macam-macam Komposisi Verbal
Komposisi verbal berdasarkan kaitannya dengan semantik, dibedakan menjadi tiga, yakni:
a.      Komposisi Verbal Bermakna Gramatikal
Pembentukan komposisi verbal memiliki beberapa makna gramatikal, yakni:
(1)   ‘gabungan biasa’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan. Makna gramatikal dari ‘gabungan biasa’ terjadi apabila:
a)      Kedua unsurnya memiliki komponen makna yang sama, sebagai dua buah kata bersinonim. Misalnya: bimbang ragu, bujuk rayu, caci maki, gelak tawa, hilang lenyap, ikut serta, kasih sayang, tegur sapa, turut serta, dsb.
b)      Kedua unsurnya merupakan anggota dari satu medan makna. Misalnya: belajar mengajar, makan minum, menyanyi menari, baca tulis, tanya jawab, tingkah laku, dsb.
c)      Kedua unsurnya merupakan pasangan berantonim. Misalnya: jual beli, jatuh bangun, mundur maju, pulang pergi, bongkar pasang, tmbul tenggelam, dsb.
Namun, makna gramatikal sekelompok dari komposisi (c) sangat tergantung pada konteks kalimat. Pada satu konteks bisa bermakna ‘dan’, pada konteks lain bermakna ‘atau’, seperti pada nomor (2) berikut.
(2)   ‘gabungan mempertentangkan’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila kedua unsurnya merupakan pasangan berantonim. Misalnya: hidup mati, gerak diam, rebah bangun, jual beli, maju mundur, pulng pergi, bongkar pasang, dsb.
(3)   ‘sambil’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata sambil. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila kedua unsur itu merupakan dua tindakan yang dapat dilakukan bersamaan; hanya unsur pertama harus memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+gerak); sedangkan unsur kedua memiliki komponen makna (+tindakan) dan (-gerak). Misalnya datang membawa, datang menangis, datang menggendong, datang meringis, duduk berbicara, duduk membaca, duduk bersiul, lari tertawa-tawa, dsb.
(4)   ‘lalu’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata lalu. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+gerak), unsur kedua memiliki komponen makna (+tindakan) dan (-gerak). Misalnya: datang berteriak-teriak, datang marah-marah, pulang menangis, menerkan menggigit, melompat menendang, dsb.
(5)   ‘untuk’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata untuk. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+gerak), unsur kedua memiliki komponen makna (+tindakan) dan (± sasaran). Misalnya: datang menagih utang (pajak), datang menghadap (beliau), pergi berobat, pergi menonton  (bioskop), lari bersembunyi, duduk berunding, datang meminta (maaf), dsb.
(6)   ‘dengan’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dengan. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+gerak), unsur kedua memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+keadaan). Misalnya: datang merangkak, pulang terpincang-pincang, menangis tersedu-sedu, pulang menggendong (adik), dsb.
(7)   ‘secara’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata secara. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+tindakan), unsur kedua memiliki komponen makna (+cara). Misalnya: terjun bebas, makan besar-besaran, lari cepat, kerja paksa, cetak ulang, tukar tambah, lari beranting, jalan pintas, dsb.
(8)   ‘alat’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata menggunakan. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+tindakan), unsur kedua memiliki komponen makna (+alat) atau (+yang digunakan). Misalnya: balap mobil, balap sepeda, lempar lembing, lempar cakram, tolak peluru, lompat galah, terjun payung, lari gawang, dsb.
(9)   ‘waktu’, sehingga diantara kedua unsutnya dapat disisipkan kata waktu. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+kegiatan), unsur kedua memiliki komponen makna (+saat) atau (+ketika). Misalnya: ronda malam, apel pagi, tidur siang, kawin muda, makan siang, makan sahur shalat subuh, doa makan, tidur siang, dsb.
(10)                   ‘karena’, sehingga diantara kedua unsutnya dapat disisipkan kata karena. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+kegiatan), unsur kedua memiliki komponen makna (+penyebab). Misalnya: cerai mati, mabuk laut, mabuk udara, mabuk asmara, mabuk darah, mandi darah, mand keringat, dsb.
(11)                   ‘terhadap’, sehingga diantara kedua unsutnya dapat disisipkan kata terhadap atau akan. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+peristiwa), unsur kedua memiliki komponen makna (+bahaya). Misalnya: kedap air, kedap suara, tahan panas, tahan peluru, tahan uji, tahan banting, tahn uji, tahan lapar, dsb.
(12)                   ‘menjadi’, sehingga diantara kedua unsutnya dapat disisipkan kata menjadi. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+penyebab), unsur kedua memiliki komponen makna (+akibat). Misalnya: jatuh cinta, jatuh sakit, naik haji, bagi rata, pergi haji, masuk Islam, masuk tentara, dsb.
(13)                   ‘sehingga’, sehingga diantara kedua unsutnya dapat disisipkan kata sehingga atau sampai. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+tindakan), unsur kedua memiliki komponen makna (+kesudahan). Misalnya: tembak mati, beri tahu, pukul mundur, sebar luas, buang habis, lempar jauh, dsb.
(14)                   ‘menuju’, sehingga diantara kedua unsutnya dapat disisipkan kata ke atau menuju. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+gerak arah), unsur kedua memiliki komponen makna (+arah tujuan). Misalnya: belok kiri, hadap kanan, masuk sekolah, naik darat, pulang kampung, lirik kanan, dsb.
(15)                   ‘arah kedatangan’, sehingga diantara kedua unsutnya dapat disisipkan kata dari. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+gerak arah), unsur kedua memiliki komponen makna (+tempat tujuan). Misalnya: pulang kantor, pulang kerja, usai sekolah, bubar rapat, habis mandi, dsb.
(16)                   ‘seperti’, sehingga diantara kedua unsutnya dapat disisipkan kata seperti atau sebagai. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+keadaan), unsur kedua memiliki komponen makna (+pertimbangan). Misalnya: lurus tabung, mati kutu, buta ayam, kawin ayam, lari-lari anjing, dsb.

b.      Komposisi Verbal Bermakna Idiomatikal
Komposisi verbal yang bermakna idiomatikal yakni komposisi verbal yang memiliki makna yang tidak dapat ditelusuri atau diprediksi baik secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya: makan garam berarti ‘pengalaman’, makan kerawat berarti ‘sangat miskin’, gigit jari berarti ‘tidak mendapatkan apa-apa’.
Umumnya  komposisi verba bermakna idiomatikal berstruktur verba + nomina  atau berupa klausa predikat + objek atau objek + pelengkap. Namun bukan bermakna gramatikal ataupun sintaksial melainkan idiomatikal.
Berikut contoh perbedaan antara yang bermakna gramatikal, bermakna idiomatikal, dan bermakna polisemi.
(1)   Bermakna gramatikal:


Makan tempe
Makan tahu
Makan kacang
Mengambil uang
Mengambil pensil
Menjual sepeda
Menjual rumah
Menjual sepatu


(2)   Bermakana idiomatikal


Makan tangan
Makan hati
Makan kerawat
Mengambil angin
Mengambil hati
Menjual gigi
Menjual diri
Menjual aksi


(3)   Bermakna polisemi


Makan ongkos
Makan waktu
Makan diri
Mengambil istri
Mengambil mata
Menjual murah
Menjual paksa
Menjual semua



c.       Komposisi Verbal dengan Adverbia
Verbal  yang mengisi funsi predikat dalam klausa seringkali didampingi adverbia. Adverbia yang mendampingi verba yakni:
(1)   Adverbia negasi, yakni tidak, tak, tanpa.
(2)   Adverbia kala, yakni sedang, sudah, tengah lagi, akan.
(3)   Adverbia keselesaian, yakni sudah, sedang, tengah, belum.
(4)   Adverbia aspektual, yakni boleh, wajib, harus, dapat, ingin, mau.
(5)   Aderbia frekuensi, yakni sering, jarang, pernah, acapkali.
(6)   Adverbia kemungkinan, yakni mungkin, pasti, barang kali, boleh jadi.

Berikut contoh dari komposisi verba yang didampingi oleh adverbia:


·         Tidak makan
·         Sudah tidak makan
·         Harus datang
·         Boleh jadi tidak datang
·         Tidak akan makan
·         Sudah tidak akan makan
·         Tidak harus datang
·         Sudah tidak sering datang
·         Pasti belum datang
·         Belum pasti datang
·         Sedang tidak boleh makan


 C.  Penutup
Morfologi merupakan cabang dari linguistik, yang mempelajari tentang seluk beluk dari bentuk-bentuk dan pembentukan kata. Dalam mempelajari morfologi, salah satu yang akan dibahas adalah komposisi yang terbagi berdasarkan kategori, salah satunya komposisi verbal.
Komposisi adalah proses  penggabungan dasar dengan dasar (biasanya berupa akar maupun bentuk berimbuhan) untuk mewadahi suatu “konsep” yang belum tertampung dalam sebuah kata (Chaer, 2008:209).  Komposisi verbal adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori verbal (Chaer,2008:225).
Komposisi berdasarkan semantik dibedakan menjadi komposisi verbal bermakna gramatikal, komposisi verbal bermakna idiomatikal, dan komposisi verbal dengan adverbia. Komposisi bermakna gramatikal memiliki makna yakni ‘gabungan biasa’, ‘gabungan mempertentangkan’, ‘sambil’, ‘lalu’, ‘untuk’, ‘dengan’, ‘secara’, ‘alat’, ‘waktu’, ‘karena’, ‘terhadap’, ‘menjadi’, ‘sehingga’, ‘menuju’, ‘arah kedatangan’, dan ‘seperti’. Komposisi verbal bermakna idiomatikal memiliki makna yang tidak dapat ditelusuri atau diprediksi baik secara leksikal maupun gramatikal. Sementara komposisi verbal dengan adverbia, terdiri dari adverbia negasi, kala, keselesaian, aspektual, frekuensi, dan kemungkinan.

 DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul.2008.Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses).Jakarta:Rineka Cipta













Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahasa Daerah Makassar

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia

Apresiasi Puisi Indonesia