Keterampilan Menulis
Ciri-Ciri Bahasa Indonesia Baku
oleh Shafariana, dkk
I.
Pendahuluan
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasioal sekaligus bahasa negara di
Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan di Indonesia baik yang bersifat formal maupun
bersifat informal. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengatar pendidikan memiliki
kaidah-kaidah yang paling lengkap sehingga menjadi sebuah ragam dalam berbahasa
yang berbeda dengan ragam bahasa lain. Ragam tersebut ditelaah, diperikan, dan
juga diajarkan. Oleh karena itu, ragam tersebut dijadikan tolok bandigan bagi
pemakaian bahasa yang benar. Ragam yang berfungsi sebagai tolok atau acuan ini
dinamakan bahasa baku atau bahasa standar.
Dewasa ini, penggunaan bahasa Indonesia baku
sering digunakan baik di bidang pendidikan, bidang pemerintahan, penulisan
karya ilmiah, dan sebagainya. Namun, penggunaan tersebut biasanya tidak sesuai
dengan ciri-ciri bahasa Indonesia baku meskipun kata yang digunakan merupakan
kata bahasa Indonesia baku. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan sebuah
pembahasan atau studi tentang ciri bahasa Indonesia baku, salah satunya melalui
makalah. Pembahasan mengenai ciri bahasa Indonesia baku diharapkan agar pembaca dapat lebih memahami
dan menggunakan dengan benar mengenai bahasa Indonesia baku.
II. PEMBAHASAN
A.
Bahasa Indonesia Baku
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasioal sekaligus bahasa negara di
Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan di Indonesia baik yang bersifat formal maupun
bersifat informal. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengatar pendidikan memiliki
kaidah-kaidah yang paling lengkap sehingga menjadi sebuah ragam dalam berbahasa
yang berbeda dengan ragam bahasa lain. Ragam tersebut ditelaah, diperikan, dan
juga diajarkan. Oleh karena itu, ragam tersebut dijadikan tolok bandigan bagi
pemakaian bahasa yang benar. Ragam yang berfungsi sebagai tolok atau acuan ini
dinamakan bahasa baku atau bahasa standar.
B.
Sifat Bahasa Baku
Bahasa Indonesia baku memiliki beberapa sifat yang dimiliki oleh bahasa
baku atau standar pada umumnya. Sifat umum atau ciri utama suatu bahasa baku
sebagai berikut.
1.
Bahasa baku bersifat kemantapan
dinamis.
Bahasa baku bersifat kemantapan dinamis berarti sifat kemantapan dilihat
bahwa bahasa baku memiliki kaidah dan aturan yang tetap. Kaidah dan aturan
tersebut tidak dapat berubah setiap saat,. Meskipun begitu, kemantapan tersebut
tidak bersifat kaku melainkan bersifat terbuka dalam hal ini bersifat dinamis.
Bahasa baku juga harus bersifat terbuka untuk memerima perubahan yang bersistem
dan teratur serta mengijinkan perkembangan berjenis ragam yang diperlukan di
dalam kehidupan modern guna menjadikan bahasa baku atau bahasa standar lebih
baik lagi. Bahasa Indonesia baku juga memiliki sifat seperti itu juga agar menjadi
bahasa yang modern untuk mengantar kebudayaan modern.
2.
Bahasa baku bersifat kecendikiaan
atau keilmuan.
Bahasa baku bersifat keilmuan berarti bahasa baku mengungkapkan suatu
konsep dengan penalaran atau pemikiran yang teratur logis, dan masuk akal. Bahasa
baku yang bersifat keilmuan, memungkinka bahasa dapat mengungkapkan ilmu
pengetahuan dalam berbagai bidang termasuk teknologi modern yang bermanfaat
bagi suatu bangsa. Hal ini juga berlaku pada bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
baku yang memiliki sifat keilmuan akan melahirkan bahasa Indonesia baku yang
modern. Pengenalan ilmu dan teknologi modern yang umumnya bersumber pada bahasa
asing dapat dilangsungkan dalam buku bahasa Indonesia. Hal inilah yang berperan
untuk memajukan peradaban bangsa Indonesia yang masih sebagai negara
berkembang. Bahasa Indonesia baku yang modern akan memungkinkan bangsanya
memiliki ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang dengan memiliki keterampilan
berbahas Indonesia dan melahirkan generasi penerus yang ilmuan.
3.
Bahasa baku bersifat seragam.
Bahasa baku bersifat seragam berarti proses pembakuan bahasa sampai pada
taraf tertentu atau proses pembakuan bahasa hanya pada proses penyeragaman
kaidah tanpa penyamaan ragam atau variasi bahasa. Bahasa Indonesia baku juga
bersifat seragam. Bahasa Indonesia menyeragamkan kaidah-kaidah berbahasa pada
setiap ragam atau variasi bahasa Indonesia tanpa menghilangkan ciri khas dari
ragam atau variasi bahasa Indonesia itu sediri.
C. Ciri Bahasa Indonesia Baku
Bahasa Indonesia baku memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.
Pemakaian Awalan Me- Secara
Eksplisit dan Konsisten
Bahasa
Indonesia baku menggunakan awalan me- pada verba secara gamblang, jelas, dan
tidak berbelit belit. Selain itu, penggunaan awalan me- pada verba juga
dilakukan dengan tetap dan selaras. Pada suatu kalimat yang menggunakan dua
verba atau lebih, maka bahasa Indonesia baku akan menggunakan awalan me- pada
semua verba dalam satu kalimat apabila salah satu verba menggunakan awalan me-.
Contoh:
Bahasa
Indonesia baku
a.
Shafariana menulis karya ilmiah dalam sehari.
b.
Kabut asap melanda beberapa kota di Indonesia.
c.
Pemerintah membangun beberapa jembatan di daerah terpencil.
d.
Raja mengirim surat melalui
hulubalangnya.
e.
Komputer mengolah dan menyimpan
data lebih baik.
Bahasa
Indonesia tidak baku
a.
Shafariana tulis karya ilmiah
dalam sehari.
b.
Kabut asap landa beberapa kota di
Indonesia.
c.
Pemerintah bangun beberapa
jembatan di daerah terpencil.
d.
Raja kirim surat melalui
hulubalangnya.
e.
Komputer olah dan simpan data
lebih baik.
2.
Pemakaian Awalan Ber- Secara
Eksplisit dan Konsisten
Pemakaian
awalan ber- pada bahasa Indonesia baku sama kaidahnya dengan penggunaan awalan
me-.
Contoh:
Bahasa
Indonesia baku
a.
Bel berbunyi tiga kali di sekolah pada pukul sepuluh.
b.
Keluarga-baru bertamasya di Kebun Raya Bogor.
c.
Anang bernyayi dan bergoyang
dengan Ashanty pada sebuah acara di malam tahun baru.
d.
Jantung berdetak lebih kencang setelah berolahraga.
e.
Telinga berdengung saat berada di pesawat.
Bahasa
Indonesia tidak baku
a.
Bel bunyi tiga kali di sekolah
pada pukul sepuluh.
b.
Keluarga-baru tamasya di Kebun
Raya Bogor.
c.
Anang duet dan goyang dengan
Ashanty pada sebuah acara di malam tahun baru.
d.
Jantung detak lebih kencang
setelah berolahraga.
e.
Telinga dengung saat berada di
pesawat.
Ciri bahasa Indonesia baku tidak semua kata kerja harus berimbuhan me- atau
ber-. Hal ini dikarenakan beberapa kata kerja yang bentuk dasarnya sudah cukup
untuk menyusun kalimat aktif, baik itu karena kata itu tidak pernah mendapat
awalan me- atau ber- (bangun, diam, duduk, maju, dsb) maupun karena awalan me-
dan ber- pada perkataan lama-kedalaman sudah aus yaitu sudah biasa ditinggalkan
orang saja (makan, minum, dsb), bahkan jika diberi awalan me- atau ber-
mempuyai pengertian lain atau terasa janggal (dapat berarti ‘sanggup’ atau
‘bisa’, jika mendapat imbuhan me- menjadi mendapat berarti ‘memeroleh’). Selain
itu, penanggalan awalan me- atau ber- biasa terjadi pada kata kerja yang tidak
menyatakan sesuatu nosi (arti yang timbul akibat proses morfologis), misalnya
puasa, diam, lari, dsb.
3.
Pemakaian Urutan Kata yang Tepat
Bahasa
Indonesia baku menggunakan urutan kata yang tepat pada pola atau struktur
kalimat. Berikut pemakaian urutan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia baku
a.
Penggunaan pola frasa verbal
Sebuah kalimat
dalam bahasa Indonesia baku apabila menggunakan frasa verbal harus mengikuti
pola frasa verbal.
Pola frasa
verbal : aspek
+ agen + verba
Verba yang
digunakan pada pola ini adalah verba dalam bentuk dasar ataupun verba yang
menggunakan akhiran –kan.
Contoh:
Bahasa
Indonesia baku
1)
Belum saya ceritakan dongeng tersebut kepada siswa.
2)
Besok akan Yuni laporkan pada pihak berwajib.
3)
Nasehat tersebut akan Feni ingat dengan baik.
4)
Sudah Dila kerjakan tugas yang diberikan
5)
Koran itu belum ayah baca pagi ini.
Bahasa
Indonesia tidak baku
1)
Saya belum ceritakan dongeng tersebut kepada siswa.
2)
Besok Yuni akan laporkan pada pihak berwajib.
3)
Nasehat tersebut Feni akan ingat dengan baik.
4)
Dila sudah kerjakan tugas yang diberikan
5)
Koran itu ayah belum baca pagi ini.
b.
Urutan kata dalam kalimat
dwitransitif yang bermakna benefaktif
Kalimat
dwitransitif adalah kalimat yang terdiri atas dua objek, satu menduduki fungsi
objek dan satu lagi menduduki fungsi pelengkap. Pola: (S + P + O + Pel)
Kalimat
dwitransitif yang bemakna benefaktif berarti kalimat dwitransitif menggunakan
verba yang dilakukan untuk orang lain. verba yang dimaksud biasanya menggunakan
imbuhan me-kan.
Contoh:
Bahasa
Indonesia baku
1)
Ibu membuatkan Ayah secangkir
kopi.
2)
Guru mendiktekan para siswa
sebuah wacana.
3)
Nenek memasakkan kakek semangkuk
bubur.
4)
Kakak memperlihatkan adik sebuah
mainan baru di kamar.
5)
Mahasiswa itu membawakan Bu Erna
setumpuk buku.
Bahasa
Indonesia tidak baku
1)
Ibu membuatkan secangkir kopi
ayah.
2)
Guru mendiktekan sebuah wacana para
siswa.
3)
Nenek memasakkan semangkuk bubur
kakek.
4)
Kakak memperlihatkan sebuah
mainan baru adik di kamar.
5)
Mahasiswa itu membawakan setumpuk
buku Bu Erna.
c.
Urutan kata dalam kalimat
dwitransitif yang bermakna direfaktif
Kalimat
dwitransitif adalah kalimat yang terdiri atas dua objek, satu menduduki fungsi
objek dan satu lagi menduduki fungsi pelengkap. Pola: (S + P + O + Pel)
Kalimat
dwitransitif yang bemakna direktif berarti kalimat dwitransitif menggunakan
verba yang diikuti objek langsung dari verba itu sendiri. Verba dalam kalimat
dwitransitif yang bermakna direktif menggunakan imbuhan me-i ataupun imbuhan –kan.
Contoh:
Bahasa
Indonesia baku
1)
Ayah menawari paman sebuah mobil
kemarin.
2)
Linda memasakkan semangkuk bubur untuk
Bu Mira.
3)
Pak Lurah menulisi Pak Camat
sepucuk surat di kantor.
4)
Mahasiswa itu membawakan setumpuk
buku kepada Bu Erna.
5)
Minggu lalu Bu Chaterin
menghadiahi Maria sebuah novel.
Bahasa
Indonesia tidak baku
1)
Ayah menawari sebuah mobil kepada
paman kemarin.
2)
Linda memasakkan Bu Mira
semangkuk bubur.
3)
Pak Lurah menulisi sepucuk surat
kepada Pak Camat di kantor.
4)
Mahasiswa itu membawakan Bu Erna
setumpuk buku.
5)
Minggu lalu Bu Chaterin
menghadiahi sebuah novel kepada Maria.
4.
Pemakaian Susunan Sintetik
Bahasa Indonesia
baku menggunakan susunan sintetik, yakni penggunaan unsur yang merupakan
penggabungan unsur-unsur untuk membentuk suatu ujaran dengan menggunakan
alat-alat bahasa yang ada
Contoh:
Bahasa
Indonesia baku
a.
Kemejanya
b.
Membersihkan
c.
Membangunkan
d.
Mereka
e.
Menghadiahkan
Bahasa
Indonesia tidak baku
a.
Dia punya kemeja
b.
Membuat bersih
c.
Membuat bangun
d.
Dia orang
e.
Memberi hadiah
5.
Pemakaian Fungsi Sintaksis
(Subjek, Predikat, dan Objek) Secara Eksplisit
Bahasa
Indonesia baku selalu menggunakan fungsi sintaksis secara eksplisit
Contoh:
Bahasa
Indonesia baku
a.
Bumi mengelilingi matahari pada
porosnya.
b.
Adik meletakkan pensil di meja
dapur.
c.
Bambu tersebut menarik minat
masyarakat.
d.
Mahasiswa mengumpulkan tugas individu.
e.
Fahmi menulis artikel di majalah
kampus.
Bahasa
Indonesia tidak baku
a.
Baron ke kampus.
b.
Jeny belum ke kantor menemui
kepala sekolah.
6.
Pemakaian Kata Penghubung
(Konjungsi) yang Tepat
Contoh:
Bahasa
Indonesia baku
a.
Kecelakaan terjadi di Tol
Jagarawi karena kesalahan pengemudi.
b.
Feni masuk ke kelas ketika Pak
Yahya sedang keluar.
c.
Perang itu terus berlanjut jika
tidak ada pihak yang mendamaikan.
d.
Ayah membaca koran dan ibu
melipat baju.
e.
Anda diabsen oleh dosen atau
tidak diizinkan masuk selama mata kuliah ini berlangsung.
Bahasa
Indonesia tidak baku
a.
Kecelakaan terjadi di Tol
Jagarawi kesalahan pengemudi.
b.
Feni masuk ke kelas Pak Yahya
sedang keluar.
c.
Perang itu terus berlanjut tidak
ada pihak yang mendamaikan.
d.
Ayah membaca koran ibu melipat
baju.
e.
Anda diabsen oleh dosen tidak
diizinkan masuk selama mata kuliah ini berlangsung.
7.
Pemakaian Partikel –kah, -lah,
dan –pun Secara Konsisten
Pemakaian
partikel –kah dan –lah ditulis serangkai sementara penulisan partikel pun
ditulis terpisah. Pemakaian partikel –lah digunakan pada kalimat imperatif,
pemakaian partikel –kah digunakan pada kalimat interogatif, sementara partikel
pun digunakan pada kalimat deklaratif.
Contoh:
a.
Ambillah buku tersebut!
b.
Kapankah perang Badar
berlangsung?
c.
Bagaimanakah kecelakaan di Tol Jagarawi
terjadi?
d.
Menginaplah malam ini di rumah
Sonya!
e.
Setelah beberapa jam berpikir,
beliau pun menunggu satu jam lagi.
8.
Pemakaian Kata Depan (Preposisi)
yang Tepat
Contoh:
a.
Dia mengunjungi temannya di rumah
sakit.
b.
Fera pergi ke Newyork minggu
depan.
c.
Surat tersebut ditujukan kepada
presiden.
d.
Fitri berasal dari Surabaya.
e.
Adit baru datang dari Medan.
9.
Pemakaian Polaritas Tutur Sapa
atau Kata Ganti Orang yang Berpasangan dengan Tepat
Contoh:
a.
Saya-Beliau
b.
Saya-Anda
c.
Saya-Saudara
d.
Saya-Tuan
e.
Aku-Kamu
10.
Penggunaan Bentuk Kata yang
Menyatakan Jumlah Secara Tepat
Contoh:
Bahasa
Indonesia baku
a.
Kalian harus datang malam ini!
b.
Para siswa diharapkan datang
untuk melaksanakan kegiatan bakti sosial.
c.
Sehelai rambut jatuh di atas
makanan itu.
d.
Pengumpulan berkas dilakukan di
gedung I.
e.
Ragam bahasa dibedakan atas lima
variasi.
Bahasa
Indonesia tidak baku
a.
Kamu-kamu harus datang malam ini!
b.
Para siswa-siswa diharapkan
datang untuk melaksanakan kegiatan bakti sosial.
c.
Satu rambut jatuh di atas makanan
itu.
d.
Pengumpulan berkas-berkas dilakukan
di gedung I.
e.
Ragam bahasa dibedakan atas lima variasi-variasi.
11.
Pembatasan Pengaruh Bahasa Daerah
dan Bahasa Asing
Pengaruh bahasa daerah atau bahasa asing yang tidak diperlukan dalam
pemakaian bahasa Indonesia baku perlu ditinggalkan.
Contoh:
a.
Lihatkaq dulu! (Bahasa Bugis)
b.
Tidak ji. (Bahasa Makassar)
c.
Bajunya kakak berwarna hitam. (Bahasa Jawa)
d.
Dia adalah seorang teknisi. (Bahasa Asing)
e.
Suara itu didengar oleh saya. (Bahasa Sunda)
12.
Pemakaian Ejaan Resmi
Bahasa yang baku menggunakan ejaan yang resmi. Ejaan resmi pada bahasa
Indonesia baku terdapat dalam buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan” oleh Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
13.
Pembentukan Istilah
Bahasa Indonesia baku menggunakan istilah yang tepat baik istilah yang
berasal dari bahasa Indonesia sendiri maupun istilah yang telah diserap oleh
bahasa Indonesia. Pemakaian istilah pada bahasa Indonesia baku dapat dilihat
pembentukannya dalam buku “Pedoman Umum Pembentukan Istilah” yang satu paket
dengan “Pedomaan Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.
14.
Pengindonesiaan Nama Dan Kata
Asing
Pengindonesiaan nama dan kata asing dalam bahasa Indonesia baku telah
diterbitkan buku Pedoman Pengindonesiaan Nama dan Kata Asing oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Perbukuan Proyek Penyediaan Buku Pelajaran
Pokok Sekolah Dasar Jakarta.
15.
Identitas Sebuah Kalimat
Identitas sebuah kalimat dalam bahasa Indonesia baku yakni mengungkapkan
pikiran yang utuh, berupa satuan gramatikal, dapat berdiri sendiri, tidak
diawali oleh preposisi atau konjungsi pada kalimat tunggal. Khusus kalimat
majemuk bertingkat, kalimat harus memiliki identitas kalimat yakni terdiri atas
induk dan anak kalimat, induk tidak diawali konjungsi, anak kalimat selalu
diawali oleh konjungsi penanda anak kalimat.
Contoh:
Kalimat yang
memenuhi identitas sebuah buku
a.
Hari ini pemerintah mengumumkan
keputusan pengurangan subsidi BBM.
b.
Mahasiswa PBSI A UNM akan
mengadakan pentas seni kebahasaan di Sao Panrita.
c.
Sejak Bu Hesni menegurnya, Prima tidak
pernah datang terlambat ke kampus.
Kalimat yang
tidak memenuhi identitas sebuah buku
a.
Di sekolah itu Feni akan
melakukan penelitian.
b.
Jika hari ini pihak sekolah
melaksanakan study tour.
III. Penutup
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasioal sekaligus bahasa negara di
Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan di Indonesia baik yang bersifat formal maupun
bersifat informal. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengatar pendidikan memiliki
kaidah-kaidah yang paling lengkap sehingga menjadi sebuah ragam dalam berbahasa
yang berbeda dengan ragam bahasa lain. Ragam tersebut ditelaah, diperikan, dan
juga diajarkan. Oleh karena itu, ragam tersebut dijadikan tolok bandigan bagi
pemakaian bahasa yang benar. Ragam yang berfungsi sebagai tolok atau acuan ini
dinamakan bahasa baku atau bahasa standar.
Bahasa Indonesia baku memiliki sifat utama yakni dinamis, keilmuan, dan
seragam. Adapun ciri-ciri bahasa Indonesia baku yakni 1) pemakaian awalan me-
secara eksplisit dan konsisten; 2) pemakaian awalan ber- secara eksplisit dan
konsisten; 3) pemakaian urutan kata yang tepat; 4) pemakaian susunan sintetik;
5) pemakaian fungsi gramatiakal secara eksplisit; 6) pemakaian kata penghubung
(konjungsi) yang tepat; 7) pemakaian partikel –kah, -lah, -pun secara konsisten; 8)
pemakaian kata depan (preposisi) yang tepat; 9) pemakaian polaritas tutur sapa
atau kata ganti orang yang berpasangan dengan tepat; 10) penggunaan bentuk kata
yang tepat yang menyatakan jumlah secara tepat; 11) pembatasan pengaruh bahasa
daerah dan bahasa asing; 12) pemakaian ejaan resmi; 13) pembentukan istilah;
14) pengindonesiaan nama dan kata asing; dan 15) identitas sebuah kalimat.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwi, Hasan
dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Departemen
Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Junus, A.
Muhammad dan A. Fatimah Junus. 2010. Analisis
Kesalahan Berbahasa. Makassar: Badan Penerbit UNM
Komentar
Posting Komentar