ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA MASYRAKAT AKADEMIK oleh Shafariana
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa memiliki beberapa karakteristik, salah
satu karakteristik tersebut yakni bahasa dapat dipelajari. Hal ini berarti
seseorang yang memiliki bahasa ibu A dapat mempelajari bahasa B yang bukan
bahasa ibunya atau yang disebut dengan pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa
dapat menyebabkan interferensi akibat pengaruh dari bahasa ibu terhadap bahasa
kedua ataupun sebaliknya, pengaruh bahasa kedua terhadap bahasa ibu. Bahasa ibu
dapat berpengaruh pada bahasa kedua biasanya terjadi saat penggunaan bahasa ibu
lebih dominan, yang dapat dilihat pada proses pemerolehan bahasa kedua itu berlangsung.
Sementara bahasa kedua dapat berpengaruh pada bahasa ibu apabila bahasa kedua
telah dipelajari dan dikuasai bahkan penggunaan bahasa kedua menjadi lebih
dominan.
Interferensi akibat pemerolehan bahasa dapat
mengurangi ‘kemurnian’ atau ‘keaslian’ bahasa baik itu bahasa pertama (bahasa
ibu) atau bahasa kedua. Interferensi inilah yang memicu terjadi kesalahan
berbahasa dalam masyarakat tutur. Oleh karena itu diperlukan pembinaan mengenai
kesalahan berbahasa dan bagaimana menganalisis terjadinya kesalahan berbahasa
agar kesalahan tersebut dapat diperbaiki. Berdasarkan hal tersebut penulis
tertarik untuk membuat sebuah pedoman melalui contoh nyata atau konkret yang
dituangkan dalam bentuk makalah mengenai analisis kesalahan berbahasa yang
terjadi di masyarakat. Analisis kesalahan berbahasa dapat dilihat dalam bentuk
tulisan ataupun bentuk lisan dalam kehidupan sehari-hari yang diamati pada masyarakat
akademik khususnya dalam tataran morfologi dan sintaksis.
B. RUMUSAN MASALAH
Setiap hal memiliki
sesuatu yang menjadi permasalahan. Adapun permasalahan dalam makalah ini
dirumuskan sebagai berikut.
1.
Apa itu kesalahan berbahasa?
2.
Bagaimana menganalisis kesalahan berbahasa?
3.
Apa saja kesalahan yang ditemukan dalam analisis kesalahan berbahasa?
4.
Apa faktor timbulnya kesalahan berbahasa?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan
masalah yang dibuat, maka dapat kita tentukan tujuan dari makalah ini yakni
diharapkan mengetahui dan memahami hal-hal berikut.
1.
Hakikat kesalahan berbahasa.
2.
Langkah-langkah atau prosedur analisis kesalahan .
3.
Kesalahan berbahasa yang sering terjadi.
4.
Faktor kesalahan berbahasa.
D. MANFAAT
Manfaat makalah ini pada umumnya menambah
wawasan seputar analisis kesalahan berbahasa. Adapun manfaat dari makalah ini
sebagai berikut.
1. Mampu menggunakan bahasa yang tepat sesuai
dengan kaidah dan konteks.
2. Mampu menganalisis kesalahan berbahasa
sendiri.
3. Dapat meminimalisir kesalahan berbahasa.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KESALAHAN BERBAHASA
Kesalahan
berbahasa merupakan suatu hal yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang
timbul pada saat seseorang berbahasa baik secara lisan atau tulisan sebagai
hasil dari terjadinya interferensi. Menurut A. Fatimah Junus (2010) kesalahan
berbahasa adalah produksi interferensi, dan interferensi adalah produksi
kedwibahasaan yang merusak atau merugikan bahasa yang bersangkutan.
Kesalahan
berbahasa dapat terjadi pada tataran fonologi, morfologi, maupun sintaksis.
Kesalahan berbahasa pada tataran fonologi dapat terjadi pada pelafalan atau
penulisan fonem yang menjadi unsur suatu bahasa. Sementara kesalahan berbahasa
tataran morfologi terjadi pada proses morfologi yang secara umum terjadi pada
proses afiksasi. Adapun kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis dapat
terjadi pada pola atau struktur frasa, klausa atau kalimat, dapat juga terjadi
penambahan unsur dalam kalimat yag tidak sesuai atau tidak terdapat dalam
kaidah suatu bahasa.
Kesalahan
berbahasa disebabkan oleh faktor kompetensi, yakni seseorang belum memahami
sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan berbahasa terjadi secara
konsisten dan sistematis. Kesalahan itu dapat berlangsung lama apabila tidak
segera diperbaiki. (A. Fatimah Junus,2010)
1.
Kesalahan Fonologi
Kesalahan berbahasa terjadi dalam tataran
fonologi terjadi pada pelafalan pada bahasa lisan dan penulisan pada bahasa
tulis.
a. Fonem /a/ dilafalkan atau dituliskan fonem /ə/
b. Fonem /ə/ dilafalkan atau dituliskan fonem /e/
c. Fonem /e/ dilafalkan atau dituliskan fonem /ə/
d. Fonem /i/ dilafalkan atau dituliskan fonem /e/
e. Fonem /e/ dilafalkan atau dituliskan fonem /i/
f. Fonem /u/ dilafalkan atau dituliskan fonem /o/
g. Fonem /o/ dilafalkan atau dituliskan fonem /u/
h. Fonem /ay/ dilafalkan atau dituliskan fonem
/e/
i. Penambahan fonem /h/ didepan, ditengah, atau
di akhir kata
j. Penghilangan fonem /h/ didepan, ditengah, atau
di akhir kata
k. Fonem /sy/ dilafalkan atau dituliskan menjadi
/s/
l. Fonem /k/ dilafalkan atau dituliskan menjadi
bunyi hambat glotal /Ɂ/
m. Fonem diftong /aw/ dilafalkan atau dituliskan
fonem /o/
n. Fonem /c/ dilafalkan atau dituliskan fonem
/se/
o. Fonem /v/ dilafalkan atau dituliskan fonem /p/
p. Fonem /u/ dilafalkan atau dituliskan fonem /w/
q. Fonem /m/ di akhir kata dilafalkan atau
dituliskan fonem /ŋ/
r. Fonem /n/ di akhir kata dilafalkan atau
dituliskan fonem /ŋ/
s. Fonem /kh/ dilafalkan atau dituliskan fonem
/h/
t. Fonem /z/ dilafalkan atau dituliskan fonem /s/
u. Fonem /z/ dilafalkan atau dituliskan fonem /j/
v. Fonem /š/ dilafalkan atau dituliskan fonem /s/
w. Fonem /f/ dilafalkan atau dituliskan fonem /p/
x. Menghilangkan fonem /k/
y. Pelesapan fonem /s/ diakhir kata tertentu
z. Kesalahan penulisan ejaan dan tanda baca
aa. dll.
2.
Kesalahan Morfologi
Kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi
terjadi pada proses morfologis yakni
afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
a. Kesalahan afiksasi
1) Kesalahan menentukan kata dasar atau bentuk
asal
2) Fonem yang luluh tidak diluluhkan
3) Fonem yang tidak luluh diluluhkan
4) Penyingkatan morf {men-}, {meny-}, {meng-}, dan {menge-} menjadi {n}, {ny}, {ng}, dan {nge}
5) Prefiks ber-
tidak diubah menjadi prefiks be-
apabila diikuti kata yang berawalan fonem /r/ atau bersilabel awal /ər/
6) Prefiks ber-
tidak diubah menjadi prefiks bel-
apabila diikuti kata yang berawalan fonem vokal.
7) Prefiks per-
tidak diubah menjadi prefiks pe-
apabila diikuti kata yang berawalan fonem /r/ atau bersilabel awal /ər/
8) Prefiks ter-
tidak diubah menjadi prefiks te-
apabila diikuti kata yang berawalan fonem /r/ atau bersilabel awal /ər/
9) Prefiks di-
yang ditulis terpisah
10)
Tidak memberi
tanda garis hubung pada morfem {non} dan {pan} yang digabung dengan kata yang
diawali dengan huruf kapital.
11)
Penulisan
morfem {-Mu} dan {-Nya} yang tidak menggunakan tanda garis hubung dan huruf
kapital
12)
Memisahkan
penulisan klitika {ku-} dan {kau-}
13)
Penulisan
partikel {per} yang tidak ditulis terpisah
14)
Penulisan
imbuhan {per-} yang ditulis terpisah
15)
Penulisan
partikel {pun} yang bermakna juga yang tidak ditulis terpisah.
16)
Pelesapan fonem
/k/ apabila kata bersilabel akhir fonem /k/ yang diikuti sufiks –kan
17)
Penambahan
sufiks –i pada kata yang bersilabel akhir fonem /i/
18)
Pelesapan fonem
/a/ pada kata yang bersilabel akhir fonem /a/ jika bertemu dengan sufiks –an
19)
Penggunaan
enklitik –nya yang tidak tepat
20)
dll.
b. Kesalahan reduplikasi
1) Penulisan yang tidak diberi tanda hubung
2) Salah menetapkan bentuk dasar yang diulang
3) Dll.
c. Kesalahan komposisi
1) Merangkai kata yang seharusnya dipisah
2) Memisahkan kata yang seharusnya dirangkai
3) Mengubah strukturnya
4) Pengulangan kata majemuk yang salah
5) Penulisan yang tidak dirangkai pada kata
majemuk yang mengalami proses konfiksasi maupun klofiksasi
6) dll.
3.
Kesalahan Sintaksis
Kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis
berupa penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat yang berkaitan dengan
fungsi sintaksis.
a. Kesalahan Frasa
1) Penggunaan preposisi yang tidak tepat
2) Struktur yang salah
3) Penggunaan unsur frasa yang mubazir
4) Kesalahan pengulangan unsur frasa
5) Penambahan kata ‘yang’ pada frasa yang berpola
(KB + KS)
6) Penambahan kata ‘dari’ atau ‘tentang’ pada
frasa nominal (KB + KB)
7) Penambahan kata ‘dari’ atau ‘pada’ pada frasa
verbal (KK + KPr)
8) Penambahan kata ‘untuk’ atau ‘yang’ pada frasa
nominal (KB + KK)
9) Penambahan kata ‘dari’, ‘pada’, atau ‘dar’
padaipada frasa verbal (KV + KB)
10)
Penambahan kata
‘untuk’ pada frasa verbal (KK pasif + KK
lain)
11)
Penambahan kata
‘kepunyaan’ pada frasa nominal (KB +
KPr)
12)
Pelepasan kata
‘yang’ pada frasa yan berpola (KB + yang + KS); (KB + yang + KK aktif); dan (KB
+ yang + KK pasif).
13)
Pelesapan
preposisi ‘dari’
14)
Pelesapan
preposisi ‘dengan’
15)
Pelesapan
preposisi ‘oleh’
16)
Interferensi
akibat bahasa daerah
17)
dll.
b. Kesalahan Klausa
1) Penambahan preposisi di antara predikat dan
objek pada klasusa aktif
2) Pelesapan preposisi pada ungkapan baku dalam
klausa
3) Menggunakan urutan (agen + aspek + kata kerja
+ sasaran) pada klausa pasif
4) Klausa yang rancu, akibat
a) Kata yang mubazir
b) Kesalahan menyusun komponen
c) Salah penggunaan imbuhan
5) Interferensi bahasa daerah atau bahasa asing
6) Pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa
pasif
7) Penghilangan preposisi ‘oleh’ dalam klausa
pasif
8) Penghilangan preposisi dari kata kerja
berpreposisi dalam klausa pernyataan.
9) Penghilangan kata kerja dalam klausa
intransitif
10)
dll.
c. Kesalahan Kalimat
1) Penyisipan kata di antara predikat dan objek
dalam kalimat ekatransitif
2) Penyimpangan urutan unsur kalimat dwitransitif
3) Kesalahan penggunaan akhiran pada predikat
verba kalimat dwitransitif
4) Pelesapan subjek pada kalimat ekatransitif
5) Penggunaan kata ‘adalah’ yang tidak tepat
6) Preposisi pada awal kalimat
7) Kontaminasi kalimat
8) Pleonasme
9) Ambiguitas
10)
Penggunaan kata
‘yang’ yang tidak sesuai
11)
Penggunaan kata
‘dengan’ yang tidak sesuai
12)
Penggunaan
bentuk ‘dimana’ yang tidak sesuai
13)
Penggunaan
bentuk ‘yang mana’ yang tidak sesuai
14)
Penggunaan kata
‘tetapi’, ‘akan tetapi’, dan ‘namun’ yang tidak tepat
15)
Penggunaan kata
‘makanya’, ‘karenanya’, ‘karena itu’, dan ‘oleh karena itu’ yang tidak tepat
16)
Kesalahan
penggunaan tanda baca
17)
dll.
4.
Kesalahan Leksikon
Kesalahan berbahasa pada tataran leksikon
terjadi pada penggunaan kata yang kurang tepat atau tidak sesuai.
a. Penggunaan kata ‘kami’ atau ‘kita’ yang tidak
sesuai
b. Penggunaan kata ‘luaran’ atau ‘keluaran’ yang
salah
c. Penggunaan kata menadahkan atau ‘mengadahkan’
yang tidak sesuai
d. Penggunaan kata ‘analisa’ atau ‘analisis’ yang
keliru
e. Penggunaan kata ‘mengeyampingkan’ atau
‘mengesampingkan’
f. Penggunaan kata ‘mengenengahkan’ atau
‘mengetengahkan’
g. Penggunaan kata ‘ia’ atau ‘mereka’ yang tidak
tepat
h. Penggunaan kata ‘produk’ dengan kata
‘produksi’ yang tidak tepat
i. Penggunaan kata ‘berhasil’ yang digunakan
sebelum kata kerja pasif
j. Penggunaan kata ‘menyetujui’ dengan kata
‘disetujui (oleh)’
k. Penggunaan kata ‘mengetahui’ dengan kata
‘diketahui (oleh)’
l. Merangkai kata yang seharusnya dipisah
m. Memisahkan kata yang seharusnya dirangkai
n. dll.
B. LANGKAH-LANGKAH ATAU PROSEDUR ANALISIS
KESALAHAN
Analisis kesalahan
berbahasa adalah suatu kegiatan mengidentifikasi dan menyajikan
kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat seseorang berbahasa. Menurut A.
Fatimah Junus (2010), analisis kesalahan adalah penyajian segala aspek
kesalahan. Langkah-langkah tertentu itu yang dimaksud dengan metodologi anakes.
Langkah-langkah kerja anakes sebagai berikut.
1.
Mengumpulkan data
Pada langkah ini data dikumpulkan berupa
kesalahan berbahasa yang dilakukan. Misal: hasil ulangan, karangan atau
percakapan.
2.
Mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan
Pada langkah ini kesalahan dikenali dan
dipilah-pilah berdasarkan kategori kesalahan. Misal: kesalahan pelafalan,
kesalahan pembentukan kata, penggabungan kata, penyusunan kalimat.
3.
Memeringkat kesalahan
Pada langkah ini kesalahan diurutkan berdasarkan
frekuensi dan keseringannya
4.
Menjelaskan kesalahan
Pada langkah ini digambarkan letak kesalahan dan
penyebab kesalahan, serta diberikan contoh yang benar.
5.
Memprakirakan atau memprediksi daerah atau butir kesalahan yang rawan
Pada langkah ini diramalkan tataran bahasa yang
dipelajari yang potensial mendatangkan kesalahan
6.
Mengoreksi kesalahan
Pada langkah ini diperbaiki dan jika bisa
dihilangkan kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang
baik, dan teknik pengajaran yang serasi.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. DATA ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
1. Data Berupa Artikel
Seminar Internasional
UNM Hadirkan Pembicara Dari 3 Negara
20 Aug 2015
PROFESI-UNM.COM – Seminar Internasional yang
digelar oleh Universitas Negeri Makassar (UNM) sebagai rangkaian akhir dari
dies natalis UNM ke-54, menghadirkan empat pembicara dari tiga negara.
Pembicara tersebut hadir untuk menyampaikan presentasinya kepada civitas UNM di
ruang teater Menara Pinisi UNM, Kamis (20/8).
Keempat pembicara tersebut antara
lain Baharuddin Aris dan Mahyuddin bin Arsal dari Malaysia, Graeme Johansen
dari Australia, dan Larry Lai dari Singapura. Seminar pendidikan ini mengangkat
tema “Optimizing the role of character education through science and technology
towards excellent and intelligent generation”.
Menurut Graeme Johansen, pembicara
dari Monash University, Australia, pendidikan di Indonesia sedang mengalami
transformasi yang cepat. Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya terdapat tiga
cara yang berhubungan kuat antara pendidikan, kewirausahaan dan Information,
Comunication, and Technology (ICT).”Untuk mencapainya, UNM mendukung banyak
nilai-nilai tersebut,” katanya.
Sementara itu, Baharuddin Aris dari
Universiti Teknologi Malaysia, mengatakan untuk meningkatkan pendidikan,
mengirim siswa ke luar negeri merupakan cara untuk meningkatkan kemajuan negara
asalnya. “Malaysia banyak mengirim siswa keluar negeri sehingga mereka kembali
untuk membangun Malaysia,” katanya. (*)
*Reporter: Nurul Fildzah Zatalini
Sumber: http://profesi-unm.com/2015/08/20/seminar-internasional-unm-hadirkan-pembicara-dari-3-negara/
2. Data Berupa Karangan
Disiplin
Sekolah
merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Belajar mengajar
tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke
siswa. Berbagai kegiatan seperti bagaimana membiasakan seluruh warga sekolah
disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku disekolah, saling
menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat serta memiliki semangat berkompetisi
secara fair dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang harus ditumbuhkan di
lingkungan sekolah sehari-hari.
Salah
satu kultur sekolah kami yang akan saya bahas disini adalah tentang
kedisiplinan. Disiplin itu sendiri adalah kepatuhan untuk menghormati dan
melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan,
perintah atau peraturan yang berlaku. Disiplin bukan hanya suatu ucapan,
melainkan disiplin itu dibuktikan dengan perilaku yang menunjukan bahwa orang
tersebut disiplin.
SMA
Negeri 3 Cilacap memang sekolah yang diidolakan oleh siswa-siswa SMP, khususnya
mereka yang akan berganti seragam dari putih biru menjadi putih abu-abu.
Mungkin mereka yang belum terikat atau bahkan tidak terikat sebagai warga SMA
Negeri 3 Cilacap akan berfikir bahwa sekolah ini sangat membebaskan siswanya
dalam bertindak dalam segala hal. Namun itu salah, bagaimana mungkin siswa dan
guru akan disiplin jika tidak ada aturan yang membatasi tindakan mereka.
Sekolah ini tidak sebebas yang mereka bayangkan, karena setiap siswa dan guru
diikat oleh sebuah aturan dan akan mendapat sanksi jika melanggar aturan
tersebut.
Disiplin
memang mudah untuk diucapkan. Tetapi bagi beberapa siswa dan guru sikap
disiplin sangat sulit untuk diwujudkan. Kedisiplinan sangat penting untuk
sekolah ini dan pastinya bukan hanya sekolah ini saja tetapi sekolah-sekolah
lain pasti juga amat sangat menjunjung tinggi nilai kedisiplinan.
Disiplin
ada karena beberapa aturan. Aturan disekolah ini bukanlah aturan yang mudah
untuk diacuhkan, melainkan aturan yang sangat perlu dilaksanakan dan tidak
untuk dilanggar. Karena setiap yang melanggar akan mendapat sanksi. Jika
sekolah ini tidak memiliki aturan yang mengikat, maka sikap kedisiplinan siswa
dan guru tidak akan terwujudkan. Dan akan menyebabkan kegiatan sekolah yang
sangat berantakan.
Di
SMA Negeri 3 Cilacap bukan hanya siswa yang dituntut untuk disiplin. Semua guru
juga dituntut untuk disiplin dalam segala hal. Karena bagaimanapun seorang guru
merupakan cermin bagi anak didiknya dalam sikap atau teladan, dan sikap
disiplin guru akan memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih
baik.
SMA
Negeri 3 Cilacap merupakan salah satu sekolah yang unggul karena kedisiplinan
yang selalu dilaksanakan oleh siswa dan gurunya. Terbukti SMA Negeri 3
Cilacap pernah menjuarai kegiatan lomba sekolah hijau atau lebih dikenal
dengan istilah Green School. Semua itu terwujud karena kedisiplinan terhadap
lingkungan yang diwujudkan oleh siswa dan guru untuk menjaga dan merawat
lingkungan sekolah.
SMA Negeri 3 Cilacap
sangat terkenal kedisiplinannya. Berikut adalah beberapa sikap disiplin yang
dapat diwujudkan oleh siswa dan guru di sekolah ini. Yang pertama adalah
disiplin dalam menggunakan waktu. Hal ini dibuktikan oleh seluruh siswa yang
berangkat sekolah atau berada di lingkungan sekolah sebelum jam tujuh pagi. Dan
jika ada yang datang terlambat atau lebih dari jam yang ditentukan, maka akan
diberi sanksi karena telah melanggar aturan. Begitupula dengan semua guru
pendidik jika melanggar aturan akan diberi sanksi.
Selain
disiplin dalam menggunakan waktu, siswa dan guru disekolah ini juga disiplin
dalam beribadah. Karena kedisiplinan dalam beribadah sangat dibutuhkan. Hal ini
dibuktikan dengan kegiatan sholat duha yang dilaksanakan oleh siswa dan guru, saat
bel istirahat pertama berbunyi maka siswa dan guru bergegas menuju masjid. Dan
waktu istirahat kedua biasanya pukul 12.00 digunkan untuk sholat dhuhur
berjamaah. Setiap pagi sebelum waktu pelajaran dimulai juga diadakan baca
Al-Quran bersama bagi siswa dan guru yang beragama islam serta bagi siswa yang
beragama selain islam, misalnya kristen ataupun katholik juga akan mendapat
bimbingan kerohanian.
Sikap
disiplin yang ketiga yang dapat diwujudkan oleh seluruh warga sekolah adalah
disiplin sosial. Disiplin sosial yang telah terwujud dibuktikan dengan kegiatan
sosial yang dilakukan oleh seluruh warga kepada masyarakat yang kurang mampu
yang tinggal disekitar sekolah.
Yang
ke empat adalah disiplin dalam belajar. Disiplin belajar adalah salah satu
sikap disiplin yang terpenting bagi seluruh siswa SMA Negeri 3 Cilacap.
Disiplin dalam belajar diwujudkan dengan kesuksesan siswa yang mengantar SMA
Negeri 3 Cilacap menjadi salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
(RSBI). Bukan hanya itu siswa SMA Negeri 3 Cilacap juga unggul dalam
nilai-nilai akademis maupun non akademis. Semua itu terwujud karena
kedisiplinan siswa dalam belajar baik di sekolah saat KBM ataupun dirumah.
Namun
semua kedisiplinan itu tidak akan terwujud tanpa adanya disiplin diri atau disiplin
pribadi yang dimiliki oleh setiap individu. Tidak semua individu memiliki
kedisiplinan diri. Jika individu tidak memiliki sikap disiplin maka akan
diadakan pendisiplinan. Karena disiplin merupakan hal yang dapat dilatih.
Pendisiplinan itu sendiri adalah usaha untuk menanamkan atau memaksa setiap
individu agar memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan.
Pada
dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar mengajar
yang teratur serta mencintai dan menghargai pekerjaannya. Sebenarnya masih
banyak sikap disiplin yang diwujudkan oleh siswa dan guru SMA Negeri 3 Cilacap.
Namun hanya disiplin lingkungan, disiplin waktu, disiplin beribadah, disiplin
belajar serta disiplin sosial yang dapat saya uraikan disini. Semoga karangan
ini dapat menjadi sebuah karangan yang menggambarkan tentng kedisiplinan yang
ada di SMA Negeri 3 Cilacap.
3. Data Berupak Transkrip Wawancara
Wawancara melalui telepon
Shafariana : Assalamu’alaikum.
Jumadila : Walaikum salam.
Shafariana : Bisa minta waktunya sebentar, Dek?
Jumadila : Bisa.
Shafariana : Begini, saya ingin bertanya pada Adek.
Pelanggaran apa saja yang marak terjadi di sekolah dan bagaimana pendapat Adek?
Jumadila : Menurut saya pelanggaran di
sekolah itu bukan hal yang baru lagi. Setiap hari selalu ada aja pelanggaran
yang dilakukan. Di sekolah saya sendiri saja banyak yang melakukan pelanggaran.
Misalnya, terlambat datang ke sekolah, buang sampah sembarangan. Tapi yang
paling sering banyak dilanggar itu, pelanggaran cara berpakaian misalnya
pakaian ketat, rok pendek yang harusnya panjang. Itu, itu mereka ingin
mengikuti model sekarang tapi nda sesuai sama tempatnya, masa’ di sekolah pake
pakaian model seperti itu. Malah, itu terlihat buruk begitu. Ada juga
pelanggaran lain, mencoret-coret dinding sekolah, khususnya pada bagian WC
[wese], yang nda terlalu dilihat oleh guru, jadi mereka santai-santai aja
nyoret-nyoret dinding. Parahnya, mereka nyoret-nyoret tulisan yang nda layak
baca, bukan gambaran anak sekolah yang berpendidikan. Itu aja sih.
Shafariana : Ok. Terima kasih, Dek.
Jumadila : Ya.
B. IDENTIFIKASI KESALAHAN BERBAHASA
1. Data Berupa Artikel
Berikut ini
identifikasi kesalahan berbahasa yang ditemukan dalam artikel yang ditulis oleh
seorang mahasiswa pada e-tabloid ‘Profesi UNM’.
a.
‘Seminar International yang berlangsung’ yang terdapat pada kalimat
pertama, pembuka artikel.
b.
‘siang tadi’ yang terdapat pada kalimat pertama, pembuka artikel.
c.
‘Universitas Negeri Makassar (UNM)’ yang terdapat pada kalimat pertama,
paragraf pertama dalam artikel.
d.
‘rangkaian akhir dari dies natalis UNM ke-54, menghadirkan empat
pembicara dari tiga negara’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf
pertama dalam artikel.
e.
‘Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang
berhubungan kuat antara pendidikan, kewirausahaan dan Information,
Comunication, and Technology (ICT)’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf
ketiga dalam artikel.
f.
‘meningkatkannya’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam
artikel.
g.
‘antara’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam artikel.
h.
‘Information, Comunication, and Tekhnology (ICT)’ yang terdapat pada
kalimat kedua, paragraf ketiga dalam artikel.
i.
‘Universiti’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf keempat dalam artikel.
j.
‘... mengatakan untuk meningkatkan ....” yang terdapat pada kalimat
pertama, paragraf keempat dalam artikel.
2. Data Berupa Karangan
Berikut ini
identifikasi kesalahan berbahasa yang ditemukan dalam karangan yang ditulis
oleh seorang siswa SMA pada blog ‘Profesi UNM’.
a.
‘ke siswa’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf pertama karangan.
b.
‘berbagai’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf pertama karangan.
c.
‘disekolah’ yang terdapat pada: 1) kalimat ketiga, paragraf pertama; 2)
kalimat kedua, paragraf lima; 3) kalimat pertama, paragraf kesembilan.
d.
‘Berbagai kegiatan seperti bagaimana
membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang
berlaku disekolah, saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat serta
memiliki semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan kebiasaan
yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari.’ yang terdapat pada
kalimat ketiga, paragraf pertama karangan.
e.
‘disini’ yang terdapat pada: 1) kalimat pertama, paragraf kedua; 2)
kalimat ketiga, paragraf ketigabelas.
f.
‘Disiplin itu sendiri adalah kepatuhan
untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk
tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku.’ yang terdapat pada
kalimat kedua, paragraf kedua dalam karangan.
g.
‘Disiplin bukan hanya suatu ucapan, melainkan disiplin itu dibuktikan
dengan perilaku yang menunjukkan bahwa orang tersebut disiplin.’ yang terdapat
pada kalimat ketiga, paragraf kedua dalam karangan.
h.
‘fikir’ dalam ‘berfikir’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf
ketiga dalam karangan.
i.
‘Namun itu salah, bagaimana mungkin siswa
dan guru akan disiplin jika tidak ada aturan yang membatasi tindakan mereka.’ yang terdapat pada
kalimat ketiga, paragraf ketiga dalam karangan.
j.
‘Sekolah ini tidak sebebas yang mereka
bayangkan, karena setiap siswa dan guru diikat oleh sebuah aturan dan akan
mendapat sanksi jika melanggar aturan tersebut.’ yang terdapat pada kalimat keempat, paragraf ketiga dalam karangan.
k.
‘Tetapi bagi’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf keempat dalam karangan.
l.
‘memang mudah untuk diucapkan’ yang terdapat pada kalimat pertama,
paragraf keempat dalam karangan.
m. ‘sangat sulit untuk
diwujudkan’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf keempat dalam karangan.
n.
‘untuk sekolah ini’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keempat
dalam karangan.
o.
‘Kedisiplinan sangat penting untuk sekolah ini dan pastinya bukan hanya sekolah ini saja tetapi
sekolah-sekolah lain pasti juga amat
sangat menjunjung tinggi nilai kedisiplinan’ yang terdapat pada kalimat ketiga,
paragraf keempat dalam karangan.
p.
‘Aturan disekolah ini bukanlah aturan yang
mudah untuk diacuhkan, melainkan aturan yang sangat perlu dilaksanakan dan
tidak untuk dilanggar’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kelima dalam karangan.
q.
‘Karena setiap yang melanggar akan mendapat sanksi’ yang terdapat pada
kalimat ketiga, paragraf kelima dalam karangan.
r.
‘terwujudkan’ yang terdapat pada kalimat keempat, paragraf kelima
dalam karangan.
s.
‘Dan akan menyebabkan kegiatan sekolah yang
sangat berantakan.’ yang terdapat pada kalimat kelima, paragraf kelima dalam karangan.
t.
‘Karena bagaimanapun’ yang terdapat pada
kalimat ketiga, paragraf keenam dalam karangan.
u.
‘untuk menjaga dan merawat’ yang terdapat pada
kalimat ketiga, paragraf ketujuh dalam karangan.
v.
‘sangat terkenal’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf kedelapan
dalam karangan.
w. ‘berikut adalah’ yang terdapat pada kalimat kedua,
paragraf kedelapan dalam karangan.
x.
‘berangkat sekolah’ yang terdapat pada kalimat keempat, paragraf kedelapan
dalam karangan.
y.
‘Dan jika ada yang datang terlambat atau
lebih dari jam yang ditentukan, maka akan diberi sanksi karena telah melanggar
aturan.’ yang terdapat pada
kalimat kelima, paragraf kedelapan dalam karangan.
z.
‘Karena kedisiplinan dalam beribadah sangat
dibutuhkan.’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kesembilan dalam karangan.
aa. ‘Setiap
pagi sebelum waktu pelajaran dimulai juga diadakan baca Al-Quran bersama bagi
siswa dan guru yang beragama islam serta bagi siswa yang beragama selain islam,
misalnya kristen ataupun katholik juga akan mendapat bimbingan kerohanian.’ yang terdapat pada
kalimat kelima, paragraf kesembilan dalam karangan.
bb.
‘Disiplin sosial yang telah terwujud dibuktikan
dengan kegiatan sosial yang dilakukan oleh seluruh warga kepada masyarakat yang
kurang mampu yang tinggal disekitar sekolah.’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kesepuluh
dalam karangan.
cc. ‘disekitar’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kesepuluh
dalam karangan.
dd.
‘ke empat’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf kesebelas
dalam karangan.
ee. ‘disiplin belajar’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf
kesebelas dalam karangan.
ff. ‘Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf
kesebelas dalam karangan.
gg.
‘non akademis’ yang terdapat pada kalimat keempat, paragraf
kesebelas dalam karangan.
hh.
‘dirumah’ yang terdapat pada kalimat kelima, paragraf
kesebelas dalam karangan.
ii.
‘Namun semua kedisiplinan itu tidak akan
terwujud tanpa adanya disiplin diri atau disiplin pribadi yang dimiliki oleh
setiap individu.’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf keduabelas dalam karangan.
jj.
‘Jika individu tidak memiliki sikap
disiplin maka akan diadakan pendisiplinan.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keduabelas
dalam karangan.
kk.
‘Karena disiplin merupakan hal yang dapat
dilatih.’ yang terdapat pada
kalimat keempat, paragraf keduabelas dalam karangan.
ll.
‘Pada dasarnya disiplin muncul dari
kebiasaan hidup dan kehidupan belajar mengajar yang teratur serta mencintai dan
menghargai pekerjaannya.’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf ketigabelas dalam
karangan.
mm.
‘Namun hanya disiplin lingkungan, disiplin
waktu, disiplin beribadah, disiplin belajar serta disiplin sosial yang dapat
saya uraikan disini.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf ketigabelas dalam karangan.
3. Data Berupa Transkrip Wawancara
Berikut ini
identifikasi kesalahan berbahasa yang ditemukan dalam rekaman wawancara yang dilakukan
dengan seorang siswa SMP yang telah ditranskripkan.
a.
Ucapan ‘walaikum salam’ yang diucapkan oleh Jumadila
b.
Ucapan ‘Dek [Dek]’, ‘Adek [Adek]’ yang diucapkan oleh Shafariana.
c.
Ucapan ‘aja’ yang diucapkan oleh Jumadila.
d. Ucapan ‘di sekolah
saya sendiri saja’ yang diucapkan oleh Jumadila.
e.
Ucapan ‘terlambat datang’ yang diucapkan oleh Jumadila.
f.
Ucapan ‘tapi’ yang diucapkan oleh Jumadila.
g.
Ucapan ‘paling sering banyak dilanggar itu’ yang diucapkan oleh Jumadila.
h.
Ucapan ‘harusnya’ yang diucapkan oleh Jumadila.
i.
Ucapan ‘itu, itu’ yang diucapkan oleh Jumadila.
j.
Ucapan ‘ngikut’ yang diucapkan oleh Jumadila.
k.
Ucapan ‘pake’ yang diucapkan oleh Jumadila.
l.
Ucapan ‘itu terlihat buruk begitu’ yang diucapkan oleh Jumadila.
m. Ucapan ‘WC [wese]’
yang diucapkan oleh Jumadila.
n.
Ucapan ‘nyoret-nyoret’ yang diucapkan oleh Jumadila.
o.
Ucapan ‘WC [wese]’ yang diucapkan oleh Jumadila.
p.
Ucapan ‘aja’ yang diucapkan oleh Jumadila.
q.
Ucapan ‘santai-santai’ yang diucapkan oleh Jumadila.
r.
Ucapan ‘nyoret-nyoret’ yang diucapkan oleh Jumadila.
s.
Ucapan ‘nda layak baca’ yang diucapkan oleh Jumadila.
t.
Ucapan ‘Di sekolah saya sendiri saja banyak yang melakukan pelanggaran.’
yang diucapkan oleh Jumadila.
C. KLASIFIKASI KESALAHAN BERBAHASA
1. Data Berupa Artikel
a.
Kesalahan Fonologi
Kesalahan berbahasa dalam artikel tersebut
yang terjadi pada tataran fonologi berupa kesalahan tanda baca yang telah
dicetak miring yakni ‘Ia mengungkapkan,
untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang berhubungan kuat antara
pendidikan, kewirausahaan dan
Information, Comunication, and Technology (ICT)’ yang terdapat pada kalimat
kedua, paragraf ketiga dalam artikel.
b.
Kesalahan Morfologi
Kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi
terjadi pada proses morfologis yakni
afiksasi, reduplikasi, dan komposisi tidak ditemukan dalam artikel tersebut.
c.
Kesalahan Sintaksis
Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis dalam
artikel tersebut berupa penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat yang
berkaitan dengan fungsi sintaksis.
1) Kesalahan Frasa
a) Struktur yang salah
‘siang tadi’ yang terdapat pada kalimat pertama,
pembuka artikel.
b) Penggunaan frasa aposisi yang salah
(1) ‘Universitas Negeri
Makassar (UNM)’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf pertama dalam
artikel.
(2) ‘Information,
Comunication, and Tekhnology (ICT)’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf
ketiga dalam artikel.
c) Pelepasan kata ‘yang’ pada frasa.
‘UNM ke-54’ yang terdapat pada kalimat pertama,
paragraf pertama dalam artikel.
2) Kesalahan Klausa
a) Penghilangan kata kerja kopula.
‘Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang
berhubungan’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam artikel.
b) Penambahan kata ‘yang’ antara subjek dan
predikat
‘Seminar International yang berlangsung’ yang
terdapat pada kalimat pertama, pembuka artikel.
3) Kesalahan Kalimat
a) Kontaminasi kalimat
(1) ‘Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya
terdapat tiga cara yang berhubungan kuat
antara pendidikan, kewirausahaan dan Information, Comunication, and
Technology (ICT)’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam
artikel.
(2) ‘Sementara itu,
Baharuddin Aris dari Universiti Teknologi Malaysia, mengatakan untuk meningkatkan pendidikan, mengirim siswa keluar
negeri merupakan cara untuk meningkatkan kemajuan negara asalnya.’ yang
terdapat pada kalimat pertama, paragraf keempat dalam artikel.
b) Ambiguitas
(1) ‘Seminar
Internasional yang digelar oleh Universitas Negeri Makassar (UNM) sebagai
rangkaian akhir dari dies natalis UNM
ke-54, menghadirkan empat pembicara dari tiga negara. Pembicara tersebut
hadir untuk menyampaikan presentasinya kepada civitas UNM di ruang teater
Menara Pinisi UNM, Kamis (20/8).’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf
pertama dalam artikel.
(2) ‘Ia mengungkapkan,
untuk meningkatkannya terdapat tiga
cara yang berhubungan kuat antara
pendidikan, kewirausahaan, dan Information, Comunication, and Technology
(ICT)’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam artikel.
c) Kesalahan penggunaan tanda baca
‘Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang
berhubungan kuat antara pendidikan, kewirausahaan
dan Information, Comunication, and Technology (ICT)’ yang terdapat pada kalimat
kedua, paragraf ketiga dalam artikel.
d.
Kesalahan Leksikon
Kesalahan berbahasa pada tataran leksikon terjadi
pada penggunaan kata yang tidak tepat yakni ‘universiti’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf keempat dalam artikel.
2. Data Berupa Karangan
a.
Kesalahan Fonologi
Kesalahan berbahasa terjadi pada tataran
fonologi yakni fonem /p/ dituliskan fonem /f/ seperti berikut.
‘fikir’ dalam ‘berfikir’ yang terdapat pada
kalimat kedua, paragraf ketiga dalam karangan.
b.
Kesalahan Morfologi
Kesalahan berbahasa pada tataran morfologi berupa
kesalahan afiksasi yakni penggunaan sufiks –kan pada klofiks yang tidak sesuai.
‘terwujudkan’ yang terdapat pada
kalimat keempat, paragraf kelima dalam karangan.
c.
Kesalahan Sintaksis
Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis
berupa penyimpangan struktur frasa, klausa, maupun kalimat yang berkaitan
dengan fungsi sintaksis.
1) Kesalahan Frasa
a) Penggunaan preposisi yang tidak tepat
1) ‘ke siswa’ yang
terdapat pada kalimat kedua, paragraf pertama karangan.
2) ‘untuk sekolah ini’
yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keempat dalam karangan.
b) Penggunaan unsur frasa yang mubazir
(1) ‘hanya sekolah ini saja’ yang terdapat pada
kalimat ketiga, paragraf keempat dalam karangan.
(2) ‘amat sangat
menjunjung tinggi’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keempat dalam karangan.
(3) ‘sangat terkenal’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf kedelapan
dalam karangan.
c) Penambahan kata ‘untuk’ pada frasa tertentu.
(1) ‘memang mudah untuk
diucapkan’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf keempat dalam karangan.
(2) ‘sangat sulit untuk
diwujudkan’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf keempat dalam karangan.
d) Preposisi di yang ditulis serangkai
(1) ‘disekolah’ yang terdapat pada: (a) kalimat
ketiga, paragraf pertama; (b) kalimat kedua, paragraf lima; (c) kalimat
pertama, paragraf kesembilan.
(2) disini’ yang terdapat pada: (a) kalimat
pertama, paragraf kedua; (b) kalimat ketiga, paragraf ketigabelas.
(3) ‘disekitar’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kesepuluh
dalam karangan.
(4) ‘dirumah’ yang terdapat pada kalimat kelima, paragraf
kesebelas dalam karangan.
e) Pelesapan preposisi ‘ke’
‘berangkat
sekolah’ yang terdapat pada
kalimat keempat, paragraf kedelapan dalam karangan.
f) Pelesapan preposisi ‘dalam’
‘disiplin belajar’ yang terdapat pada
kalimat kedua, paragraf kesebelas dalam karangan.
g) Penggunaan frasa aposisi yang salah
‘Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI)’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf kesebelas dalam karangan.
2) Kesalahan Klausa
a) Klausa yang rancu, akibat:
(1) Kata yang mubazir
‘bukan hanya
sekolah ini saja tetapi sekolah-sekolah lain pasti juga amat sangat menjunjung tinggi nilai
kedisiplinan’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keempat dalam
karangan.
(2) Salah penggunaan imbuhan
‘sikap kedisiplinan siswa dan guru tidak akan terwujudkan’ yang terdapat dalam
kalimat keempat paragraf kelima dalam karangan.
b) Interferensi bahasa daerah atau bahasa asing
‘berikut adalah’ yang
terdapat pada kalimat kedua, paragraf kedelapan dalam karangan.
3) Kesalahan Kalimat
a) Kontaminasi kalimat
‘Disiplin sosial yang
telah terwujud dibuktikan dengan
kegiatan sosial yang dilakukan oleh seluruh
warga kepada masyarakat yang kurang mampu yang tinggal disekitar sekolah.’ yang terdapat pada
kalimat kedua, paragraf kesepuluh dalam karangan.
b) Pleonasme
‘Kedisiplinan sangat penting untuk sekolah ini
dan pastinya bukan hanya sekolah ini saja
tetapi sekolah-sekolah lain pasti juga amat
sangat menjunjung tinggi nilai kedisiplinan’ yang terdapat pada kalimat
ketiga, paragraf keempat dalam karangan.
c) Penggunaan konjungsi yang tidak sesuai.
(1) ‘Tetapi bagi’ yang
terdapat pada kalimat kedua, paragraf keempat dalam karangan.
(2) ‘Karena setiap yang melanggar akan mendapat sanksi’ yang terdapat pada
kalimat ketiga, paragraf kelima dalam karangan.
(3) ‘Dan
akan menyebabkan kegiatan sekolah yang sangat berantakan.’ yang terdapat pada
kalimat kelima, paragraf kelima dalam karangan.
(4) ‘Karena
bagaimanapun’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keenam dalam karangan.
(5) ‘Dan
jika ada yang datang terlambat atau lebih dari jam yang ditentukan, maka akan
diberi sanksi karena telah melanggar aturan.’ yang terdapat pada kalimat kelima, paragraf kedelapan
dalam karangan.
(6) ‘Karena
kedisiplinan dalam beribadah sangat dibutuhkan.’ yang terdapat pada kalimat kedua,
paragraf kesembilan dalam karangan.
(7) ‘Karena
disiplin merupakan hal yang dapat dilatih.’ yang terdapat pada kalimat keempat, paragraf keduabelas
dalam karangan.
d) Kesalahan penggunaan tanda baca
Berikut ini kesalahan penggunaan tanda baca pada bagian yang dicetak
miring.
(1) ‘Berbagai
kegiatan seperti bagaimana membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh
terhadap peraturan yang berlaku disekolah, saling menghormati, membiasakan
hidup bersih dan sehat serta memiliki
semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang harus
ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari.’ yang terdapat pada kalimat
ketiga, paragraf pertama karangan.
(2) ‘Disiplin
itu sendiri adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem
yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku.’ yang terdapat pada kalimat
kedua, paragraf kedua dalam karangan.
(3) ‘Disiplin bukan
hanya suatu ucapan, melainkan
disiplin itu dibuktikan dengan perilaku yang menunjukkan bahwa orang tersebut
disiplin.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf kedua dalam karangan.
(4) ‘Namun itu
salah, bagaimana mungkin siswa dan guru akan disiplin jika tidak ada aturan
yang membatasi tindakan mereka.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf
ketiga dalam karangan.
(5) ‘Sekolah
ini tidak sebebas yang mereka bayangkan,
karena setiap siswa dan guru diikat oleh sebuah aturan dan akan mendapat sanksi jika melanggar aturan tersebut.’ yang terdapat pada
kalimat keempat, paragraf ketiga dalam
karangan.
(6) ‘Aturan
disekolah ini bukanlah aturan yang mudah untuk diacuhkan, melainkan aturan yang sangat perlu dilaksanakan dan
tidak untuk dilanggar’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kelima dalam karangan.
(7) ‘Setiap
pagi sebelum waktu pelajaran dimulai juga diadakan baca Al-Quran bersama bagi
siswa dan guru yang beragama islam serta
bagi siswa yang beragama selain islam, misalnya kristen ataupun katholik juga akan mendapat bimbingan
kerohanian.’ yang terdapat pada kalimat kelima, paragraf kesembilan dalam karangan.
(8) ‘Namun semua
kedisiplinan itu tidak akan terwujud tanpa adanya disiplin diri atau disiplin
pribadi yang dimiliki oleh setiap individu.’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf
keduabelas dalam karangan.
(9) ‘Jika
individu tidak memiliki sikap disiplin
maka akan diadakan pendisiplinan.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf
keduabelas dalam karangan.
d.
Kesalahan Leksikon
Kesalahan berbahasa pada tataran leksikon
terjadi pada penggunaan kata yang kurang tepat atau tidak sesuai.
1) Penggunaan kata ‘berbagai’ atau ‘pelbagai’
yang tidak sesuai
‘berbagai’ yang terdapat pada kalimat ketiga,
paragraf pertama karangan.
2) Memisahkan kata yang seharusnya dirangkai
a) ‘ke empat’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf kesebelas
dalam karangan.
b) ‘non akademis’ yang terdapat pada kalimat keempat, paragraf
kesebelas dalam karangan.
3. Data Berupa Percakapan
a.
Kesalahan Fonologi
Kesalahan berbahasa terjadi pada tataran
fonologi dalam wawancara tersebut sebagai berikut.
1) Fonem /a’/ tidak dilafalkan atau dihilangkan
Ucapan ‘walaikum salam’ yang diucapkan oleh
Jumadila.
2) Fonem /s/ tidak dilafalkan atau dihilangkan
Ucapan ‘aja’ yang diucapkan oleh Jumadila.
3) Silabel awal tidak dilafalkan
a) Silabel /te/ pada ucapan ‘tapi’ yang diucapkan oleh Jumadila.
b) Silabel /se/ pada
ucapan ‘harusnya’ yang diucapkan oleh Jumadila.
4) Fonem /i/ dilafalkan /e/.
Ucapan ‘Dek [Dek]’, ‘Adek [Adek]’ yang diucapkan
oleh Shafariana.
5) Fonem /ai/ dilafalkan fonem /e/
Ucapan ‘pake’ yang diucapkan oleh Jumadila.
6) Fonem /c/ dilafalkan atau dituliskan fonem
/se/
Ucapan ‘WC [wese]’ yang diucapkan oleh Jumadila.
b.
Kesalahan Morfologi
Kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi
terjadi pada proses morfologis yakni
afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
1) Kesalahan afiksasi
a) Penyingkatan morf {men-}, {meny-}, {meng-}, dan {menge-} menjadi {n}, {ny}, {ng}, dan {nge}
1) Ucapan
‘nyoret-nyoret’ yang diucapkan oleh Jumadila.
2) Ucapan ‘ngikut’ yang
diucapkan oleh Jumadila.
b) Menghilangkan afiks
1) Afiks di-
Ucapan ‘nda layak baca’ yang diucapkan oleh
Jumadila.
2) Afiks se-
Ucapan ‘harusnya’ yang diucapkan oleh Jumadila.
2) Kesalahan reduplikasi yakni ucapan ‘nyoret-nyoret’ yang diucapkan oleh
Jumadila yang dilakukan sebanyak dua kali.
c.
Kesalahan Sintaksis
Kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis
berupa penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat yang berkaitan dengan
fungsi sintaksis.
1) Kesalahan Frasa
a) Struktur yang salah yakni ucapan ‘terlambat datang’ yang diucapkan oleh
Jumadila.
b) Penggunaan unsur frasa yang mubazir
(1) Ucapan ‘di sekolah saya sendiri saja’ yang diucapkan
oleh Jumadila.
(2) Ucapan ‘paling sering banyak dilanggar itu’
yang diucapkan oleh Jumadila.
(3) Ucapan ‘itu terlihat buruk begitu’ yang diucapkan
oleh Jumadila.
2) Kesalahan klausa berupa penghilangan kata
‘untuk’ pada ucapan ‘nda layak baca’
yang diucapkan oleh Jumadila.
3) Kesalahan Kalimat
a) Kontaminasi kalimat yakni ucapan ‘itu, itu’ yang diucapkan oleh Jumadila
pada kalimat ‘Itu, itu mereka ingin mengikuti model sekarang tapi nda sesuai
sama tempatnya’.
b) Pleonasme yakni ucapan ‘santai-santai’ yang diucapkan oleh Jumadila pada kalimat ‘mereka
santai-santai aja nyoret-nyoret dinding.’.
c) Preposisi di awal
kalimat.
Ucapan ‘Di sekolah saya sendiri saja banyak yang
melakukan pelanggaran.’ yang diucapkan oleh Jumadila.
d.
Kesalahan Leksikon
Kesalahan berbahasa dalam tataran leksikon
tidak ditemukan dalam wawancara tersebut.
D. PEMERINGKATAN KESALAHAN
1. Data Berupa Artikel
Kesalahan berbahasa
paling sering terjadi pada tataran sintaksis terutama kesalahan kalimat baik
berupa pleonasme maupun ambiguitas serta kesalahan frasa berupa kesalahan
penyusunan frasa aposisi.
2. Data Berupa Karangan
Kesalahan berbahasa
paling sering terjadi pada tataran sintaksis baik kesalahan frasa maupun
kesalahan kalimat. Kesalahan frasa terutama terletak pada penggunaan frasa
preposisi baik penggunaan preposisi yang tidak tepat maupun penulisan preposisi
yang serangkai. Adapun kesalahan kalimat terutama pada penggunaan konjungsi
yang tidak sesuai dan kesalahan penulisan tanda baca dalam kalimat.
3. Data Berupa Wawancara
Kesalahan berbahasa
pada data wawancara ditemukan di semua tataran kecuali leksikon. Kesalahan
berbahasa paling sering terjadi pada tataran fonologi baik kesalahan melafalkan
fonem maupun kesalahan berupa menyingkat pelafalan kata.
E. PENJELASAN KESALAHAN
1. Data Berupa Artikel
a.
Kesalahan Fonologi
Kesalahan berbahasa dalam artikel tersebut
yang terjadi pada tataran fonologi berupa kesalahan tanda baca yang telah
dicetak miring yakni ‘Ia mengungkapkan,
untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang berhubungan kuat antara
pendidikan, kewirausahaan dan
Information, Comunication, and Technology (ICT)’ yang terdapat pada kalimat
kedua, paragraf ketiga dalam artikel. Pada kalimat tersebut antara kata kewirausahaan dan kata dan harus menggunakan tanda baca koma
(,) karena kata dan dalam kalimat ini
digunakan dalam bentuk perincian.
b.
Kesalahan Sintaksis
1) Kesalahan Frasa
a) Struktur yang salah
Struktur bahasa Indonesia yakni DM (Diterangkan
Menerangkan). ‘siang tadi’ yang terdapat pada kalimat pertama, pembuka artikel berstruktur
MD (Menerangkan Diterangkan).
b) Penggunaan frasa aposisi yang salah
Struktur bahasa Indonesia yakni DM (Diterangkan
Menerangkan) juga berlaku pada singkatan. Singkatan diikuti penjelasan yang
diapit oleh tanda kurung ( (...) ). ‘Universitas Negeri Makassar (UNM)’ dan ‘Information,
Comunication, and Tekhnology (ICT)’ yang terdapat pada artikel berstruktur MD
(Menerangkan Diterangkan).
c) Pelepasan kata ‘yang’ pada frasa.
Kata ‘yang’ pada frasa digunakan untuk menerangjelaskan makna pewatas. ‘UNM ke-54’ yang terdapat pada artikel dapat
bermakna UNM ada lebih dari satu dan bermakna usia UNM.
2) Kesalahan Klausa
a) Penghilangan kata kerja kopula.
‘Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang
berhubungan’ yang terdapat pada artikel merupakan kalimat tidak langsung
sehingga memerlukan kata kerja kopula.
b) Penambahan kata ‘yang’ antara subjek dan
predikat
Penambahan kata ‘yang’ antara subjek dan predikat
dapat meniadakan fungsi predikat sehingga kata kerja yang menduduki fungsi
predikat termasuk ke dalam fungsi subjek sebagai pewatas.
3) Kesalahan Kalimat
a) Kontaminasi kalimat
(1) Kontaminasi kalimat dalam kalimat ‘Ia mengungkapkan,
untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang berhubungan kuat antara pendidikan, kewirausahaan dan Information,
Comunication, and Technology (ICT)’ yang terdapat pada artikel diakibatkan
pada kesalahan klausa yakni menghilangkan kata kerja kopula antara kata
‘mengungkapkan’ dan ‘untuk’, kesalahan penggunaan kata ‘antara’ yang tidak
sesuai dengan konteks makna kalimat, tidak menggunakan tanda koma (,) antara
kata ‘kewirahusahaan’ dan kata ‘dan’, dan kesalahan frasa aposisi.
(2) Kontaminasi kalimat dalam kalimat ‘Sementara
itu, Baharuddin Aris dari Universiti Teknologi Malaysia, mengatakan untuk meningkatkan pendidikan, mengirim siswa keluar
negeri merupakan cara untuk meningkatkan kemajuan negara asalnya.’ yang
terdapat pada artikel diakibatkan pada kesalahan klausa yakni menghilangkan
kata kerja kopula antara kata ‘mengatakan’ dan ‘untuk’.
b) Ambiguitas
(1) Penggunaan frasa ‘UNM ke-54’ dalam ‘Seminar Internasional yang digelar oleh Universitas
Negeri Makassar (UNM) sebagai rangkaian akhir dari dies natalis UNM ke-54, menghadirkan empat pembicara
dari tiga negara. Pembicara tersebut hadir untuk menyampaikan presentasinya
kepada civitas UNM di ruang teater Menara Pinisi UNM, Kamis (20/8).’ Menyebabkan makna
ganda yakni (a) UNM lebih dari satu jumlahnya dan UNM urutan ke-54 yang sedang
merayakan dies natalis; (b) UNM merayakan dies natalis yang ke-54.
(2) ‘Ia mengungkapkan,
untuk meningkatkannya terdapat tiga
cara yang berhubungan kuat antara
pendidikan, kewirausahaan, dan Information, Comunication, and Technology
(ICT)’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam artikel bermakna
ganda. Hal ini terdapat pada: (a) kata ‘meningkatkannya’, pembaca dapat
menangkap (i) –nya merujuk pada ‘ia’; (ii) –nya merujuk pada kalimat sebelumnya;
(b) kata ‘antara’ yang tidak sesuai dengan konteks.
c) Kesalahan penggunaan tanda baca
Kesalahan tanda baca yang telah dicetak miring yakni ‘Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya
terdapat tiga cara yang berhubungan kuat antara pendidikan, kewirausahaan dan Information,
Comunication, and Technology (ICT)’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf
ketiga dalam artikel. Pada kalimat tersebut antara kata kewirausahaan dan kata dan harus
menggunakan tanda baca koma (,) karena kata dan
dalam kalimat ini digunakan dalam bentuk perincian.
c.
Kesalahan Leksikon
Kesalahan berbahasa pada tataran leksikon
terjadi pada penggunaan kata yang tidak tepat yakni ‘universiti’. Hal ini tidak sesuai dengan kaidah
penyerapan kata dari bahasa asing. ‘universiti’ bukan bentuk serapan dari
bahasa asing yakni ‘university’.
2. Data Berupa Karangan
a.
Kesalahan Fonologi
Fonem /p/ dituliskan fonem /f/ seperti berikut
‘fikir’ dalam ‘berfikir’ yang terdapat
pada karangan merupakan hal yang salah. Hal ini dalam bahasa Indonesia tidak
terdapat kata ‘fikir’ melainkan ‘pikir’.
b.
Kesalahan Morfologi
Bentuk ‘terwujudkan’ merupakan bentuk yang benar tetapi bukan bentuk
yang tepat karena tidak sesuai dengan konteks makna dalam kalimat pada
karangan.
c.
Kesalahan Sintaksis
1) Kesalahan Frasa
a) Penggunaan preposisi yang tidak tepat
a) Preposisi ‘ke’ diikuti oleh kata benda yang
menunjukkan tempat sehingga ‘ke siswa’ merupakan hal yang kurang benar.
b) Kata tugas ‘untuk’ dalam ‘untuk sekolah ini’ tidak
tepat dalam konteks kalimat.
b) Penggunaan unsur frasa yang mubazir
(1) ‘hanya sekolah ini saja’ merupakan bentuk yang
mubazir karena terdapat penggunaan kata ‘hanya’ dan ‘saja’ yang bermakna
sepadan dalam satu frasa.
(2) ‘amat sangat menjunjung tinggi’ merupakan
bentuk yang mubazir karena terdapat penggunaan kata ‘amat’ dan ‘sangat’ yang
bermakna sepadan dalam satu frasa.
(3) ‘sangat
terkenal’ merupakan bentuk
yang mubazir karena terdapat penggunaan kata ‘sangat’ dan juga menggunakan
morfem ‘ter-‘ yang bermakna gramatikal ‘paling’ sehingga memiliki makna yang
sepadan.
c) Penambahan kata ‘untuk’ pada frasa tertentu.
Kata ‘untuk’ berfungsi untuk menerangjelaskan
suatu kata menduduki peran sebagai pewatas, hal ini tidak sesuai karena kata
‘diucapkan’ dalam ‘memang mudah untuk diucapkan’ dan kata ‘diwujudkan’ dalam ‘sangat
sulit untuk diwujudkan’ merupakan inti dari frasa tersebut
d) Preposisi di
yang ditulis serangkai
Preposisi atau kata depan memiliki kaidah penulisan yakni ditulis terpisah
dengan kata yang mengikuti sehingga kata
‘disekolah’ ‘disini’, ‘disekitar’, dan ‘dirumah’ merupakan bentuk yang salah.
e) Pelesapan preposisi ‘ke’
Preposisi ‘ke’ diperlukan dalam frasa ‘berangkat sekolah’ karena preposisi ‘ke’ merujuk pada tempat dan
terdengar aneh jika tanpa preposisi ‘ke’.
f) Pelesapan preposisi ‘dalam’
Preposisi ‘dalam’ diperlukan dalam frasa ‘disiplin belajar’ karena preposisi ‘dalam’ berguna untuk menandai
unsur pewatas..
g) Penggunaan frasa aposisi yang salah
Struktur bahasa Indonesia yakni DM (Diterangkan
Menerangkan) juga berlaku pada singkatan. Singkatan diikuti penjelasan yang
diapit oleh tanda kurung ( (...) ). ‘Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI)’ yang terdapat pada artikel berstruktur MD
(Menerangkan Diterangkan).
2) Kesalahan Klausa
a) Klausa yang rancu, akibat:
(1) Kata yang mubazir
‘bukan hanya
sekolah ini saja tetapi sekolah-sekolah lain pasti juga amat sangat menjunjung tinggi nilai
kedisiplinan’ merupakan bentuk yang mubazir karena terdapat penggunaan kata
‘hanya’ dan ‘saja’ yang bermakna sepadan dalam satu frasa dan penggunaan kata
‘amat’ dan ‘sangat’ yang bermakna sepadan dalam satu frasa.
(2) Salah penggunaan imbuhan
Bentuk ‘terwujudkan’ dalam ‘sikap kedisiplinan siswa dan guru
tidak akan terwujudkan’ merupakan
bentuk yang benar tetapi bukan bentuk yang tepat karena tidak sesuai dengan
konteks makna dalam kalimat pada karangan.
b) Interferensi bahasa daerah atau bahasa asing
‘berikut adalah’ pada
karangan merupakan hasil interferensi bahasa asing sebagai hasil terjemahan
akibat penggunaan to be yang
diterjemahkan ‘adalah’.
3) Kesalahan Kalimat
a) Kontaminasi kalimat
Penggunaan kata ‘terwujud’ yang diikuti kata ‘dibuktikan’
menyebabkan kontaminasi karena tidak ada kata ‘yang’ diantara kata tersebut
yang menandai salah satu kata tersebut sebagai pewatas. Selain itu, ‘seluruh
warga’ menimbulkan kerancuan karena diikuti kata ‘seluruh masyarakat’, meskipun
yang dimaksudkan adalah warga sekolah.
b) Pleonasme
‘Kedisiplinan sangat penting untuk sekolah ini
dan pastinya bukan hanya sekolah ini saja
tetapi sekolah-sekolah lain pasti juga amat
sangat menjunjung tinggi nilai kedisiplinan’ merupakan bentuk pleonasme
karena terdapat penggunaan kata ‘hanya’ yang lebih dijelaskan dengan kata ‘saja’
yang bermakna sepadan dengan kata ‘hanya’ dan penggunaan kata ‘amat’ yang lebih
dijelaskan dengan kata ‘sangat’ yang bermakna sepadan dengan kata ‘amat’.
c) Penggunaan konjungsi yang tidak sesuai.
Konjungsi ‘tetapi’, ‘karena’, dan ‘dan’ merupakan
konjungsi intrakalimat sehingga penggunaannya berada ditengah-tengah kalimat
bukan di awal kalimat seperti berikut.
(1) ‘Tetapi bagi’ yang
terdapat pada kalimat kedua, paragraf keempat dalam karangan.
(2) ‘Karena setiap yang melanggar akan mendapat sanksi’ yang terdapat pada
kalimat ketiga, paragraf kelima dalam karangan.
(3) ‘Dan
akan menyebabkan kegiatan sekolah yang sangat berantakan.’ yang terdapat pada
kalimat kelima, paragraf kelima dalam karangan.
(4) ‘Karena
bagaimanapun’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keenam dalam karangan.
(5) ‘Dan
jika ada yang datang terlambat atau lebih dari jam yang ditentukan, maka akan
diberi sanksi karena telah melanggar aturan.’ yang terdapat pada kalimat kelima, paragraf kedelapan
dalam karangan.
(6) ‘Karena
kedisiplinan dalam beribadah sangat dibutuhkan.’ yang terdapat pada kalimat kedua,
paragraf kesembilan dalam karangan.
(7) ‘Karena
disiplin merupakan hal yang dapat dilatih.’ yang terdapat pada kalimat keempat, paragraf
keduabelas dalam karangan.
d) Kesalahan penggunaan tanda baca
(1) Konjungsi ‘dan’,
‘atau’, dan ‘serta’ yang berada dalam konteks perincian harus didahului dengan
penggunaan tanda koma (,) bukan seperti berikut.
(a) ‘Berbagai
kegiatan seperti bagaimana membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh
terhadap peraturan yang berlaku disekolah, saling menghormati, membiasakan
hidup bersih dan sehat serta memiliki
semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang harus
ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari.’ yang terdapat pada kalimat
ketiga, paragraf pertama karangan.
(b) ‘Disiplin
itu sendiri adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem
yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku.’ yang terdapat pada kalimat
kedua, paragraf kedua dalam karangan.
(c) ‘Disiplin bukan
hanya suatu ucapan, melainkan
disiplin itu dibuktikan dengan perilaku yang menunjukkan bahwa orang tersebut
disiplin.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf kedua dalam karangan.
(d)‘Namun itu
salah, bagaimana mungkin siswa dan guru akan disiplin jika tidak ada aturan
yang membatasi tindakan mereka.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf
ketiga dalam karangan.
(e) ‘Sekolah
ini tidak sebebas yang mereka bayangkan,
karena setiap siswa dan guru diikat oleh sebuah aturan dan akan mendapat sanksi jika melanggar aturan tersebut.’ yang terdapat pada
kalimat keempat, paragraf ketiga dalam
karangan.
(f) ‘Aturan
disekolah ini bukanlah aturan yang mudah untuk diacuhkan, melainkan aturan yang sangat perlu dilaksanakan dan
tidak untuk dilanggar’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kelima dalam karangan.
(g) ‘Setiap
pagi sebelum waktu pelajaran dimulai juga diadakan baca Al-Quran bersama bagi
siswa dan guru yang beragama islam serta
bagi siswa yang beragama selain islam, misalnya kristen ataupun katholik juga akan mendapat bimbingan
kerohanian.’ yang terdapat pada kalimat kelima, paragraf kesembilan dalam karangan.
(2) Konjungsi
intrakalimat seperti ‘karena’, ‘tetapi’, ‘dan’, dsb. tidak didahului oleh tanda
baca koma (,) selain konjungsi ‘dan’, ‘atau’, dan ‘serta’ yang berada dalam
konteks perincian, bukan seperti berikut.
(3) Konjungsi
antarkalimat seperti ‘namun’ diikuti tanda baca koma (,) bukan sepeti berikut.
‘Namun
semua kedisiplinan itu tidak akan terwujud
tanpa adanya disiplin diri atau disiplin pribadi yang dimiliki oleh setiap
individu.’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf keduabelas dalam karangan.
(4) Anak kalimat yang
mendahului induk kalimat, harus menggunakan tanda koma (,) yang diikuti
konjungsi dan induk kalimat bukan seperti berikut.
‘Jika individu tidak
memiliki sikap disiplin maka akan
diadakan pendisiplinan.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keduabelas dalam karangan.
e.
Kesalahan Leksikon
Kesalahan berbahasa pada tataran leksikon
terjadi pada penggunaan kata yang kurang tepat atau tidak sesuai.
1) Kata ‘berbagai’ dan ‘pelbagai’ memiliki makna
yang sepadan yakni ‘bermacam-macam’ tetapi memiliki pemakaian yang berbeda.
Kata ‘berbagai’ diikuti oleh kata kerja
sementara kata ‘pelbagai’ diikuti oleh kata benda.
2) Memisahkan kata yang seharusnya dirangkai
a) Penulisan‘ke empat’ seharunya dirangkai karena ke pada kata tersebut bukan preposisi melainkan sebagai imbuhan
yang bermakna penanda urutan.
b) Penulisan ‘non akademis’ seharusnya dirangkai karena non merupakan
imbuhan jenis imbuhan asing.
3. Data Berupa Percakapan
a.
Kesalahan Fonologi
Kesalahan berbahasa terjadi pada tataran
fonologi dalam wawancara tersebut sebagai berikut.
1) Pada ucapan
‘walaikum salam’ yang diucapkan oleh Jumadila dihilangkan fonem /‘a/ yang
terletak antara fonem /w/ dan fonem /a/.
2) Fonem /s/ seharusnya ada di awal pada ucapan ‘aja’ yang diucapkan oleh Jumadila. Hal
ini biasa terjadi dalam percakapan sebagai bentuk yang tidak formal.
3) Silabel awal tidak dilafalkan
a) Silabel /te/ pada ucapan ‘tetapi’ dihilangkan sehingga bentuk tersebut lebih singkat menjadi
‘tapi’ yang diucapkan oleh Jumadila. Hal ini biasa terjadi dalam percakapan
sebagai bentuk yang tidak formal.
b) Silabel /se/ pada
ucapan ‘seharusnya’ dihilangkan sehingga bentuk tersebut lebih singkat menjadi
‘harusnya’ yang diucapkan oleh Jumadila. Hal ini biasa terjadi dalam percakapan
sebagai bentuk yang tidak formal.
4) Fonem /i/ dilafalkan /e/.
Bahasa Indonesia tidak memiliki kata ‘adek’
melainkan kata ‘adik' sehingga ucapan ‘Dek [Dek]’, ‘Adek [Adek]’ yang diucapkan
oleh Shafariana merupakan kesalahan berbahasa.
5) Fonem /ai/ dilafalkan fonem /e/
Bahasa Indonesia tidak memiliki kata ‘pake’
melainkan kata ‘pakai' sehingga ucapan ‘pake’ yang diucapkan oleh Jumadila
merupakan kesalahan berbahasa. Hal ini biasa terjadi dalam percakapan sebagai
bentuk yang tidak formal
6) Fonem /c/ dilafalkan atau dituliskan fonem
/se/
Masyarakat sering melafalkan fonem /c/ apabila
berdiri sendiri dengan bunyi [se] sehingga bentuk ucapan ‘WC’ dilafalkan [wese]’
yang diucapkan oleh Jumadila. Hal ini terjadi akibat pengaruh ejaan lama dan kesalahan
tersebut dibiarkan sehingga menjadi kebiasaan.
b.
Kesalahan Morfologi
1) Kesalahan afiksasi
a) Penyingkatan morf {meny-} menjadi {ny} pada
kata ‘nyoret-nyoret’ yang diucapkan
oleh Jumadila dan {meng}
menjadi{ng} pada kata ‘ngikut’ yang diucapkan oleh Jumadila. Hal ini
terjadi akibat setiap penutur dalam percakapan selalu menggunakan bahasa yang
relatif singkat tetapi dapat dimengerti oleh mitra tutur.
b) Menghilangkan afiks
(1) Afiks di-
Afik di- dihilagkan pada kata ‘baca’ dalam ucapan
‘nda layak baca’ yang diucapkan oleh Jumadila. Hal ini terjadi karena sifat
bahasa percakapan yang cenderung singkat.
(2) Afiks se-
Afiks se- dihilangkan pada kata ‘seharusnya’ dalam ucapan ‘harusnya’ yang diucapkan oleh Jumadila. Hal ini terjadi karena
sifat bahasa percakapan yang cenderung singkat.
2) Kesalahan reduplikasi yakni ucapan ‘nyoret-nyoret’ yang diucapkan oleh
Jumadila yang dilakukan sebanyak dua kali. Apabila kata ‘nyoret-nyoret’ yang memiliki
bentuk dasar ‘mencoret’ direduplikasi makan terjadi reduplikasi sebagian bukan
keseluruhan.
c.
Kesalahan Sintaksis
Kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis
berupa penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat yang berkaitan dengan
fungsi sintaksis.
1) Kesalahan Frasa
a) Struktur yang salah yakni ucapan ‘terlambat datang’ yang diucapkan oleh
Jumadila. Hal ini tidak sesuai dengan struktur bahasa Indonesia yakni DM
(Diterangkan Menerangkan).
b) Penggunaan unsur frasa yang mubazir
(1) Ucapan ‘di sekolah saya sendiri saja’ yang diucapkan
oleh Jumadila merupakan frasa yang mubazir. Hal ini terjadi karena kata ‘saya’
diikuti oleh kata ‘sendiri’ sehingga bentuknya menjadi berlebihan.
(2) Ucapan ‘paling sering banyak dilanggar itu’
yang diucapkan oleh Jumadila merupakan frasa yang mubazir. Hal ini terjadi
karena kata ‘saya’ diikuti oleh kata ‘sendiri’ sehingga bentuknya menjadi
berlebihan.
(3) Ucapan ‘itu terlihat buruk begitu’ yang diucapkan
oleh Jumadila merupakan frasa yang mubazir. Hal ini terjadi karena kata ‘saya’
diikuti oleh kata ‘sendiri’ sehingga bentuknya menjadi berlebihan.
2) Kesalahan klausa berupa penghilangan kata
‘untuk’ pada ucapan ‘nda layak baca’
yang diucapkan oleh Jumadila. Hal ini karena kata ‘untuk’ berguna untuk
menandai unsur pewatas.
3) Kesalahan Kalimat
a) Kontaminasi kalimat yakni ucapan ‘itu, itu’ yang diucapkan oleh Jumadila
pada kalimat ‘Itu, itu mereka ingin mengikuti model sekarang tapi nda sesuai
sama tempatnya’. Kata ‘itu’ yang pertama merujuk pada hal yang terdapat pada
kalimat sebelumnya dan kata ‘itu’ yang kedua merujuk pada kata ‘itu’ yang
pertama. Jika dianalogikan, ‘itu’ yang pertama merupakan kata ‘pakaian’ dan
‘itu yang kedua merupakan kata ‘itu’ pada frasa ‘pakaian itu’
b) Pleonasme yakni ucapan ‘santai-santai’ yang diucapkan oleh Jumadila pada kalimat ‘mereka
santai-santai aja nyoret-nyoret dinding.’. ‘santai-santai’ merupakan pleonasme
karena bermakna untuk menyatakan kesungguhan, kebenaran.
c) Preposisi di awal
kalimat.
Preposisi di dalam ucapan ‘Di sekolah saya
sendiri saja banyak yang melakukan pelanggaran.’ Merupakan kesalahan kalimat
karena preposisi di awal kalimat menghilangkan fungsi subjek.
F. PRAKIRAAN DAERAH ATAU BUTIR KESALAHAN YANG
RAWAN
Berdasarkan data
yang telah diidentifikasi frekuensi kesalahan dapat diprakirakan bahwa daerah
atau butir dalam berbahasa yang rawan terjadi pada tataran frasa dan kalimat
pada bahasa tertulis. Tataran frasa berupa frasa preposisi pada penulisan yang
salah karena sukar membedakan preposisi dan imbuhan ‘di’. Sementara dalam bahasa lisan, daerah atau
butir kesalahan yang rawan terjadi pada pelafalan atau tataran fonologi dan
kesalahan frasa akibat kesalahan dalam penyusunan strukturnya.
G. PENGOREKSIAN KESALAHAN
1. Data Berupa Artikel
a.
‘Seminar International yang berlangsung’ seharusnya ‘Seminar
International berlangsung’
b.
‘siang tadi’ seharusnya ‘tadi siang’.
c.
‘Universitas Negeri Makassar (UNM)’ seharusnya ‘UNM (Universitas Negeri
Makassar).
d.
‘rangkaian akhir dari dies natalis UNM ke-54, menghadirkan empat
pembicara dari tiga negara’ seharusnya ‘rangkaian akhir dari dies natalis UNM
yang ke-54, menghadirkan empat pembicara dari tiga negara’.
e.
‘Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang
berhubungan kuat antara pendidikan, kewirausahaan dan Information,
Comunication, and Technology (ICT)’ seharusnya ‘Ia mengungkapkan bahwa untuk
meningkatkannya terdapat tiga cara yang berhubungan kuat yakni pendidikan,
kewirausahaan dan ICT (Information, Comunication, and Technology).
f.
‘meningkatkannya’ seharusnya ‘meningkatkan’.
g.
‘Universiti’ seharusnya ‘universitas’.
h.
“... mengatakan untuk meningkatkan ....” seharusnya ‘‘... mengatakan
bahwa untuk meningkatkan ....”
2. Data Berupa Karangan
a.
‘ke siswa’ seharusnya ‘kepada siswa’.
b.
‘berbagai’ yang seharusya padahas hasil kedua kalimat ketiga, paragraf
pertama karangan.
c.
‘disekolah’ yang seharusnya ‘di sekolah’
d.
‘Berbagai kegiatan seperti bagaimana
membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang
berlaku disekolah, saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat serta
memiliki semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan kebiasaan
yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari.’ seharusnya ‘Pelbagai kegiatan seperti
bagaimana membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap
peraturan yang berlaku di sekolah,
saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat, serta memiliki semangat
berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang harus
ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari.’.
e.
‘disini’ seharusnya ‘di sini’.
f.
‘Disiplin itu sendiri adalah kepatuhan
untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk
tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku.’ seharusnya ‘Disiplin
itu adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang
mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah, atau peraturan yang
berlaku.’
g.
‘Disiplin bukan hanya suatu ucapan, melainkan disiplin itu dibuktikan
dengan perilaku yang menunjukkan bahwa orang tersebut disiplin.’ seharusnya
‘Disiplin bukan hanya suatu ucapan melainkan disiplin itu dibuktikan dengan
perilaku yang menunjukkan bahwa orang tersebut disiplin.’
h.
‘fikir’ dalam ‘berfikir’ seharusnya ‘pikir’ dalam ‘berpikir’
i.
‘Namun itu salah, bagaimana mungkin siswa
dan guru akan disiplin jika tidak ada aturan yang membatasi tindakan mereka.’ seharusnya ‘Namun, itu salah, bagaimana
mungkin siswa dan guru akan disiplin jika tidak ada aturan yang membatasi
tindakan mereka.’
j.
‘Sekolah ini tidak sebebas yang mereka
bayangkan, karena setiap siswa dan guru diikat oleh sebuah aturan dan akan
mendapat sanksi jika melanggar aturan tersebut.’ seharusnya ‘Sekolah
ini tidak sebebas yang mereka bayangkan karena setiap siswa dan guru diikat
oleh sebuah aturan dan akan mendapat sanksi jika melanggar aturan tersebut.’
k.
‘Tetapi bagi’ seharusnya ‘Disiplin memang mudah
untuk diucapkan tetapi
bagi ...’
l.
‘memang mudah untuk diucapkan’ seharusnya ‘memang mudah diucapkan’
m. ‘sangat sulit untuk
diwujudkan’ seharusnya ‘sangat sulit diwujudkan’
n.
‘untuk sekolah ini’ seharusnya ‘bagi sekolah ini’
o.
‘Kedisiplinan sangat penting untuk sekolah ini dan pastinya bukan hanya
sekolah ini saja tetapi sekolah-sekolah lain pasti juga amat sangat menjunjung
tinggi nilai kedisiplinan’ seharusnya ‘Kedisiplinan sangat penting bagi sekolah
ini dan pastinya bukan hanya sekolah ini tetapi sekolah-sekolah lain pasti juga
sangat menjunjung tinggi nilai kedisiplinan’
p.
‘Aturan disekolah ini bukanlah aturan yang
mudah untuk diacuhkan, melainkan aturan yang sangat perlu dilaksanakan dan
tidak untuk dilanggar’ seharusnya ‘Aturan di sekolah ini bukanlah aturan
yang mudah untuk diacuhkan melainkan aturan yang sangat perlu dilaksanakan dan
tidak untuk dilanggar’
q.
‘Karena setiap yang melanggar akan mendapat sanksi’ seharusnya ‘Aturan
di sekolah
ini bukanlah aturan yang mudah untuk diacuhkan melainkan aturan yang sangat
perlu dilaksanakan dan tidak untuk dilanggar karena
setiap yang melanggar akan mendapat sanksi.’
r.
‘terwujudkan’ seharusnya ‘terwujud’
s.
‘Dan akan menyebabkan kegiatan sekolah yang
sangat berantakan.’ seharusnya ‘Jika sekolah ini tidak memiliki
aturan yang mengikat,
maka sikap kedisiplinan siswa dan guru tidak akan terwujud, dan akan menyebabkan
kegiatan sekolah yang sangat berantakan.
t.
‘Karena bagaimanapun’ seharusnya ‘Semua
guru juga dituntut untuk disiplin dalam segala hal karena bagaimanapun
seorang guru merupakan cermin bagi anak didiknya dalam sikap atau teladan, dan
sikap disiplin guru akan memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh
lebih baik.’
u.
‘untuk menjaga dan merawat’ seharusnya ‘dalam menjaga dan merawat’
v.
‘sangat terkenal’ seharusnya ‘terkenal’
w. ‘berikut adalah’ seharusnya ‘berikut’
x.
‘berangkat sekolah’ seharusnya ‘berangkat ke sekolah’
y.
‘Dan jika ada yang datang terlambat atau
lebih dari jam yang ditentukan, maka akan diberi sanksi karena telah melanggar
aturan.’ seharusnya ‘Jika ada yang datang
terlambat atau lebih dari jam yang ditentukan, maka akan diberi sanksi karena
telah melanggar aturan.’
z.
‘Karena kedisiplinan dalam beribadah sangat
dibutuhkan.’ seharusnya ‘Selain disiplin dalam menggunakan
waktu, siswa dan guru di sekolah
ini juga disiplin dalam beribadah karena
kedisiplinan dalam beribadah sangat dibutuhkan.’
aa. ‘Setiap
pagi sebelum waktu pelajaran dimulai juga diadakan baca Al-Quran bersama bagi
siswa dan guru yang beragama islam serta bagi siswa yang beragama selain islam,
misalnya kristen ataupun katholik juga akan mendapat bimbingan kerohanian.’ seharusnya ‘Setiap
pagi sebelum waktu pelajaran dimulai juga diadakan baca Al-Quran bersama bagi
siswa dan guru yang beragama islam,
serta bagi siswa yang beragama selain islam, misalnya kristen ataupun katholik
juga akan mendapat bimbingan kerohanian.’
bb.
‘Disiplin sosial yang telah terwujud
dibuktikan dengan kegiatan sosial yang dilakukan oleh seluruh warga kepada
masyarakat yang kurang mampu yang tinggal disekitar sekolah.’ seharusnya ‘Disiplin
sosial yang telah terwujud, dibuktikan
dengan kegiatan sosial yang dilakukan oleh seluruh warga kepada masyarakat yang
kurang mampu yang tinggal disekitar sekolah.’.
cc. ‘disekitar’ seharusnya ‘di sekitar’
dd.
‘ke empat’ seharusnya ‘keempat’
ee. ‘disiplin belajar’ seharusnya ‘disiplin dalam belajar’
ff. ‘Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)’ seharusnya ‘RSBI
(Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional)’
gg.
‘non akademis’ seharusnya ‘nonakademis’.
hh.
‘dirumah’ seharusya ‘di
rumah’.
ii.
‘Namun semua kedisiplinan itu tidak akan
terwujud tanpa adanya disiplin diri atau disiplin pribadi yang dimiliki oleh
setiap individu.’ seharusnya ‘Namun, semua kedisiplinan itu tidak akan
terwujud tanpa adanya disiplin diri atau disiplin pribadi yang dimiliki oleh
setiap individu.’.
jj.
‘Jika individu tidak memiliki sikap
disiplin maka akan diadakan pendisiplinan.’ seharusnya ‘Jika
individu tidak memiliki sikap disiplin,
maka akan diadakan pendisiplinan.’.
kk.
‘Karena disiplin merupakan hal yang dapat
dilatih.’ seharusnya Jika
individu tidak memiliki sikap disiplin,
maka akan diadakan pendisiplinan karena
disiplin merupakan hal yang dapat dilatih..
ll.
‘Pada dasarnya disiplin muncul dari
kebiasaan hidup dan kehidupan belajar mengajar yang teratur serta mencintai dan
menghargai pekerjaannya.’ seharusnya ‘Pada dasarnya disiplin muncul dari
kebiasaan hidup dan kehidupan belajar mengajar yang teratur, serta mencintai dan
menghargai pekerjaannya.’
mm.
‘Namun hanya disiplin lingkungan, disiplin
waktu, disiplin beribadah, disiplin belajar serta disiplin sosial yang dapat
saya uraikan disini.’ seharusnya ‘Namun, hanya disiplin lingkungan, disiplin
waktu, disiplin beribadah, disiplin belajar,
serta disiplin sosial yang dapat saya uraikan disini.’.
3. Data Berupa Transkrip Wawancara
Berikut ini
identifikasi kesalahan berbahasa yang ditemukan dalam rekaman wawancara yang dilakukan
dengan seorang siswa SMP yang telah ditranskripkan.
a.
Ucapan ‘walaikum salam’ seharusnya ‘wa’alaikum salam’
b.
Ucapan ‘Dek [Dek]’, ‘Adek [Adek]’ seharusnya ‘Dik [Dik]’, ‘Adik [Adik]’.
c.
Ucapan ‘aja’ seharusnya ‘saja’.
d. Ucapan ‘di sekolah
saya sendiri saja’ seharusnya ‘di sekolah saya saja’.
e.
Ucapan ‘terlambat datang’ seharusnya ‘datang terlambat’.
f.
Ucapan ‘tapi’ seharusnya ‘tetapi’.
g.
Ucapan ‘paling sering banyak dilanggar itu’ seharusnya ‘banyak dilanggar
itu’.
h.
Ucapan ‘harusnya’ seharusnya ‘seharusnya’.
i.
Ucapan ‘itu itu’ seharusnya ‘hal itu’.
j.
Ucapan ‘ngikut’ seharusnya ‘mengikuti’.
k.
Ucapan ‘pake’ seharusnya ‘pakai’.
l.
Ucapan ‘itu terlihat buruk begitu’ seharusnya ‘itu terlihat buruk’.
m. Ucapan ‘WC [wese]’ seharusnya
‘WC [wece]’.
n.
Ucapan ‘nyoret-nyoret’ seharusnya ‘mencoret-coret’..
o.
Ucapan ‘santai-santai’ seharusnya ‘sangat santai’.
p.
Ucapan ‘nda layak baca’ seharusnya ‘nda layak untuk dibaca’.
q.
Ucapan ‘Di sekolah saya sendiri saja banyak yang melakukan pelanggaran.’ seharusnya
‘Sekolah saya banyak yang melakukan pelanggaran.’.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesalahan berbahasa merupakan suatu hal yang
tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang timbul pada saat seseorang berbahasa
baik secara lisan atau tulisan sebagai hasil dari terjadinya interferensi.
Kesalahan berbahasa dapat terjadi pada setiap tataran bahasa yakni tataran
fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, dan tataran leksikon. Kesalahan
berbahasa terjadi pada setiap masyarakat bahasa, termasuk masyarakat akademik.
Masyarakat akademik tidak terlepas dari
kesalahan berbahasa. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya
kesalahan-kesalahan berbahasa baik dalam bentuk tertulis seperti artikel dan
karangan, maupun lisan seperti percakapan. Kesalahan-kesalahan berbahasa tersebut
dapat ditemukan pada setiap tataran bahasa. Kesalahan berbahasa yang dilakukan
oleh masyarakat akademik bergantung pada tingkatan akademik mereka. Semakin
tinggi tingkat akademik mereka, semakin minim atau sedikit kesalahan berbahasa
yang terjadi.
Pada tingkat SMP, kesalahan berbahasa banyak
terjadi pada kesalahan pelafalan dan struktur bahasa. Pada tingkat SMA,
kesalahan berbahasa banyak terjadi pada kesalahan penulisan preposisi.
Sementara pada tingkat PT (Perguruan Tinggi), kesalahan berbahasa terjadi pada
kesalahan penulisan frasa aposisi dan kesalahan penyusunan kalimat. Namun,
berdasarkan frekuensi kesalahan berbahasa yang terjadi, secara keseluruhan
kesalahan berbahasa terjadi pada penulisan frasa preposisi dan penyusunan
kalimat. Berdasarkan bentuk bahasa, kesalahan berbahasa dalam bahasa tertulis
cenderung pada tataran sintaksis, sedangkan bahasa lisan cenderung pada tataran
fonologi. Kesalahan bahasa pada tataran morfologi dan sintaksis dipengaruhi
oleh bahasa daerah ataupun bahasa asing dan disebabkan karena kesalahan yang
dibiarkan terjadi dan terus menerus serta ketidaktahuan pengguna bahasa.
Kesalahan berbahasa pada tataran fonologi dipengaruhi oleh bahasa daerah
ataupun bahasa asing serta ragam-ragam bahasa lainnya terutama ragam santai
atau ragam akrab. Namun, secara garis besar kesalahan berbahasa terjadi akibat
adaya pemerolehan bahasa.
B. SARAN
Kesalahan berbahasa
terjadi akibat pemerolehan bahasa, baik itu bahasa Indonesia apabila bahasa ibu
adalah bahasa daerah, bahasa daerah apabila bahasa ibu adalah bahasa Indonesia,
dan bahasa asing. Kesalahan berbahasa dapat diminimalisir apabila kita
mempelajari lebih dalam tentang bahasa termasuk struktur bahasa, mengetahui
kemungkinan dan letak terjadinya kesalahan, dan berlatih menggunakan bahasa
yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Hastiwi, Desy. 2013. “Karangan
Tentang Displin di Sekolahku”. http://desyhastiwi.blogspot.co.id/2013/01/karangan-tentang-disiplin-di-sekolah-ku.html. diakses pada 14 Desember 2015
Junus, A. Fatimah dan A. Muhammad Junus. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa. Makassar: UNM
Tarigan, Djago dan Lilis Siti Sulistyaningsih. 1996. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Zatalini, Nurul Fildzah. 2015. “Seminar Internasional UNM Hadirkan
Pembicara dari 3 Negara”. http://profesi-unm.com/2015/08/20/seminar-internasional-unm-hadirkan-pembicara-dari-3-negara/. diakses pada 15 Desember 2015
Komentar
Posting Komentar