Linguistik Umum


ILMU DAN KAJIAN BAHASA

disusun oleh Shafariana, dkk
I.          Pendahuluan

Sebagai makhluk sosial, kita tentunya membutuhkan bahasa yang merupakan alat untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Bahasalah yang menandakan manusia sebagai makhluk yang berakal. Kita ketahui bahwa bahasa adalah sumber kehidupan dan kekuatan manusia. Jadi setiap manusia yang terlibat dalam kehidupan bermasyarakat harus mengenal bahasa. Sebab, bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan maksud, pikiran, dan perasaan kepada orang lain. Maka dari itu kita sebagai makhluk sosial membutuhkan yang namanya penguasaan bahasa.
Di dalam pembahasan masalah bahasa, salah satu istilah yang kita temukan yakni linguistik. Linguistik adalah ilmu yang membahas, mempelajari, mengkaji seluk beluk bahasa secara umum. Sebagai pemula dalam mempelajari ilmu bahasa secara mendalam, kita akan diberikan sajian dalam bentuk pengantar linguistik. Dalam pengantar linguistik kita akan mengetahui apa pengertian bahasa dan bagaimana seluk beluk bahasa itu, serta apa saja yang menjadi kajian linguistik.
Salah satu yang dibahas dalam pengantar linguistik adalah pengkajian bahasa sebagai kajian ilmah. Kajian ilmiah yang dimaksud adalah kajian yang menelaah bahasa. Ini disebabkan bahwa linguistik merupakan ilmu yang mengadakan telaah terhadap bahasa atau kajian ilmiah tentang bahasa, sesuai dengan pengertian linguistik itu sendiri.
Saat mempelajari bahwa kajian bahasa merupakan kajian ilmiah, kita terkadang menemukan kesukaran untuk membedakan antara ilmu, pengetahuan, dan kepercayaan. Ini disebabkan karena ilmu, pengetahuan, dan kepercayaan saling memilki hubungan yang tak terpisah atau keterkaitannya sangat kuat. Selain itu kita juga menemukan kesukaran bagaimana cara membuktikan bahwa kajian bahasa itu merupakan kajian ilmiah, dan pembagian bidang kajian bahasa karena kajian bahasa sangat luas
Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dibahas satu persatu tentang kajian bahasa. Oleh karena itu, makalah ini hanya akan membahas tentang pengenalan bahwa kajian bahasa merupakan kajian ilmiah. Dengan begitu, pembaca diharapkan dapat dengan mudah paham akan kajian bahasa dan pada saat pembahasan bidang kajian bahasa tidak terjadi tumpang tindih.


  
II.       PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ilmu
Ilmu berbeda dengan pengetahuan. Pengetahuan belum tentu ilmu, tetapi ilmu sudah pasti pengetahuan. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui yang ditangkap oleh pancaindra, intuisi, dan firasat manusia. Ilmu merupakan pengetahuan yang telah diklasifikasi dan diorgansir sehingga memiliki kebenaran yang objektif, sudah dan dapat diuji kebenarannya, dan tersusun secara sistematis dan ilmiah. Ilmu dapat dipahami melalui definisi. Definisi setiap orang berbeda, tetpi memiliki makna yang sama. Berikut definisi ilmu berdasarkan kamus standar dari segi kata latin scientia:
1.      Ilmu adalah keadaan atau fakta, mengetahui, pengetahuan, yang sering dioposisikan dengan intusi, kepercayaan, dan lain-lain.
2.      Ilmu adalah pengetahuan yang sistematiskan yang diturunkan dari observasi, studi, dan eksperimentasi yang dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan hakikat atau prinsip apa yang sedang dikaji.
3.      Ilmu adalah cabang ilmu pegetahuan atau kajian, terutama yang berhubungan dengan penentuan dan penyistematian fakta, prinsip, dan metode yang menggunakan eksperimen dan hipotesis.
4.      Ilmu adalah pengetahuan hakikat dunia fisik beserta cabang-cabangnya.
5.      Ilmu adalah keterampilan, teknik, dan kemampuan yang didasarkan pada pelatihan dan pengalaman
Berikut definisi oleh beberapa ahli:
1.      Ilmu adalah metode analisis fenomena secara objektif dan sistematis yang dirancang untuk mendaptkan akumulasi pengetahuan yang dapat dipercaya. (Lastrucci dalam Wardihan dan Baharman, 2014:81)
2.      Ilmu adalah pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. (Ditjen Dikti Depdikbud dalam Wardihan dan Baharman, 2014:81)
B.     Langkah-langkah dalam Metode Ilmiah
Langkah-langkah dalam metode ilmiah mencakup beberapa hal, yang berintikan proses logiko-hipotiko-verifikatif:
1.      Perumusan masalah
2.      Telaah pustaka dalam rangka penyusunan kerangka pikir atau kerangka teori
3.      Pengajuan hipotesis atau verifikasi
4.      Penelitian
5.      Penarikan kesimpulan




C.    Ciri dan Karakteristik Ilmu
Berikut karakteristik ilmu beserta penjelasannya:
1.      Objektif
Ilmu merupakan hasil kerja interobjektif. Mengacu kepada sikap yang menyampingkan sifat personal, prasangka, dan juga mengacu pada cara mengetahui kualitas suatu fenomena yang secara massa dapat ditunjukkan.
2.      Sistematis
Dikatakan sistematis karena ilmu disusun dan diprogram secara runtut, baik dalam hal tataan problem maupun metode kerja. Selain itu, ilmu mengandung konsistensi. Teori-teori yang digunakan saling berhubungan dan menguatkan, atau tidak saling berkontras.
3.      Logis
Ilmu merupakan hasil penalaran manusia. Penalaran itu memiliki ciri logis dan analisis. Logis karena penalaran itu cara berpikir secara luas yang masuk dalam akal manusia atau logika. Berpikir seperti itu dapat terwujud jika diterapkan analisis ilmiah. Logika dibedakan menjadi dua kategori, yakni logika deduktif dan logika induktif. Logika tersebut digunakan sebagai cara berpikir untuk menarik kesimpulan, dari jenis logika tersebut maka muncul pula penalaran deduktif dan penalaran induktif.
a.       Penalaran deduktif
Penalaran deduktif adalah penalaran untuk mengambil kesimpulan yang bertolak dari pernyataan bersifat umum. Pola berpikirnya disebut sillogisme. Dalam penalaran ini terdapat dua pernyataan premis dan satu kesimpulan. Premis tersebut dbedakan menjadi premis mayor yang besifat umum dan premis minor yang bersifat khusus, yang keduanya berfungsi mendukung kesimpulan. Contoh:
P.Mayor      : Semua mahasiswa baru memakai baju putih hitam
                                      A                                       B
P.Minor       : Alya seorang mahasiswa baru
                        C                             A                                
Kesimpulan : Alya memakai baju putih hitam
                        C                      B
b.      Penalaran induktif
Penalaran induktif adalah penalaran untuk mengambil kesimpulan yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus.penalaran ini dimulai dari pernyataan yang mempunya ruang lingkup yang khas terbatas dan diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Dalam penalaran ini hanya terdiri dari satu premis minor dan satu kesimpulan.

Contoh:
P. Minor      : Kuda berdaun telinga dan melahirkan
P. Minor      : Kelinci berdaun telinga dan melahirkan
P. Minor      : Kambing berdaun telinga dan melahirkan
P. Minor      : Kucing berdaun telinga dan melahirkan
Kesimpulan : Binatang yang berdaun telinga itu melahirkan
4.      Empiris
Ilmu disusun berdasarkan hasil observasi, pengalaman-pengalaman yang konkret, dan dapat dibuktikan kebanarannya oleh orang lain.
Selain karakteristik tersebut, ilmu memiliki beberapa ciri, yakni sebagai berikut:
1.    Ciri akumulatif
Ilmu meruakan sistem yang terintegrasi yang terbentuk dalam cara yang sedemikian rupa, sehingga fakta, prinsip, teori, dan hukum atau dalil mendukung fakta, prinsip, teori, dan hukum atau dalil-dalil yang lain
2.    Ciri kebenaran
Ilmu memiliki kebenaran nisbi atau sementara, bukan kebenaran abolut. Kebenarannya bisa berubah jika ditemukan data baru karena ilmu merupakan sesuatu yang selalu dianalisis.
D.    Kajian Bahasa: Persyaratan Keilmuannya
Dengan menggunakan metode induktif, kajian bahasa dilaksanakan dengan langkah-langkah berikut:
1.      Pengamatan data
Peneliti menumpulkan data bahasa dan mengurakannya dengan pernyataan-pernyataan yang dapat dipahami peneliti yang lain
2.      Penentuan wawasan struktur data
Peneliti bahasa berusaha untuk mencari keteraturan dalam bahasa berdasarkan data-data yng terkumpul. Pada kaidah ini ditemukan kadaah bahasa yang dikaji.
3.      Perumusan hipotesis
Kaidah-kaidah atau aturan yang diperoleh pada langkah kedua dirumuskan secara hipotesis sehingga diperoleh gambaran yang baru dan menyeluruh tentang bahasa
4.      Pengujian hipotesis
Dilakukan pengujian terhadap rumusan hipotesis yang diperoleh pada langkah ketiga dengan data yang lain.  

Dengan menggunakan metode deduktif, kajian bahasa dilaksanakan dengan menyusun terlebh dahulu hipotesis, kemudian dibuktikan kebenarannya berdasarkan data. Contoh:
Hipotesis: Salah satu tipe kalimat adalah kalimat yang predikatnya diikuti   oleh dua nomina atau frase nomina.
Kaidah hipotesis :
K = (F) + P + (F) N + (F) N
                                            Keterangan:     K         = Kalimat
                                                                    (F)       = Frasa
                                                                    N         = Nomina
Dibaca: kalimat terdiri atas frasa diikuti predikat yang diikuti dua frasa nomina
Pembuktian :
Pada bahasa Indonesia ditemukan data:
        Zuraidah membeli buku agama
Pada bahasa Bugis ditemukan data:
        Zaenuddin parengga bo’ agama
Pada bahasa Inggris ditemukan data:
        Keyla sells relegious books
E.     Persyaratan: Eksplisit, Sistematis, Objektif
Kajian bahasa sebagai kajian ilmiah telah memenuhi syarat eksplisit, sistematis, dan objektif. Syarat eksplisit dipenuhi dengan menyatakan secara jelas kriteria yang mendasari kajian bahasa dengan menyediakn peristilahan secara jelas dan konsisten. Teknis keilmuan merupakan hal yang harus ada dalam kajian bahasa agar kajian bahasa tergolong ilmiah. Syarat eksplisit ini memiliki tujuan untuk menandai dan sekaligus membatasi hal yang dikaji. Misalnya, kriteria klausa tidak boleh sama dengan kriteria kalimat.
Syarat sistematis dipenuhi dengan menjelaskan hal yang paling dasar yang berkaitan dengan apa yang diselidiki secara berurutan hingga hal yang diselidiki.
Syarat objektif dipenuhi dengan mengadakan penyelidikan terhadap data dengan eksperimen yang terkontrol, eksperimen harus terbuk terhadap pengamatan dan penilaian langsung. Sehingga bila eksperimen diulangi hasilnya dan penilaiannya akan terbuka untuk diuji. Ciri objektif menurut Kridalaksana yang dikemukakan pada kajian bahasa memiliki acuan berikut:
1.      Sikap terbuka dalam analisis
2.      Sikap kritis dengan mencurigai setiap hipotesis sampai dapat dibuktikn secara memadai
3.      Berhati-hati terhadap perasangka-perasangka
4.      Berusaha sejauh mungkin memakai prosedur standar yang telah ditentukan
Syarat empiris dipenuhi bahwa bahasa merupakan tingkah laku manusia sebagai kebiasaan manusia, sehingga pengkajian bahasa memenuhi syarat yang empiris.
F.     Tiga Alasan Robins
Menurut Robins kajian bahasa sebagai kajian ilmiah memilki tiga alasan:
1.      Kajian bahasa itu berkenaan dengan bentuk kebendaan tertentu, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan
2.      Kajian bahasa itu berjalan dengan kerja yang dapat diketahui dan diperikan
3.      Wujud fakta yang ditemukan dapat dibenarkan dengan mengacu pada prinsip-prinsip dan teori-teori yang dapat dinyatakan. Tujuan kajian bahasa adalah untuk menguji material bahasa agar dapat membuat pernyatan umum tentang bahasa itu, yakni tentang bermacam-macam elemen bahasa yang berhubungan dengan kaidah-kaidahnya.
Linguistik diimbangi dengan tiga prinsip keilmuan, yakni:
1.      Tuntas dan lengkap, semua fakta harus tercakup
2.      Konsisten yang berarti ada persesuaian antara pernyataan-pernyataan yang terkandung didalamnya, atau tidak mengandung pernyataan-pernyataan yang saling bertentangan
3.      Singkat dan sederhana; yang berarti bahwa pernyataan-pernyataan dalam kajian bahasa itu bersifat lugas, tidak berbelit-belit, atau seperlunya saja
G.    Ciri Khas Kajian Bahasa sebagai Kajian Ilmiah
Kridalaksana mengajukan empat ciri khas kajian bahasa sebagi ilmu, yakni sebagai berikut:
1.      Kajian itu mendekati bahasa tidak secara preskriptif, tetapi secara deskriptif. Hal ini berarti bahwa hal yang dipentingkan adalah apa yang sebenarnya diungkapkan orang, bukan apa yang seharusnya diungkapkan. Tugasnya adalah menyusun kaidah-kaidah bahasa bukan menjelaskan betul dan salah
2.      Kajian bahasa tidak berusaha untuk memaksakan suatu bahasa dalam kerangka bahasa yang lain.
3.      Kajian bahasa memperlakukan bahasa sebagi suatu sistem, bukan sekadar kumpulan unsur yang terlepas. Pendekatan seperti itu disebut pendekatan strukural
4.      Kajian bahasa memperlakukan bahasa bukan sebagai benda yang statis, melainkan sebagai benda yang dinamis, yang selalu berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya pemakaiannya.

Kajian bahasa sebagai kajian ilmiah dituntut memiliki kepadaan sebagai berikut:
1.      Kepadaan observasional
Dipenuhi jika  kajian bahasa dan deskripsinya didasarkan pada hasil observasi yang rapi. Selain itu memungkinkan pembaca mampu memproduksi kembali wujud data yang digunakan, dan menggambarkan data seperti apa adanya.
2.      Kepadaan deskriptif
Dipenuhi jika kajian bahasa dan deskripsinya memungkinkan pembaca mampu memproduksi kembali wujud data yang digunakan, dan menggambarkan data seperti apa adanya.
3.      Kepadaan ekslanatif
Dipenuhi jika kajian bahasa dan deskripsinya mampu menjelaskan bahasa yang dikaji dari segi-segi teori.




III.  Penutup
Bahasa sangat erat kaitannya dengan kehidupan bahasa, apapun aktivitas manusi tentu memerlukan bahasa. Dalam mempelajari bahasa, ada sebuah istilah yakni linguistik, yang merupakan ilmu yang mengkaji seluk belek bahasa. Dalam linguistik kita mempelajari tentang pengkajian bahasa sebagai kajian ilmiah.
Kajian ilmiah berkaitan dengan ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang telah diklasifikasi dan diorgansir sehingga memiliki kebenaran yang objektif, sudah dan dapat diuji kebenarannya, dan tersusun secara sistematis dan ilmiah. Karakteristik dan ciri ilmu itu sendiri adalah objektif, sistematis, logis, empris, ciri akumulatif, dan ciri kebenarannya. Pada kajian ilmiah ada beberapa langkah yang dilaksanakan yakni pengamatan data, penentuan wawasan struktur data, perumusan hipotesis, dan pengujian hipotesis. Kajian bahasa dikatakan kajian ilmiah karena kajian bahasa mampu memenuhi syarat eksplisit, sistematis, dan objektif. Selain itu ada beberapa alasan yang diuraikan oleh seorang ahli bahwa kajian bahasa merupakan kajian ilmiah. Juga terdapat empat ciri khas kajian bahasa sebagai kajian ilmiah.


DAFTAR PUSTAKA
P., A.Wardihan dan Baharman.2014.Pengantar Linguistik.  Makassar:  Fakultas bahasa dan sastra Universitas Negeri Makassar
Tim Dosen Pendidikan Agama Islam. 2013. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Badan Penerbit MKU Universitas Negeri Makassar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahasa Daerah Makassar

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia

Apresiasi Puisi Indonesia