ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA MASYRAKAT AKADEMIK oleh Shafariana

BAB I PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Bahasa memiliki beberapa karakteristik, salah satu karakteristik tersebut yakni bahasa dapat dipelajari. Hal ini berarti seseorang yang memiliki bahasa ibu A dapat mempelajari bahasa B yang bukan bahasa ibunya atau yang disebut dengan pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa dapat menyebabkan interferensi akibat pengaruh dari bahasa ibu terhadap bahasa kedua ataupun sebaliknya, pengaruh bahasa kedua terhadap bahasa ibu. Bahasa ibu dapat berpengaruh pada bahasa kedua biasanya terjadi saat penggunaan bahasa ibu lebih dominan, yang dapat dilihat pada proses pemerolehan bahasa kedua itu berlangsung. Sementara bahasa kedua dapat berpengaruh pada bahasa ibu apabila bahasa kedua telah dipelajari dan dikuasai bahkan penggunaan bahasa kedua menjadi lebih dominan.
Interferensi akibat pemerolehan bahasa dapat mengurangi ‘kemurnian’ atau ‘keaslian’ bahasa baik itu bahasa pertama (bahasa ibu) atau bahasa kedua. Interferensi inilah yang memicu terjadi kesalahan berbahasa dalam masyarakat tutur. Oleh karena itu diperlukan pembinaan mengenai kesalahan berbahasa dan bagaimana menganalisis terjadinya kesalahan berbahasa agar kesalahan tersebut dapat diperbaiki. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk membuat sebuah pedoman melalui contoh nyata atau konkret yang dituangkan dalam bentuk makalah mengenai analisis kesalahan berbahasa yang terjadi di masyarakat. Analisis kesalahan berbahasa dapat dilihat dalam bentuk tulisan ataupun bentuk lisan dalam kehidupan sehari-hari yang diamati pada masyarakat akademik khususnya dalam tataran morfologi dan sintaksis.

B.   RUMUSAN MASALAH
Setiap hal memiliki sesuatu yang menjadi permasalahan. Adapun permasalahan dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut.
1.    Apa itu kesalahan berbahasa?
2.    Bagaimana menganalisis kesalahan berbahasa?
3.    Apa saja kesalahan yang ditemukan dalam analisis kesalahan berbahasa?
4.    Apa faktor timbulnya kesalahan berbahasa?

C.  TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat, maka dapat kita tentukan tujuan dari makalah ini yakni diharapkan mengetahui dan memahami hal-hal berikut.
1.    Hakikat kesalahan berbahasa.
2.    Langkah-langkah atau prosedur analisis kesalahan .
3.    Kesalahan berbahasa yang sering terjadi.
4.    Faktor kesalahan berbahasa.

D.  MANFAAT
Manfaat makalah ini pada umumnya menambah wawasan seputar analisis kesalahan berbahasa. Adapun manfaat dari makalah ini sebagai berikut.
1.    Mampu menggunakan bahasa yang tepat sesuai dengan kaidah dan konteks.
2.    Mampu menganalisis kesalahan berbahasa sendiri.
3.    Dapat meminimalisir kesalahan berbahasa.

   
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.  KESALAHAN BERBAHASA
Kesalahan berbahasa merupakan suatu hal yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang timbul pada saat seseorang berbahasa baik secara lisan atau tulisan sebagai hasil dari terjadinya interferensi. Menurut A. Fatimah Junus (2010) kesalahan berbahasa adalah produksi interferensi, dan interferensi adalah produksi kedwibahasaan yang merusak atau merugikan bahasa yang bersangkutan.
Kesalahan berbahasa dapat terjadi pada tataran fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Kesalahan berbahasa pada tataran fonologi dapat terjadi pada pelafalan atau penulisan fonem yang menjadi unsur suatu bahasa. Sementara kesalahan berbahasa tataran morfologi terjadi pada proses morfologi yang secara umum terjadi pada proses afiksasi. Adapun kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis dapat terjadi pada pola atau struktur frasa, klausa atau kalimat, dapat juga terjadi penambahan unsur dalam kalimat yag tidak sesuai atau tidak terdapat dalam kaidah suatu bahasa.
Kesalahan berbahasa disebabkan oleh faktor kompetensi, yakni seseorang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan berbahasa terjadi secara konsisten dan sistematis. Kesalahan itu dapat berlangsung lama apabila tidak segera diperbaiki. (A. Fatimah Junus,2010)
1.    Kesalahan Fonologi
Kesalahan berbahasa terjadi dalam tataran fonologi terjadi pada pelafalan pada bahasa lisan dan penulisan pada bahasa tulis.
a.    Fonem /a/ dilafalkan atau dituliskan fonem /ə/
b.    Fonem /ə/ dilafalkan atau dituliskan fonem /e/
c.    Fonem /e/ dilafalkan atau dituliskan fonem /ə/
d.   Fonem /i/ dilafalkan atau dituliskan fonem /e/
e.    Fonem /e/ dilafalkan atau dituliskan fonem /i/
f.     Fonem /u/ dilafalkan atau dituliskan fonem /o/
g.    Fonem /o/ dilafalkan atau dituliskan fonem /u/
h.    Fonem /ay/ dilafalkan atau dituliskan fonem /e/
i.      Penambahan fonem /h/ didepan, ditengah, atau di akhir kata
j.      Penghilangan fonem /h/ didepan, ditengah, atau di akhir kata
k.    Fonem /sy/ dilafalkan atau dituliskan menjadi /s/
l.      Fonem /k/ dilafalkan atau dituliskan menjadi bunyi hambat glotal /Ɂ/
m.  Fonem diftong /aw/ dilafalkan atau dituliskan fonem /o/
n.    Fonem /c/ dilafalkan atau dituliskan fonem /se/
o.    Fonem /v/ dilafalkan atau dituliskan fonem /p/
p.    Fonem /u/ dilafalkan atau dituliskan fonem /w/
q.    Fonem /m/ di akhir kata dilafalkan atau dituliskan fonem /ŋ/
r.     Fonem /n/ di akhir kata dilafalkan atau dituliskan fonem /ŋ/
s.     Fonem /kh/ dilafalkan atau dituliskan fonem /h/
t.     Fonem /z/ dilafalkan atau dituliskan fonem /s/
u.    Fonem /z/ dilafalkan atau dituliskan fonem /j/
v.    Fonem /š/ dilafalkan atau dituliskan fonem /s/
w.  Fonem /f/ dilafalkan atau dituliskan fonem /p/
x.    Menghilangkan fonem /k/
y.    Pelesapan fonem /s/ diakhir kata tertentu
z.    Kesalahan penulisan ejaan dan tanda baca
aa.  dll.
2.    Kesalahan Morfologi
Kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi terjadi pada proses morfologis  yakni afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
a.    Kesalahan afiksasi
1)   Kesalahan menentukan kata dasar atau bentuk asal
2)   Fonem yang luluh tidak diluluhkan
3)   Fonem yang tidak luluh diluluhkan
4)   Penyingkatan morf {men-}, {meny-}, {meng-}, dan {menge-} menjadi {n}, {ny}, {ng}, dan {nge}
5)   Prefiks ber- tidak diubah menjadi prefiks be- apabila diikuti kata yang berawalan fonem /r/ atau bersilabel awal /ər/
6)   Prefiks ber- tidak diubah menjadi prefiks bel- apabila diikuti kata yang berawalan fonem vokal.
7)   Prefiks per- tidak diubah menjadi prefiks pe- apabila diikuti kata yang berawalan fonem /r/ atau bersilabel awal /ər/
8)   Prefiks ter- tidak diubah menjadi prefiks te- apabila diikuti kata yang berawalan fonem /r/ atau bersilabel awal /ər/
9)   Prefiks di- yang ditulis terpisah
10)         Tidak memberi tanda garis hubung pada morfem {non} dan {pan} yang digabung dengan kata yang diawali dengan huruf kapital.
11)         Penulisan morfem {-Mu} dan {-Nya} yang tidak menggunakan tanda garis hubung dan huruf kapital
12)         Memisahkan penulisan klitika {ku-} dan {kau-}
13)         Penulisan partikel {per} yang tidak ditulis terpisah
14)         Penulisan imbuhan {per-} yang ditulis terpisah
15)         Penulisan partikel {pun} yang bermakna juga yang tidak ditulis terpisah.
16)         Pelesapan fonem /k/ apabila kata bersilabel akhir fonem /k/ yang diikuti sufiks –kan
17)         Penambahan sufiks –i pada kata yang bersilabel akhir fonem /i/
18)         Pelesapan fonem /a/ pada kata yang bersilabel akhir fonem /a/ jika bertemu dengan sufiks –an
19)         Penggunaan enklitik –nya yang tidak tepat
20)         dll.
b.    Kesalahan reduplikasi
1)   Penulisan yang tidak diberi tanda hubung
2)   Salah menetapkan bentuk dasar yang diulang
3)   Dll.
c.    Kesalahan komposisi
1)   Merangkai kata yang seharusnya dipisah
2)   Memisahkan kata yang seharusnya dirangkai
3)   Mengubah strukturnya
4)   Pengulangan kata majemuk yang salah
5)   Penulisan yang tidak dirangkai pada kata majemuk yang mengalami proses konfiksasi maupun klofiksasi
6)   dll.
3.    Kesalahan Sintaksis
Kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis berupa penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat yang berkaitan dengan fungsi sintaksis.
a.    Kesalahan Frasa
1)   Penggunaan preposisi yang tidak tepat
2)   Struktur yang salah
3)   Penggunaan unsur frasa yang mubazir
4)   Kesalahan pengulangan unsur frasa
5)   Penambahan kata ‘yang’ pada frasa yang berpola (KB + KS)
6)   Penambahan kata ‘dari’ atau ‘tentang’ pada frasa nominal  (KB + KB)
7)   Penambahan kata ‘dari’ atau ‘pada’ pada frasa verbal  (KK + KPr)
8)   Penambahan kata ‘untuk’ atau ‘yang’ pada frasa nominal  (KB + KK)
9)   Penambahan kata ‘dari’, ‘pada’, atau ‘dar’ padaipada frasa verbal  (KV + KB)
10)         Penambahan kata ‘untuk’ pada frasa verbal  (KK pasif + KK lain)
11)         Penambahan kata ‘kepunyaan’ pada frasa nominal  (KB + KPr)
12)         Pelepasan kata ‘yang’ pada frasa yan berpola (KB + yang + KS);               (KB + yang + KK aktif); dan (KB + yang + KK pasif).
13)         Pelesapan preposisi ‘dari’
14)         Pelesapan preposisi ‘dengan’
15)         Pelesapan preposisi ‘oleh’
16)         Interferensi akibat bahasa daerah
17)         dll.
b.    Kesalahan Klausa
1)   Penambahan preposisi di antara predikat dan objek pada klasusa aktif
2)   Pelesapan preposisi pada ungkapan baku dalam klausa
3)   Menggunakan urutan (agen + aspek + kata kerja + sasaran) pada klausa pasif
4)   Klausa yang rancu, akibat
a)    Kata yang mubazir
b)   Kesalahan menyusun komponen
c)    Salah penggunaan imbuhan
5)   Interferensi bahasa daerah atau bahasa asing
6)   Pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa pasif
7)   Penghilangan preposisi ‘oleh’ dalam klausa pasif
8)   Penghilangan preposisi dari kata kerja berpreposisi dalam klausa pernyataan.
9)   Penghilangan kata kerja dalam klausa intransitif
10)         dll.
c.    Kesalahan Kalimat
1)   Penyisipan kata di antara predikat dan objek dalam kalimat ekatransitif
2)   Penyimpangan urutan unsur kalimat dwitransitif
3)   Kesalahan penggunaan akhiran pada predikat verba kalimat dwitransitif
4)   Pelesapan subjek pada kalimat ekatransitif
5)   Penggunaan kata ‘adalah’ yang tidak tepat
6)   Preposisi pada awal kalimat
7)   Kontaminasi kalimat
8)   Pleonasme
9)   Ambiguitas
10)         Penggunaan kata ‘yang’ yang tidak sesuai
11)         Penggunaan kata ‘dengan’ yang tidak sesuai
12)         Penggunaan bentuk ‘dimana’ yang tidak sesuai
13)         Penggunaan bentuk ‘yang mana’ yang tidak sesuai
14)         Penggunaan kata ‘tetapi’, ‘akan tetapi’, dan ‘namun’ yang tidak tepat
15)         Penggunaan kata ‘makanya’, ‘karenanya’, ‘karena itu’, dan ‘oleh karena itu’ yang tidak tepat
16)         Kesalahan penggunaan tanda baca
17)         dll.
4.    Kesalahan Leksikon
Kesalahan berbahasa pada tataran leksikon terjadi pada penggunaan kata yang kurang tepat atau tidak sesuai.
a.    Penggunaan kata ‘kami’ atau ‘kita’ yang tidak sesuai
b.    Penggunaan kata ‘luaran’ atau ‘keluaran’ yang salah
c.    Penggunaan kata menadahkan atau ‘mengadahkan’ yang tidak sesuai
d.   Penggunaan kata ‘analisa’ atau ‘analisis’ yang keliru
e.    Penggunaan kata ‘mengeyampingkan’ atau ‘mengesampingkan’
f.     Penggunaan kata ‘mengenengahkan’ atau ‘mengetengahkan’
g.    Penggunaan kata ‘ia’ atau ‘mereka’ yang tidak tepat
h.    Penggunaan kata ‘produk’ dengan kata ‘produksi’ yang tidak tepat
i.      Penggunaan kata ‘berhasil’ yang digunakan sebelum kata kerja pasif
j.      Penggunaan kata ‘menyetujui’ dengan kata ‘disetujui (oleh)’
k.    Penggunaan kata ‘mengetahui’ dengan kata ‘diketahui (oleh)’
l.      Merangkai kata yang seharusnya dipisah
m.  Memisahkan kata yang seharusnya dirangkai
n.    dll.

B.   LANGKAH-LANGKAH ATAU PROSEDUR ANALISIS KESALAHAN
Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu kegiatan mengidentifikasi dan menyajikan kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat seseorang berbahasa. Menurut A. Fatimah Junus (2010), analisis kesalahan adalah penyajian segala aspek kesalahan. Langkah-langkah tertentu itu yang dimaksud dengan metodologi anakes. Langkah-langkah kerja anakes sebagai berikut.
1.    Mengumpulkan data
Pada langkah ini data dikumpulkan berupa kesalahan berbahasa yang dilakukan. Misal: hasil ulangan, karangan atau percakapan.
2.    Mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan
Pada langkah ini kesalahan dikenali dan dipilah-pilah berdasarkan kategori kesalahan. Misal: kesalahan pelafalan, kesalahan pembentukan kata, penggabungan kata, penyusunan kalimat.
3.    Memeringkat kesalahan
Pada langkah ini kesalahan diurutkan berdasarkan frekuensi dan keseringannya
4.    Menjelaskan kesalahan
Pada langkah ini digambarkan letak kesalahan dan penyebab kesalahan, serta diberikan contoh yang benar.
5.    Memprakirakan atau memprediksi daerah atau butir kesalahan yang rawan
Pada langkah ini diramalkan tataran bahasa yang dipelajari yang potensial mendatangkan kesalahan
6.    Mengoreksi kesalahan
Pada langkah ini diperbaiki dan jika bisa dihilangkan kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan teknik pengajaran yang serasi.






BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  DATA ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
1.    Data Berupa Artikel

Seminar Internasional UNM Hadirkan Pembicara Dari 3 Negara
20 Aug 2015
PROFESI-UNM.COM – Seminar Internasional yang digelar oleh Universitas Negeri Makassar (UNM) sebagai rangkaian akhir dari dies natalis UNM ke-54, menghadirkan empat pembicara dari tiga negara. Pembicara tersebut hadir untuk menyampaikan presentasinya kepada civitas UNM di ruang teater Menara Pinisi UNM, Kamis (20/8).

Keempat pembicara tersebut antara lain Baharuddin Aris dan Mahyuddin bin Arsal dari Malaysia, Graeme Johansen dari Australia, dan Larry Lai dari Singapura. Seminar pendidikan ini mengangkat tema “Optimizing the role of character education through science and technology towards excellent and intelligent generation”.

Menurut Graeme Johansen, pembicara dari Monash University, Australia, pendidikan di Indonesia sedang mengalami transformasi yang cepat. Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang berhubungan kuat antara pendidikan, kewirausahaan dan Information, Comunication, and Technology (ICT).”Untuk mencapainya, UNM mendukung banyak nilai-nilai tersebut,” katanya.

Sementara itu, Baharuddin Aris dari Universiti Teknologi Malaysia, mengatakan untuk meningkatkan pendidikan, mengirim siswa ke luar negeri merupakan cara untuk meningkatkan kemajuan negara asalnya. “Malaysia banyak mengirim siswa keluar negeri sehingga mereka kembali untuk membangun Malaysia,” katanya. (*)


*Reporter: Nurul Fildzah Zatalini


2.    Data Berupa Karangan

Disiplin
Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Belajar mengajar tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Berbagai kegiatan seperti bagaimana membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku disekolah, saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat serta memiliki semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari.
Salah satu kultur sekolah kami yang akan saya bahas disini adalah tentang kedisiplinan. Disiplin itu sendiri adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku. Disiplin bukan hanya suatu ucapan, melainkan disiplin itu dibuktikan dengan perilaku yang menunjukan bahwa orang tersebut disiplin.
SMA Negeri 3 Cilacap memang sekolah yang diidolakan oleh siswa-siswa SMP, khususnya mereka yang akan berganti seragam dari putih biru menjadi putih abu-abu. Mungkin mereka yang belum terikat atau bahkan tidak terikat sebagai warga SMA Negeri 3 Cilacap akan berfikir bahwa sekolah ini sangat membebaskan siswanya dalam bertindak dalam segala hal. Namun itu salah, bagaimana mungkin siswa dan guru akan disiplin jika tidak ada aturan yang membatasi tindakan mereka. Sekolah ini tidak sebebas yang mereka bayangkan, karena setiap siswa dan guru diikat oleh sebuah aturan dan akan mendapat sanksi jika melanggar aturan tersebut.
Disiplin memang mudah untuk diucapkan. Tetapi bagi beberapa siswa dan guru sikap disiplin sangat sulit untuk diwujudkan. Kedisiplinan sangat penting untuk sekolah ini dan pastinya bukan hanya sekolah ini saja tetapi sekolah-sekolah lain pasti juga amat sangat menjunjung tinggi nilai kedisiplinan.
Disiplin ada karena beberapa aturan. Aturan disekolah ini bukanlah aturan yang mudah untuk diacuhkan, melainkan aturan yang sangat perlu dilaksanakan dan tidak untuk dilanggar. Karena setiap yang melanggar akan mendapat sanksi. Jika sekolah ini tidak memiliki aturan yang mengikat, maka sikap kedisiplinan siswa dan guru tidak akan terwujudkan. Dan akan menyebabkan kegiatan sekolah yang sangat berantakan.
Di SMA Negeri 3 Cilacap bukan hanya siswa yang dituntut untuk disiplin. Semua guru juga dituntut untuk disiplin dalam segala hal. Karena bagaimanapun seorang guru merupakan cermin bagi anak didiknya dalam sikap atau teladan, dan sikap disiplin guru akan memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik.
SMA Negeri 3 Cilacap merupakan salah satu sekolah yang unggul karena kedisiplinan yang selalu dilaksanakan oleh siswa dan gurunya. Terbukti SMA Negeri 3 Cilacap  pernah menjuarai kegiatan lomba sekolah hijau atau lebih dikenal dengan istilah Green School. Semua itu terwujud karena kedisiplinan terhadap lingkungan yang diwujudkan oleh siswa dan guru untuk menjaga dan merawat lingkungan sekolah.
SMA Negeri 3 Cilacap sangat terkenal kedisiplinannya. Berikut adalah beberapa sikap disiplin yang dapat diwujudkan oleh siswa dan guru di sekolah ini. Yang pertama adalah disiplin dalam menggunakan waktu. Hal ini dibuktikan oleh seluruh siswa yang berangkat sekolah atau berada di lingkungan sekolah sebelum jam tujuh pagi. Dan jika ada yang datang terlambat atau lebih dari jam yang ditentukan, maka akan diberi sanksi karena telah melanggar aturan. Begitupula dengan semua guru pendidik jika melanggar aturan akan diberi sanksi.
Selain disiplin dalam menggunakan waktu, siswa dan guru disekolah ini juga disiplin dalam beribadah. Karena kedisiplinan dalam beribadah sangat dibutuhkan. Hal ini dibuktikan dengan kegiatan sholat duha yang dilaksanakan oleh siswa dan guru, saat bel istirahat pertama berbunyi maka siswa dan guru bergegas menuju masjid. Dan waktu istirahat kedua biasanya pukul 12.00 digunkan untuk sholat dhuhur berjamaah. Setiap pagi sebelum waktu pelajaran dimulai juga diadakan baca Al-Quran bersama bagi siswa dan guru yang beragama islam serta bagi siswa yang beragama selain islam, misalnya kristen ataupun katholik juga akan mendapat bimbingan kerohanian.
Sikap disiplin yang ketiga yang dapat diwujudkan oleh seluruh warga sekolah adalah disiplin sosial. Disiplin sosial yang telah terwujud dibuktikan dengan kegiatan sosial yang dilakukan oleh seluruh warga kepada masyarakat yang kurang mampu yang tinggal disekitar sekolah.
Yang ke empat adalah disiplin dalam belajar. Disiplin belajar adalah salah satu sikap disiplin yang terpenting bagi seluruh siswa SMA Negeri 3 Cilacap. Disiplin dalam belajar diwujudkan dengan kesuksesan siswa yang mengantar SMA Negeri 3 Cilacap menjadi salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Bukan hanya itu siswa SMA Negeri 3 Cilacap juga unggul dalam nilai-nilai akademis maupun non akademis. Semua itu terwujud karena kedisiplinan siswa dalam belajar baik di sekolah saat KBM ataupun dirumah.
Namun semua kedisiplinan itu tidak akan terwujud tanpa adanya disiplin diri atau disiplin pribadi yang dimiliki oleh setiap individu. Tidak semua individu memiliki kedisiplinan diri. Jika individu tidak memiliki sikap disiplin maka akan diadakan pendisiplinan. Karena disiplin merupakan hal yang dapat dilatih. Pendisiplinan itu sendiri adalah usaha untuk menanamkan atau memaksa setiap individu agar memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan.
Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar mengajar yang teratur serta mencintai dan menghargai pekerjaannya. Sebenarnya masih banyak sikap disiplin yang diwujudkan oleh siswa dan guru SMA Negeri 3 Cilacap. Namun hanya disiplin lingkungan, disiplin waktu, disiplin beribadah, disiplin belajar serta disiplin sosial yang dapat saya uraikan disini. Semoga karangan ini dapat menjadi sebuah karangan yang menggambarkan tentng kedisiplinan yang ada di SMA Negeri 3 Cilacap.
Diposkan oleh Desy Hastiwi di 19.41


3.    Data Berupak Transkrip Wawancara

Wawancara melalui telepon
Shafariana         : Assalamu’alaikum.
Jumadila            : Walaikum salam.
Shafariana         : Bisa minta waktunya sebentar, Dek?
Jumadila            : Bisa.
Shafariana         : Begini, saya ingin bertanya pada Adek. Pelanggaran apa saja yang marak terjadi di sekolah dan bagaimana pendapat Adek?
Jumadila            : Menurut saya pelanggaran di sekolah itu bukan hal yang baru lagi. Setiap hari selalu ada aja pelanggaran yang dilakukan. Di sekolah saya sendiri saja banyak yang melakukan pelanggaran. Misalnya, terlambat datang ke sekolah, buang sampah sembarangan. Tapi yang paling sering banyak dilanggar itu, pelanggaran cara berpakaian misalnya pakaian ketat, rok pendek yang harusnya panjang. Itu, itu mereka ingin mengikuti model sekarang tapi nda sesuai sama tempatnya, masa’ di sekolah pake pakaian model seperti itu. Malah, itu terlihat buruk begitu. Ada juga pelanggaran lain, mencoret-coret dinding sekolah, khususnya pada bagian WC [wese], yang nda terlalu dilihat oleh guru, jadi mereka santai-santai aja nyoret-nyoret dinding. Parahnya, mereka nyoret-nyoret tulisan yang nda layak baca, bukan gambaran anak sekolah yang berpendidikan. Itu aja sih.
Shafariana         : Ok. Terima kasih, Dek.
Jumadila            : Ya.

B.   IDENTIFIKASI KESALAHAN BERBAHASA
1.    Data Berupa Artikel
Berikut ini identifikasi kesalahan berbahasa yang ditemukan dalam artikel yang ditulis oleh seorang mahasiswa pada e-tabloid ‘Profesi UNM’.
a.    ‘Seminar International yang berlangsung’ yang terdapat pada kalimat pertama, pembuka artikel.
b.    ‘siang tadi’ yang terdapat pada kalimat pertama, pembuka artikel.
c.    ‘Universitas Negeri Makassar (UNM)’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf pertama dalam artikel.
d.   ‘rangkaian akhir dari dies natalis UNM ke-54, menghadirkan empat pembicara dari tiga negara’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf pertama dalam artikel.
e.    ‘Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang berhubungan kuat antara pendidikan, kewirausahaan dan Information, Comunication, and Technology (ICT)’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam artikel.
f.     ‘meningkatkannya’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam artikel.
g.    ‘antara’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam artikel.
h.    ‘Information, Comunication, and Tekhnology (ICT)’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam artikel.
i.      ‘Universiti’ yang terdapat pada kalimat pertama,  paragraf keempat dalam artikel.
j.      ‘... mengatakan untuk meningkatkan ....” yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf keempat dalam artikel.
2.    Data Berupa Karangan
Berikut ini identifikasi kesalahan berbahasa yang ditemukan dalam karangan yang ditulis oleh seorang siswa SMA pada blog ‘Profesi UNM’.
a.    ‘ke siswa’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf pertama karangan.
b.    ‘berbagai’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf pertama karangan.
c.    ‘disekolah’ yang terdapat pada: 1) kalimat ketiga, paragraf pertama; 2) kalimat kedua, paragraf lima; 3) kalimat pertama, paragraf kesembilan.
d.   Berbagai kegiatan seperti bagaimana membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku disekolah, saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat serta memiliki semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf pertama karangan.
e.    ‘disini’ yang terdapat pada: 1) kalimat pertama, paragraf kedua; 2) kalimat ketiga, paragraf ketigabelas.
f.     Disiplin itu sendiri adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku.’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kedua dalam karangan.
g.    ‘Disiplin bukan hanya suatu ucapan, melainkan disiplin itu dibuktikan dengan perilaku yang menunjukkan bahwa orang tersebut disiplin.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf kedua dalam karangan.
h.    ‘fikir’ dalam ‘berfikir’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam karangan.
i.      Namun itu salah, bagaimana mungkin siswa dan guru akan disiplin jika tidak ada aturan yang membatasi tindakan mereka.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf ketiga dalam karangan.
j.      Sekolah ini tidak sebebas yang mereka bayangkan, karena setiap siswa dan guru diikat oleh sebuah aturan dan akan mendapat sanksi jika melanggar aturan tersebut.’ yang terdapat pada kalimat keempat,  paragraf ketiga dalam karangan.
k.    ‘Tetapi bagi’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf keempat dalam karangan.
l.      ‘memang mudah untuk diucapkan’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf keempat dalam karangan.
m.  ‘sangat sulit untuk diwujudkan’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf keempat dalam karangan.
n.    ‘untuk sekolah ini’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keempat dalam karangan.
o.    ‘Kedisiplinan sangat penting untuk sekolah ini dan pastinya bukan hanya sekolah ini saja tetapi sekolah-sekolah lain pasti juga amat sangat menjunjung tinggi nilai kedisiplinan’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keempat dalam karangan.
p.    Aturan disekolah ini bukanlah aturan yang mudah untuk diacuhkan, melainkan aturan yang sangat perlu dilaksanakan dan tidak untuk dilanggar’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kelima dalam karangan.
q.    Karena setiap yang melanggar akan mendapat sanksi’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf kelima dalam karangan.
r.     terwujudkan’ yang terdapat pada kalimat keempat, paragraf kelima dalam karangan.
s.     Dan akan menyebabkan kegiatan sekolah yang sangat berantakan.’ yang terdapat pada kalimat kelima, paragraf kelima dalam karangan.
t.     Karena bagaimanapun’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keenam dalam karangan.
u.    untuk menjaga dan merawat’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf ketujuh dalam karangan.
v.    sangat terkenal’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf kedelapan dalam karangan.
w.  berikut adalah’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kedelapan dalam karangan.
x.    berangkat sekolah’ yang terdapat pada kalimat keempat, paragraf kedelapan dalam karangan.
y.    Dan jika ada yang datang terlambat atau lebih dari jam yang ditentukan, maka akan diberi sanksi karena telah melanggar aturan.’ yang terdapat pada kalimat kelima, paragraf kedelapan dalam karangan.
z.    Karena kedisiplinan dalam beribadah sangat dibutuhkan.’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kesembilan dalam karangan.
aa. Setiap pagi sebelum waktu pelajaran dimulai juga diadakan baca Al-Quran bersama bagi siswa dan guru yang beragama islam serta bagi siswa yang beragama selain islam, misalnya kristen ataupun katholik juga akan mendapat bimbingan kerohanian.’ yang terdapat pada kalimat kelima, paragraf kesembilan dalam karangan.
bb.                   Disiplin sosial yang telah terwujud dibuktikan dengan kegiatan sosial yang dilakukan oleh seluruh warga kepada masyarakat yang kurang mampu yang tinggal disekitar sekolah.’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kesepuluh dalam karangan.
cc. disekitar’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kesepuluh dalam karangan.
dd.                  ke empat’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf kesebelas dalam karangan.
ee. disiplin belajar’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kesebelas dalam karangan.
ff.  Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf kesebelas dalam karangan.
gg.                   non akademis’ yang terdapat pada kalimat keempat, paragraf kesebelas dalam karangan.
hh.                   dirumah’ yang terdapat pada kalimat kelima, paragraf kesebelas dalam karangan.
ii.    Namun semua kedisiplinan itu tidak akan terwujud tanpa adanya disiplin diri atau disiplin pribadi yang dimiliki oleh setiap individu.’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf keduabelas dalam karangan.
jj.    Jika individu tidak memiliki sikap disiplin maka akan diadakan pendisiplinan.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keduabelas dalam karangan.
kk.                   Karena disiplin merupakan hal yang dapat dilatih.’ yang terdapat pada kalimat keempat, paragraf keduabelas dalam karangan.
ll.    Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar mengajar yang teratur serta mencintai dan menghargai pekerjaannya.’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf ketigabelas dalam karangan.
mm.               Namun hanya disiplin lingkungan, disiplin waktu, disiplin beribadah, disiplin belajar serta disiplin sosial yang dapat saya uraikan disini.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf ketigabelas dalam karangan.
3.    Data Berupa Transkrip Wawancara
Berikut ini identifikasi kesalahan berbahasa yang ditemukan dalam rekaman wawancara yang dilakukan dengan seorang siswa SMP yang telah ditranskripkan.
a.    Ucapan ‘walaikum salam’ yang diucapkan oleh Jumadila
b.    Ucapan ‘Dek [Dek]’, ‘Adek [Adek]’ yang diucapkan oleh Shafariana.
c.    Ucapan ‘aja’ yang diucapkan oleh Jumadila.
d.   Ucapan ‘di sekolah saya sendiri saja’ yang diucapkan oleh Jumadila.
e.    Ucapan ‘terlambat datang’ yang diucapkan oleh Jumadila.
f.     Ucapan ‘tapi’ yang diucapkan oleh Jumadila.
g.    Ucapan ‘paling sering banyak dilanggar itu’ yang diucapkan oleh Jumadila.
h.    Ucapan ‘harusnya’ yang diucapkan oleh Jumadila.
i.      Ucapan ‘itu, itu’ yang diucapkan oleh Jumadila.
j.      Ucapan ‘ngikut’ yang diucapkan oleh Jumadila.
k.    Ucapan ‘pake’ yang diucapkan oleh Jumadila.
l.      Ucapan ‘itu terlihat buruk begitu’ yang diucapkan oleh Jumadila.
m.  Ucapan ‘WC [wese]’ yang diucapkan oleh Jumadila.
n.    Ucapan ‘nyoret-nyoret’ yang diucapkan oleh Jumadila.
o.    Ucapan ‘WC [wese]’ yang diucapkan oleh Jumadila.
p.    Ucapan ‘aja’ yang diucapkan oleh Jumadila.
q.    Ucapan ‘santai-santai’ yang diucapkan oleh Jumadila.
r.     Ucapan ‘nyoret-nyoret’ yang diucapkan oleh Jumadila.
s.     Ucapan ‘nda layak baca’ yang diucapkan oleh Jumadila.
t.     Ucapan ‘Di sekolah saya sendiri saja banyak yang melakukan pelanggaran.’ yang diucapkan oleh Jumadila.

C.  KLASIFIKASI KESALAHAN BERBAHASA
1.    Data Berupa Artikel
a.    Kesalahan Fonologi
Kesalahan berbahasa dalam artikel tersebut yang terjadi pada tataran fonologi berupa kesalahan tanda baca yang telah dicetak miring yakni ‘Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang berhubungan kuat antara pendidikan, kewirausahaan dan Information, Comunication, and Technology (ICT)’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam artikel.
b.   Kesalahan Morfologi
Kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi terjadi pada proses morfologis  yakni afiksasi, reduplikasi, dan komposisi tidak ditemukan dalam artikel tersebut.

c.    Kesalahan Sintaksis
Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis dalam artikel tersebut berupa penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat yang berkaitan dengan fungsi sintaksis.
1)   Kesalahan Frasa
a)    Struktur yang salah
‘siang tadi’ yang terdapat pada kalimat pertama, pembuka artikel.
b)   Penggunaan frasa aposisi yang salah
(1)   ‘Universitas Negeri Makassar (UNM)’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf pertama dalam artikel.
(2)   ‘Information, Comunication, and Tekhnology (ICT)’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam artikel.
c)    Pelepasan kata ‘yang’ pada frasa.
‘UNM ke-54’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf pertama dalam artikel.
2)   Kesalahan Klausa
a)    Penghilangan kata kerja kopula.
Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang berhubungan’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam artikel.
b)   Penambahan kata ‘yang’ antara subjek dan predikat
‘Seminar International yang berlangsung’ yang terdapat pada kalimat pertama, pembuka artikel.
3)   Kesalahan Kalimat
a)    Kontaminasi kalimat
(1) Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang berhubungan kuat antara pendidikan, kewirausahaan dan Information, Comunication, and Technology (ICT)’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam artikel.
(2) ‘Sementara itu, Baharuddin Aris dari Universiti Teknologi Malaysia, mengatakan untuk meningkatkan pendidikan, mengirim siswa keluar negeri merupakan cara untuk meningkatkan kemajuan negara asalnya.’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf keempat dalam artikel.
b)   Ambiguitas
(1)   Seminar Internasional yang digelar oleh Universitas Negeri Makassar (UNM) sebagai rangkaian akhir dari dies natalis UNM ke-54, menghadirkan empat pembicara dari tiga negara. Pembicara tersebut hadir untuk menyampaikan presentasinya kepada civitas UNM di ruang teater Menara Pinisi UNM, Kamis (20/8).’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf pertama dalam artikel.
(2)   Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang berhubungan kuat antara pendidikan, kewirausahaan, dan Information, Comunication, and Technology (ICT)’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam artikel.
c)    Kesalahan penggunaan tanda baca
Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang berhubungan kuat antara pendidikan, kewirausahaan dan Information, Comunication, and Technology (ICT)’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam artikel.
d.   Kesalahan Leksikon
Kesalahan berbahasa pada tataran leksikon terjadi pada penggunaan kata yang tidak tepat yakni ‘universiti’ yang terdapat pada kalimat pertama,  paragraf keempat dalam artikel.
2.    Data Berupa Karangan
a.    Kesalahan Fonologi
Kesalahan berbahasa terjadi pada tataran fonologi yakni fonem /p/ dituliskan fonem /f/ seperti berikut.
‘fikir’ dalam ‘berfikir’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam karangan.

b.   Kesalahan Morfologi
Kesalahan berbahasa pada tataran morfologi berupa kesalahan afiksasi yakni penggunaan sufiks –kan pada klofiks yang tidak sesuai.
terwujudkan’ yang terdapat pada kalimat keempat, paragraf kelima dalam karangan.
c.    Kesalahan Sintaksis
Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis berupa penyimpangan struktur frasa, klausa, maupun kalimat yang berkaitan dengan fungsi sintaksis.
1)   Kesalahan Frasa
a)    Penggunaan preposisi yang tidak tepat
1)   ‘ke siswa’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf pertama karangan.
2)   ‘untuk sekolah ini’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keempat dalam karangan.
b)   Penggunaan unsur frasa yang mubazir
(1)  ‘hanya sekolah ini saja’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keempat dalam karangan.
(2) ‘amat sangat menjunjung tinggi’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keempat dalam karangan.
(3) sangat terkenal’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf kedelapan dalam karangan.
c)    Penambahan kata ‘untuk’ pada frasa tertentu.
(1) ‘memang mudah untuk diucapkan’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf keempat dalam karangan.
(2) ‘sangat sulit untuk diwujudkan’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf keempat dalam karangan.
d)   Preposisi di yang ditulis serangkai
(1)  ‘disekolah’ yang terdapat pada: (a) kalimat ketiga, paragraf pertama; (b) kalimat kedua, paragraf lima; (c) kalimat pertama, paragraf kesembilan.
(2)  disini’ yang terdapat pada: (a) kalimat pertama, paragraf kedua; (b) kalimat ketiga, paragraf ketigabelas.
(3) disekitar’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kesepuluh dalam karangan.
(4) dirumah’ yang terdapat pada kalimat kelima, paragraf kesebelas dalam karangan.
e)    Pelesapan preposisi ‘ke’
berangkat sekolah’ yang terdapat pada kalimat keempat, paragraf kedelapan dalam karangan.
f)    Pelesapan preposisi ‘dalam’
disiplin belajar’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kesebelas dalam karangan.
g)   Penggunaan frasa aposisi yang salah
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf kesebelas dalam karangan.
2)   Kesalahan Klausa
a)    Klausa yang rancu, akibat:
(1)   Kata yang mubazir
‘bukan hanya sekolah ini saja tetapi sekolah-sekolah lain pasti juga amat sangat menjunjung tinggi nilai kedisiplinan’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keempat dalam karangan.
(2)   Salah penggunaan imbuhan
‘sikap kedisiplinan siswa dan guru tidak akan terwujudkan’ yang terdapat dalam kalimat keempat paragraf kelima dalam karangan.
b)   Interferensi bahasa daerah atau bahasa asing
berikut adalah’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kedelapan dalam karangan.



3)   Kesalahan Kalimat
a)    Kontaminasi kalimat
Disiplin sosial yang telah terwujud dibuktikan dengan kegiatan sosial yang dilakukan oleh seluruh warga kepada masyarakat yang kurang mampu yang tinggal disekitar sekolah.’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kesepuluh dalam karangan.
b)   Pleonasme
‘Kedisiplinan sangat penting untuk sekolah ini dan pastinya bukan hanya sekolah ini saja tetapi sekolah-sekolah lain pasti juga amat sangat menjunjung tinggi nilai kedisiplinan’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keempat dalam karangan.
c)    Penggunaan konjungsi yang tidak sesuai.
(1)   ‘Tetapi bagi’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf keempat dalam karangan.
(2)   Karena setiap yang melanggar akan mendapat sanksi’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf kelima dalam karangan.
(3)   Dan akan menyebabkan kegiatan sekolah yang sangat berantakan.’ yang terdapat pada kalimat kelima, paragraf kelima dalam karangan.
(4)   Karena bagaimanapun’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keenam dalam karangan.
(5)   Dan jika ada yang datang terlambat atau lebih dari jam yang ditentukan, maka akan diberi sanksi karena telah melanggar aturan.’ yang terdapat pada kalimat kelima, paragraf kedelapan dalam karangan.
(6)   Karena kedisiplinan dalam beribadah sangat dibutuhkan.’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kesembilan dalam karangan.
(7)   Karena disiplin merupakan hal yang dapat dilatih.’ yang terdapat pada kalimat keempat, paragraf keduabelas dalam karangan.
d)   Kesalahan penggunaan tanda baca
Berikut ini kesalahan penggunaan tanda baca pada bagian yang dicetak miring.
(1)   Berbagai kegiatan seperti bagaimana membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku disekolah, saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat serta memiliki semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf pertama karangan.
(2)   Disiplin itu sendiri adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku.’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kedua dalam karangan.
(3)   ‘Disiplin bukan hanya suatu ucapan, melainkan disiplin itu dibuktikan dengan perilaku yang menunjukkan bahwa orang tersebut disiplin.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf kedua dalam karangan.
(4)   Namun itu salah, bagaimana mungkin siswa dan guru akan disiplin jika tidak ada aturan yang membatasi tindakan mereka.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf ketiga dalam karangan.
(5)   Sekolah ini tidak sebebas yang mereka bayangkan, karena setiap siswa dan guru diikat oleh sebuah aturan dan akan mendapat sanksi jika melanggar aturan tersebut.’ yang terdapat pada kalimat keempat,  paragraf ketiga dalam karangan.
(6)   Aturan disekolah ini bukanlah aturan yang mudah untuk diacuhkan, melainkan aturan yang sangat perlu dilaksanakan dan tidak untuk dilanggar’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kelima dalam karangan.
(7)   Setiap pagi sebelum waktu pelajaran dimulai juga diadakan baca Al-Quran bersama bagi siswa dan guru yang beragama islam serta bagi siswa yang beragama selain islam, misalnya kristen ataupun katholik juga akan mendapat bimbingan kerohanian.’ yang terdapat pada kalimat kelima, paragraf kesembilan dalam karangan.
(8)   Namun semua kedisiplinan itu tidak akan terwujud tanpa adanya disiplin diri atau disiplin pribadi yang dimiliki oleh setiap individu.’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf keduabelas dalam karangan.
(9)   Jika individu tidak memiliki sikap disiplin maka akan diadakan pendisiplinan.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keduabelas dalam karangan.
d.   Kesalahan Leksikon
Kesalahan berbahasa pada tataran leksikon terjadi pada penggunaan kata yang kurang tepat atau tidak sesuai.
1)   Penggunaan kata ‘berbagai’ atau ‘pelbagai’ yang tidak sesuai
‘berbagai’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf pertama karangan.
2)   Memisahkan kata yang seharusnya dirangkai
a)    ke empat’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf kesebelas dalam karangan.
b)   non akademis’ yang terdapat pada kalimat keempat, paragraf kesebelas dalam karangan.
3.    Data Berupa Percakapan
a.    Kesalahan Fonologi
Kesalahan berbahasa terjadi pada tataran fonologi dalam wawancara tersebut sebagai berikut.
1)   Fonem /a’/ tidak dilafalkan atau dihilangkan
Ucapan ‘walaikum salam’ yang diucapkan oleh Jumadila.

2)   Fonem /s/ tidak dilafalkan atau dihilangkan
Ucapan ‘aja’ yang diucapkan oleh Jumadila.
3)   Silabel awal tidak dilafalkan
a)      Silabel /te/ pada ucapan ‘tapi’ yang diucapkan oleh Jumadila.
b)      Silabel /se/ pada ucapan ‘harusnya’ yang diucapkan oleh Jumadila.
4)   Fonem /i/ dilafalkan /e/.
Ucapan ‘Dek [Dek]’, ‘Adek [Adek]’ yang diucapkan oleh Shafariana.
5)   Fonem /ai/ dilafalkan fonem /e/
Ucapan ‘pake’ yang diucapkan oleh Jumadila.
6)   Fonem /c/ dilafalkan atau dituliskan fonem /se/
Ucapan ‘WC [wese]’ yang diucapkan oleh Jumadila.
b.   Kesalahan Morfologi
Kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi terjadi pada proses morfologis  yakni afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
1)   Kesalahan afiksasi
a)    Penyingkatan morf {men-}, {meny-}, {meng-}, dan {menge-} menjadi {n}, {ny}, {ng}, dan {nge}
1)   Ucapan ‘nyoret-nyoret’ yang diucapkan oleh Jumadila.
2)   Ucapan ‘ngikut’ yang diucapkan oleh Jumadila.
b)   Menghilangkan afiks
1)   Afiks di-
Ucapan ‘nda layak baca’ yang diucapkan oleh Jumadila.
2)   Afiks se-
Ucapan ‘harusnya’ yang diucapkan oleh Jumadila.
2)   Kesalahan reduplikasi yakni ucapan ‘nyoret-nyoret’ yang diucapkan oleh Jumadila yang dilakukan sebanyak dua kali.
c.    Kesalahan Sintaksis
Kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis berupa penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat yang berkaitan dengan fungsi sintaksis.

1)   Kesalahan Frasa
a)    Struktur yang salah yakni ucapan ‘terlambat datang’ yang diucapkan oleh Jumadila.
b)   Penggunaan unsur frasa yang mubazir
(1)  Ucapan ‘di sekolah saya sendiri saja’ yang diucapkan oleh Jumadila.
(2)  Ucapan ‘paling sering banyak dilanggar itu’ yang diucapkan oleh Jumadila.
(3)  Ucapan ‘itu terlihat buruk begitu’ yang diucapkan oleh Jumadila.
2)   Kesalahan klausa berupa penghilangan kata ‘untuk’ pada ucapan ‘nda layak baca’ yang diucapkan oleh Jumadila.
3)   Kesalahan Kalimat
a)    Kontaminasi kalimat yakni ucapan ‘itu, itu’ yang diucapkan oleh Jumadila pada kalimat ‘Itu, itu mereka ingin mengikuti model sekarang tapi nda sesuai sama tempatnya’.
b)   Pleonasme yakni ucapan ‘santai-santai’ yang diucapkan oleh Jumadila pada kalimat ‘mereka santai-santai aja nyoret-nyoret dinding.’.
c)    Preposisi di awal kalimat.
Ucapan ‘Di sekolah saya sendiri saja banyak yang melakukan pelanggaran.’ yang diucapkan oleh Jumadila.
d.   Kesalahan Leksikon
Kesalahan berbahasa dalam tataran leksikon tidak ditemukan dalam wawancara tersebut.

D.  PEMERINGKATAN KESALAHAN
1.    Data Berupa Artikel
Kesalahan berbahasa paling sering terjadi pada tataran sintaksis terutama kesalahan kalimat baik berupa pleonasme maupun ambiguitas serta kesalahan frasa berupa kesalahan penyusunan frasa aposisi.
2.    Data Berupa Karangan
Kesalahan berbahasa paling sering terjadi pada tataran sintaksis baik kesalahan frasa maupun kesalahan kalimat. Kesalahan frasa terutama terletak pada penggunaan frasa preposisi baik penggunaan preposisi yang tidak tepat maupun penulisan preposisi yang serangkai. Adapun kesalahan kalimat terutama pada penggunaan konjungsi yang tidak sesuai dan kesalahan penulisan tanda baca dalam kalimat.
3.    Data Berupa Wawancara
Kesalahan berbahasa pada data wawancara ditemukan di semua tataran kecuali leksikon. Kesalahan berbahasa paling sering terjadi pada tataran fonologi baik kesalahan melafalkan fonem maupun kesalahan berupa menyingkat pelafalan kata.

E.   PENJELASAN KESALAHAN
1.    Data Berupa Artikel
a.    Kesalahan Fonologi
Kesalahan berbahasa dalam artikel tersebut yang terjadi pada tataran fonologi berupa kesalahan tanda baca yang telah dicetak miring yakni ‘Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang berhubungan kuat antara pendidikan, kewirausahaan dan Information, Comunication, and Technology (ICT)’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam artikel. Pada kalimat tersebut antara kata kewirausahaan dan kata dan harus menggunakan tanda baca koma (,) karena kata dan dalam kalimat ini digunakan dalam bentuk perincian.
b.   Kesalahan Sintaksis
1)   Kesalahan Frasa
a)    Struktur yang salah
Struktur bahasa Indonesia yakni DM (Diterangkan Menerangkan). ‘siang tadi’ yang terdapat pada kalimat pertama, pembuka artikel berstruktur MD (Menerangkan Diterangkan).

b)   Penggunaan frasa aposisi yang salah
Struktur bahasa Indonesia yakni DM (Diterangkan Menerangkan) juga berlaku pada singkatan. Singkatan diikuti penjelasan yang diapit oleh tanda kurung ( (...) ). ‘Universitas Negeri Makassar (UNM)’ dan ‘Information, Comunication, and Tekhnology (ICT)’ yang terdapat pada artikel berstruktur MD (Menerangkan Diterangkan).
c)    Pelepasan kata ‘yang’ pada frasa.
Kata ‘yang’ pada frasa digunakan untuk menerangjelaskan makna pewatas. ‘UNM ke-54’ yang terdapat pada artikel dapat bermakna UNM ada lebih dari satu dan bermakna usia UNM.
2)   Kesalahan Klausa
a)    Penghilangan kata kerja kopula.
Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang berhubungan’ yang terdapat pada artikel merupakan kalimat tidak langsung sehingga memerlukan kata kerja kopula.
b)   Penambahan kata ‘yang’ antara subjek dan predikat
Penambahan kata ‘yang’ antara subjek dan predikat dapat meniadakan fungsi predikat sehingga kata kerja yang menduduki fungsi predikat termasuk ke dalam fungsi subjek sebagai pewatas.
3)   Kesalahan Kalimat
a)    Kontaminasi kalimat
(1)  Kontaminasi kalimat dalam kalimat ‘Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang berhubungan kuat antara pendidikan, kewirausahaan dan Information, Comunication, and Technology (ICT)’ yang terdapat pada artikel diakibatkan pada kesalahan klausa yakni menghilangkan kata kerja kopula antara kata ‘mengungkapkan’ dan ‘untuk’, kesalahan penggunaan kata ‘antara’ yang tidak sesuai dengan konteks makna kalimat, tidak menggunakan tanda koma (,) antara kata ‘kewirahusahaan’ dan kata ‘dan’, dan kesalahan frasa aposisi.
(2)  Kontaminasi kalimat dalam kalimat ‘Sementara itu, Baharuddin Aris dari Universiti Teknologi Malaysia, mengatakan untuk meningkatkan pendidikan, mengirim siswa keluar negeri merupakan cara untuk meningkatkan kemajuan negara asalnya.’ yang terdapat pada artikel diakibatkan pada kesalahan klausa yakni menghilangkan kata kerja kopula antara kata ‘mengatakan’ dan ‘untuk’.
b)   Ambiguitas
(1)   Penggunaan frasa ‘UNM ke-54’ dalamSeminar Internasional yang digelar oleh Universitas Negeri Makassar (UNM) sebagai rangkaian akhir dari dies natalis UNM ke-54, menghadirkan empat pembicara dari tiga negara. Pembicara tersebut hadir untuk menyampaikan presentasinya kepada civitas UNM di ruang teater Menara Pinisi UNM, Kamis (20/8).’ Menyebabkan makna ganda yakni (a) UNM lebih dari satu jumlahnya dan UNM urutan ke-54 yang sedang merayakan dies natalis; (b) UNM merayakan dies natalis yang ke-54.
(2)   Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang berhubungan kuat antara pendidikan, kewirausahaan, dan Information, Comunication, and Technology (ICT)’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam artikel bermakna ganda. Hal ini terdapat pada: (a) kata ‘meningkatkannya’, pembaca dapat menangkap (i) –nya merujuk pada ‘ia’; (ii) –nya merujuk pada kalimat sebelumnya; (b) kata ‘antara’ yang tidak sesuai dengan konteks.
c)    Kesalahan penggunaan tanda baca
Kesalahan tanda baca yang telah dicetak miring yakni ‘Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang berhubungan kuat antara pendidikan, kewirausahaan dan Information, Comunication, and Technology (ICT)’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf ketiga dalam artikel. Pada kalimat tersebut antara kata kewirausahaan dan kata dan harus menggunakan tanda baca koma (,) karena kata dan dalam kalimat ini digunakan dalam bentuk perincian.
c.    Kesalahan Leksikon
Kesalahan berbahasa pada tataran leksikon terjadi pada penggunaan kata yang tidak tepat yakni ‘universiti’. Hal ini tidak sesuai dengan kaidah penyerapan kata dari bahasa asing. ‘universiti’ bukan bentuk serapan dari bahasa asing yakni ‘university’.
2.    Data Berupa Karangan
a.    Kesalahan Fonologi
Fonem /p/ dituliskan fonem /f/ seperti berikut ‘fikir’ dalam ‘berfikir’ yang terdapat pada karangan merupakan hal yang salah. Hal ini dalam bahasa Indonesia tidak terdapat kata ‘fikir’ melainkan ‘pikir’.
b.   Kesalahan Morfologi
Bentuk ‘terwujudkan’ merupakan bentuk yang benar tetapi bukan bentuk yang tepat karena tidak sesuai dengan konteks makna dalam kalimat pada karangan.
c.    Kesalahan Sintaksis
1)   Kesalahan Frasa
a)    Penggunaan preposisi yang tidak tepat
a)     Preposisi ‘ke’ diikuti oleh kata benda yang menunjukkan tempat sehingga ‘ke siswa’ merupakan hal yang kurang benar.
b)    Kata tugas ‘untuk’ dalam ‘untuk sekolah ini’ tidak tepat dalam konteks kalimat.
b)   Penggunaan unsur frasa yang mubazir
(1)  ‘hanya sekolah ini saja’ merupakan bentuk yang mubazir karena terdapat penggunaan kata ‘hanya’ dan ‘saja’ yang bermakna sepadan dalam satu frasa.
(2)  ‘amat sangat menjunjung tinggi’ merupakan bentuk yang mubazir karena terdapat penggunaan kata ‘amat’ dan ‘sangat’ yang bermakna sepadan dalam satu frasa.
(3)  sangat terkenal’ merupakan bentuk yang mubazir karena terdapat penggunaan kata ‘sangat’ dan juga menggunakan morfem ‘ter-‘ yang bermakna gramatikal ‘paling’ sehingga memiliki makna yang sepadan.
c)    Penambahan kata ‘untuk’ pada frasa tertentu.
Kata ‘untuk’ berfungsi untuk menerangjelaskan suatu kata menduduki peran sebagai pewatas, hal ini tidak sesuai karena kata ‘diucapkan’ dalam ‘memang mudah untuk diucapkan’ dan kata ‘diwujudkan’ dalam ‘sangat sulit untuk diwujudkan’ merupakan inti dari frasa tersebut
d)   Preposisi di yang ditulis serangkai
Preposisi atau kata depan memiliki kaidah penulisan yakni ditulis terpisah dengan kata yang mengikuti sehingga kata ‘disekolah’ ‘disini’, ‘disekitar’, dan ‘dirumah’ merupakan bentuk yang salah.
e)    Pelesapan preposisi ‘ke’
Preposisi ‘ke’ diperlukan dalam frasa ‘berangkat sekolah’ karena preposisi ‘ke’ merujuk pada tempat dan terdengar aneh jika tanpa preposisi ‘ke’.
f)    Pelesapan preposisi ‘dalam’
Preposisi ‘dalam’ diperlukan dalam frasa ‘disiplin belajar’ karena preposisi ‘dalam’ berguna untuk menandai unsur pewatas..
g)   Penggunaan frasa aposisi yang salah
Struktur bahasa Indonesia yakni DM (Diterangkan Menerangkan) juga berlaku pada singkatan. Singkatan diikuti penjelasan yang diapit oleh tanda kurung ( (...) ). ‘Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)’ yang terdapat pada artikel berstruktur MD (Menerangkan Diterangkan).

2)   Kesalahan Klausa
a)    Klausa yang rancu, akibat:
(1)   Kata yang mubazir
‘bukan hanya sekolah ini saja tetapi sekolah-sekolah lain pasti juga amat sangat menjunjung tinggi nilai kedisiplinan’ merupakan bentuk yang mubazir karena terdapat penggunaan kata ‘hanya’ dan ‘saja’ yang bermakna sepadan dalam satu frasa dan penggunaan kata ‘amat’ dan ‘sangat’ yang bermakna sepadan dalam satu frasa.
(2)   Salah penggunaan imbuhan
Bentuk ‘terwujudkan’ dalam ‘sikap kedisiplinan siswa dan guru tidak akan terwujudkan’ merupakan bentuk yang benar tetapi bukan bentuk yang tepat karena tidak sesuai dengan konteks makna dalam kalimat pada karangan.
b)   Interferensi bahasa daerah atau bahasa asing
berikut adalah’ pada karangan merupakan hasil interferensi bahasa asing sebagai hasil terjemahan akibat penggunaan to be yang diterjemahkan ‘adalah’.
3)   Kesalahan Kalimat
a)    Kontaminasi kalimat
Penggunaan kata ‘terwujud’ yang diikuti kata ‘dibuktikan’ menyebabkan kontaminasi karena tidak ada kata ‘yang’ diantara kata tersebut yang menandai salah satu kata tersebut sebagai pewatas. Selain itu, ‘seluruh warga’ menimbulkan kerancuan karena diikuti kata ‘seluruh masyarakat’, meskipun yang dimaksudkan adalah warga sekolah.
b)   Pleonasme
‘Kedisiplinan sangat penting untuk sekolah ini dan pastinya bukan hanya sekolah ini saja tetapi sekolah-sekolah lain pasti juga amat sangat menjunjung tinggi nilai kedisiplinan’ merupakan bentuk pleonasme karena terdapat penggunaan kata ‘hanya’ yang lebih dijelaskan dengan kata ‘saja’ yang bermakna sepadan dengan kata ‘hanya’ dan penggunaan kata ‘amat’ yang lebih dijelaskan dengan kata ‘sangat’ yang bermakna sepadan dengan kata ‘amat’.
c)    Penggunaan konjungsi yang tidak sesuai.
Konjungsi ‘tetapi’, ‘karena’, dan ‘dan’ merupakan konjungsi intrakalimat sehingga penggunaannya berada ditengah-tengah kalimat bukan di awal kalimat seperti berikut.
(1)   ‘Tetapi bagi’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf keempat dalam karangan.
(2)   Karena setiap yang melanggar akan mendapat sanksi’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf kelima dalam karangan.
(3)   Dan akan menyebabkan kegiatan sekolah yang sangat berantakan.’ yang terdapat pada kalimat kelima, paragraf kelima dalam karangan.
(4)   Karena bagaimanapun’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keenam dalam karangan.
(5)   Dan jika ada yang datang terlambat atau lebih dari jam yang ditentukan, maka akan diberi sanksi karena telah melanggar aturan.’ yang terdapat pada kalimat kelima, paragraf kedelapan dalam karangan.
(6)   Karena kedisiplinan dalam beribadah sangat dibutuhkan.’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kesembilan dalam karangan.
(7)   Karena disiplin merupakan hal yang dapat dilatih.’ yang terdapat pada kalimat keempat, paragraf keduabelas dalam karangan.
d)   Kesalahan penggunaan tanda baca
(1) Konjungsi ‘dan’, ‘atau’, dan ‘serta’ yang berada dalam konteks perincian harus didahului dengan penggunaan tanda koma (,) bukan seperti berikut.
(a) Berbagai kegiatan seperti bagaimana membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku disekolah, saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat serta memiliki semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf pertama karangan.
(b) Disiplin itu sendiri adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku.’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kedua dalam karangan.
(c) ‘Disiplin bukan hanya suatu ucapan, melainkan disiplin itu dibuktikan dengan perilaku yang menunjukkan bahwa orang tersebut disiplin.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf kedua dalam karangan.
(d)Namun itu salah, bagaimana mungkin siswa dan guru akan disiplin jika tidak ada aturan yang membatasi tindakan mereka.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf ketiga dalam karangan.
(e) Sekolah ini tidak sebebas yang mereka bayangkan, karena setiap siswa dan guru diikat oleh sebuah aturan dan akan mendapat sanksi jika melanggar aturan tersebut.’ yang terdapat pada kalimat keempat,  paragraf ketiga dalam karangan.
(f)  Aturan disekolah ini bukanlah aturan yang mudah untuk diacuhkan, melainkan aturan yang sangat perlu dilaksanakan dan tidak untuk dilanggar’ yang terdapat pada kalimat kedua, paragraf kelima dalam karangan.
(g) Setiap pagi sebelum waktu pelajaran dimulai juga diadakan baca Al-Quran bersama bagi siswa dan guru yang beragama islam serta bagi siswa yang beragama selain islam, misalnya kristen ataupun katholik juga akan mendapat bimbingan kerohanian.’ yang terdapat pada kalimat kelima, paragraf kesembilan dalam karangan.
(2) Konjungsi intrakalimat seperti ‘karena’, ‘tetapi’, ‘dan’, dsb. tidak didahului oleh tanda baca koma (,) selain konjungsi ‘dan’, ‘atau’, dan ‘serta’ yang berada dalam konteks perincian, bukan seperti berikut.
(3) Konjungsi antarkalimat seperti ‘namun’ diikuti tanda baca koma (,) bukan sepeti berikut.
Namun semua kedisiplinan itu tidak akan terwujud tanpa adanya disiplin diri atau disiplin pribadi yang dimiliki oleh setiap individu.’ yang terdapat pada kalimat pertama, paragraf keduabelas dalam karangan.
(4) Anak kalimat yang mendahului induk kalimat, harus menggunakan tanda koma (,) yang diikuti konjungsi dan induk kalimat bukan seperti berikut.
Jika individu tidak memiliki sikap disiplin maka akan diadakan pendisiplinan.’ yang terdapat pada kalimat ketiga, paragraf keduabelas dalam karangan.
e.    Kesalahan Leksikon
Kesalahan berbahasa pada tataran leksikon terjadi pada penggunaan kata yang kurang tepat atau tidak sesuai.
1)   Kata ‘berbagai’ dan ‘pelbagai’ memiliki makna yang sepadan yakni ‘bermacam-macam’ tetapi memiliki pemakaian yang berbeda. Kata ‘berbagai’ diikuti oleh kata kerja sementara kata ‘pelbagai’ diikuti oleh kata benda.
2)   Memisahkan kata yang seharusnya dirangkai
a)    Penulisan‘ke empat’ seharunya dirangkai karena ke pada kata tersebut bukan preposisi melainkan sebagai imbuhan yang bermakna penanda urutan.
b)   Penulisan ‘non akademis’ seharusnya dirangkai karena non merupakan imbuhan jenis imbuhan asing.
3.    Data Berupa Percakapan
a.    Kesalahan Fonologi
Kesalahan berbahasa terjadi pada tataran fonologi dalam wawancara tersebut sebagai berikut.
1)   Pada ucapan ‘walaikum salam’ yang diucapkan oleh Jumadila dihilangkan fonem /‘a/ yang terletak antara fonem /w/ dan fonem /a/.
2)   Fonem /s/ seharusnya ada di awal pada ucapan ‘aja’ yang diucapkan oleh Jumadila. Hal ini biasa terjadi dalam percakapan sebagai bentuk yang tidak formal.
3)   Silabel awal tidak dilafalkan
a)      Silabel /te/ pada ucapan ‘tetapi’ dihilangkan sehingga bentuk tersebut lebih singkat menjadi ‘tapi’ yang diucapkan oleh Jumadila. Hal ini biasa terjadi dalam percakapan sebagai bentuk yang tidak formal.
b)      Silabel /se/ pada ucapan ‘seharusnya’ dihilangkan sehingga bentuk tersebut lebih singkat menjadi ‘harusnya’ yang diucapkan oleh Jumadila. Hal ini biasa terjadi dalam percakapan sebagai bentuk yang tidak formal.
4)   Fonem /i/ dilafalkan /e/.
Bahasa Indonesia tidak memiliki kata ‘adek’ melainkan kata ‘adik' sehingga ucapan ‘Dek [Dek]’, ‘Adek [Adek]’ yang diucapkan oleh Shafariana merupakan kesalahan berbahasa.
5)   Fonem /ai/ dilafalkan fonem /e/
Bahasa Indonesia tidak memiliki kata ‘pake’ melainkan kata ‘pakai' sehingga ucapan ‘pake’ yang diucapkan oleh Jumadila merupakan kesalahan berbahasa. Hal ini biasa terjadi dalam percakapan sebagai bentuk yang tidak formal



6)   Fonem /c/ dilafalkan atau dituliskan fonem /se/
Masyarakat sering melafalkan fonem /c/ apabila berdiri sendiri dengan bunyi [se] sehingga bentuk ucapan ‘WC’ dilafalkan [wese]’ yang diucapkan oleh Jumadila. Hal ini terjadi akibat pengaruh ejaan lama dan kesalahan tersebut dibiarkan sehingga menjadi kebiasaan.
b.   Kesalahan Morfologi
1)   Kesalahan afiksasi
a)    Penyingkatan morf {meny-} menjadi {ny} pada kata ‘nyoret-nyoret’ yang diucapkan oleh Jumadila dan {meng} menjadi{ng} pada kata ‘ngikut’ yang diucapkan oleh Jumadila. Hal ini terjadi akibat setiap penutur dalam percakapan selalu menggunakan bahasa yang relatif singkat tetapi dapat dimengerti oleh mitra tutur.
b)   Menghilangkan afiks
(1)   Afiks di-
Afik di- dihilagkan pada kata ‘baca’ dalam ucapan ‘nda layak baca’ yang diucapkan oleh Jumadila. Hal ini terjadi karena sifat bahasa percakapan yang cenderung singkat.
(2)   Afiks se-
Afiks se- dihilangkan pada kata ‘seharusnya’ dalam ucapan ‘harusnya’ yang diucapkan oleh Jumadila. Hal ini terjadi karena sifat bahasa percakapan yang cenderung singkat.
2)   Kesalahan reduplikasi yakni ucapan ‘nyoret-nyoret’ yang diucapkan oleh Jumadila yang dilakukan sebanyak dua kali. Apabila kata ‘nyoret-nyoret’ yang memiliki bentuk dasar ‘mencoret’ direduplikasi makan terjadi reduplikasi sebagian bukan keseluruhan.
c.    Kesalahan Sintaksis
Kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis berupa penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat yang berkaitan dengan fungsi sintaksis.

1)   Kesalahan Frasa
a)    Struktur yang salah yakni ucapan ‘terlambat datang’ yang diucapkan oleh Jumadila. Hal ini tidak sesuai dengan struktur bahasa Indonesia yakni DM (Diterangkan Menerangkan).
b)   Penggunaan unsur frasa yang mubazir
(1)  Ucapan ‘di sekolah saya sendiri saja’ yang diucapkan oleh Jumadila merupakan frasa yang mubazir. Hal ini terjadi karena kata ‘saya’ diikuti oleh kata ‘sendiri’ sehingga bentuknya menjadi berlebihan.
(2)  Ucapan ‘paling sering banyak dilanggar itu’ yang diucapkan oleh Jumadila merupakan frasa yang mubazir. Hal ini terjadi karena kata ‘saya’ diikuti oleh kata ‘sendiri’ sehingga bentuknya menjadi berlebihan.
(3)  Ucapan ‘itu terlihat buruk begitu’ yang diucapkan oleh Jumadila merupakan frasa yang mubazir. Hal ini terjadi karena kata ‘saya’ diikuti oleh kata ‘sendiri’ sehingga bentuknya menjadi berlebihan.
2)   Kesalahan klausa berupa penghilangan kata ‘untuk’ pada ucapan ‘nda layak baca’ yang diucapkan oleh Jumadila. Hal ini karena kata ‘untuk’ berguna untuk menandai unsur pewatas.
3)   Kesalahan Kalimat
a)    Kontaminasi kalimat yakni ucapan ‘itu, itu’ yang diucapkan oleh Jumadila pada kalimat ‘Itu, itu mereka ingin mengikuti model sekarang tapi nda sesuai sama tempatnya’. Kata ‘itu’ yang pertama merujuk pada hal yang terdapat pada kalimat sebelumnya dan kata ‘itu’ yang kedua merujuk pada kata ‘itu’ yang pertama. Jika dianalogikan, ‘itu’ yang pertama merupakan kata ‘pakaian’ dan ‘itu yang kedua merupakan kata ‘itu’ pada frasa ‘pakaian itu’
b)   Pleonasme yakni ucapan ‘santai-santai’ yang diucapkan oleh Jumadila pada kalimat ‘mereka santai-santai aja nyoret-nyoret dinding.’. ‘santai-santai’ merupakan pleonasme karena bermakna untuk menyatakan kesungguhan, kebenaran.
c)    Preposisi di awal kalimat.
Preposisi di dalam ucapan ‘Di sekolah saya sendiri saja banyak yang melakukan pelanggaran.’ Merupakan kesalahan kalimat karena preposisi di awal kalimat menghilangkan fungsi subjek.

F.   PRAKIRAAN DAERAH ATAU BUTIR KESALAHAN YANG RAWAN
Berdasarkan data yang telah diidentifikasi frekuensi kesalahan dapat diprakirakan bahwa daerah atau butir dalam berbahasa yang rawan terjadi pada tataran frasa dan kalimat pada bahasa tertulis. Tataran frasa berupa frasa preposisi pada penulisan yang salah karena sukar membedakan preposisi dan imbuhan ‘di’.  Sementara dalam bahasa lisan, daerah atau butir kesalahan yang rawan terjadi pada pelafalan atau tataran fonologi dan kesalahan frasa akibat kesalahan dalam penyusunan strukturnya.

G.  PENGOREKSIAN KESALAHAN
1.    Data Berupa Artikel
a.    ‘Seminar International yang berlangsung’ seharusnya ‘Seminar International berlangsung’
b.    ‘siang tadi’ seharusnya ‘tadi siang’.
c.    ‘Universitas Negeri Makassar (UNM)’ seharusnya ‘UNM (Universitas Negeri Makassar).
d.   ‘rangkaian akhir dari dies natalis UNM ke-54, menghadirkan empat pembicara dari tiga negara’ seharusnya ‘rangkaian akhir dari dies natalis UNM yang ke-54, menghadirkan empat pembicara dari tiga negara’.
e.    ‘Ia mengungkapkan, untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang berhubungan kuat antara pendidikan, kewirausahaan dan Information, Comunication, and Technology (ICT)’ seharusnya ‘Ia mengungkapkan bahwa untuk meningkatkannya terdapat tiga cara yang berhubungan kuat yakni pendidikan, kewirausahaan dan ICT (Information, Comunication, and Technology).
f.     ‘meningkatkannya’ seharusnya ‘meningkatkan’.
g.    ‘Universiti’ seharusnya ‘universitas’.
h.    “... mengatakan untuk meningkatkan ....” seharusnya ‘‘... mengatakan bahwa untuk meningkatkan ....”
2.    Data Berupa Karangan
a.    ‘ke siswa’ seharusnya ‘kepada siswa’.
b.    ‘berbagai’ yang seharusya padahas hasil kedua kalimat ketiga, paragraf pertama karangan.
c.    ‘disekolah’ yang seharusnya ‘di sekolah’
d.   Berbagai kegiatan seperti bagaimana membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku disekolah, saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat serta memiliki semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari.’ seharusnya ‘Pelbagai kegiatan seperti bagaimana membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku di sekolah, saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat, serta memiliki semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari.’.
e.    ‘disini’ seharusnya ‘di sini’.
f.     Disiplin itu sendiri adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku.’ seharusnya ‘Disiplin itu adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah, atau peraturan yang berlaku.
g.    ‘Disiplin bukan hanya suatu ucapan, melainkan disiplin itu dibuktikan dengan perilaku yang menunjukkan bahwa orang tersebut disiplin.’ seharusnya ‘Disiplin bukan hanya suatu ucapan melainkan disiplin itu dibuktikan dengan perilaku yang menunjukkan bahwa orang tersebut disiplin.’
h.    ‘fikir’ dalam ‘berfikir’ seharusnya ‘pikir’ dalam ‘berpikir’
i.      Namun itu salah, bagaimana mungkin siswa dan guru akan disiplin jika tidak ada aturan yang membatasi tindakan mereka.’ seharusnya ‘Namun, itu salah, bagaimana mungkin siswa dan guru akan disiplin jika tidak ada aturan yang membatasi tindakan mereka.
j.      Sekolah ini tidak sebebas yang mereka bayangkan, karena setiap siswa dan guru diikat oleh sebuah aturan dan akan mendapat sanksi jika melanggar aturan tersebut.’ seharusnya ‘Sekolah ini tidak sebebas yang mereka bayangkan karena setiap siswa dan guru diikat oleh sebuah aturan dan akan mendapat sanksi jika melanggar aturan tersebut.
k.    ‘Tetapi bagi’ seharusnya ‘Disiplin memang mudah untuk diucapkan tetapi bagi ...’
l.      ‘memang mudah untuk diucapkan’ seharusnya ‘memang mudah diucapkan’
m.  ‘sangat sulit untuk diwujudkan’ seharusnya ‘sangat sulit diwujudkan’
n.    ‘untuk sekolah ini’ seharusnya ‘bagi sekolah ini’
o.    ‘Kedisiplinan sangat penting untuk sekolah ini dan pastinya bukan hanya sekolah ini saja tetapi sekolah-sekolah lain pasti juga amat sangat menjunjung tinggi nilai kedisiplinan’ seharusnya ‘Kedisiplinan sangat penting bagi sekolah ini dan pastinya bukan hanya sekolah ini tetapi sekolah-sekolah lain pasti juga sangat menjunjung tinggi nilai kedisiplinan’
p.    Aturan disekolah ini bukanlah aturan yang mudah untuk diacuhkan, melainkan aturan yang sangat perlu dilaksanakan dan tidak untuk dilanggar’ seharusnya ‘Aturan di sekolah ini bukanlah aturan yang mudah untuk diacuhkan melainkan aturan yang sangat perlu dilaksanakan dan tidak untuk dilanggar
q.    Karena setiap yang melanggar akan mendapat sanksi’ seharusnya ‘Aturan di sekolah ini bukanlah aturan yang mudah untuk diacuhkan melainkan aturan yang sangat perlu dilaksanakan dan tidak untuk dilanggar karena setiap yang melanggar akan mendapat sanksi.
r.     terwujudkan’ seharusnya ‘terwujud’
s.     Dan akan menyebabkan kegiatan sekolah yang sangat berantakan.’ seharusnya ‘Jika sekolah ini tidak memiliki aturan yang mengikat, maka sikap kedisiplinan siswa dan guru tidak akan terwujud, dan akan menyebabkan kegiatan sekolah yang sangat berantakan.
t.     Karena bagaimanapun’ seharusnya ‘Semua guru juga dituntut untuk disiplin dalam segala hal karena bagaimanapun seorang guru merupakan cermin bagi anak didiknya dalam sikap atau teladan, dan sikap disiplin guru akan memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik.
u.    untuk menjaga dan merawat’ seharusnya ‘dalam menjaga dan merawat
v.    sangat terkenal’ seharusnya ‘terkenal’
w.  berikut adalah’ seharusnya ‘berikut’
x.    berangkat sekolah’ seharusnya ‘berangkat ke sekolah’
y.    Dan jika ada yang datang terlambat atau lebih dari jam yang ditentukan, maka akan diberi sanksi karena telah melanggar aturan.’ seharusnya ‘Jika ada yang datang terlambat atau lebih dari jam yang ditentukan, maka akan diberi sanksi karena telah melanggar aturan.
z.    Karena kedisiplinan dalam beribadah sangat dibutuhkan.’ seharusnya ‘Selain disiplin dalam menggunakan waktu, siswa dan guru di sekolah ini juga disiplin dalam beribadah karena kedisiplinan dalam beribadah sangat dibutuhkan.
aa. Setiap pagi sebelum waktu pelajaran dimulai juga diadakan baca Al-Quran bersama bagi siswa dan guru yang beragama islam serta bagi siswa yang beragama selain islam, misalnya kristen ataupun katholik juga akan mendapat bimbingan kerohanian.’ seharusnya ‘Setiap pagi sebelum waktu pelajaran dimulai juga diadakan baca Al-Quran bersama bagi siswa dan guru yang beragama islam, serta bagi siswa yang beragama selain islam, misalnya kristen ataupun katholik juga akan mendapat bimbingan kerohanian.
bb.                   Disiplin sosial yang telah terwujud dibuktikan dengan kegiatan sosial yang dilakukan oleh seluruh warga kepada masyarakat yang kurang mampu yang tinggal disekitar sekolah.’ seharusnya ‘Disiplin sosial yang telah terwujud, dibuktikan dengan kegiatan sosial yang dilakukan oleh seluruh warga kepada masyarakat yang kurang mampu yang tinggal disekitar sekolah.’.
cc. disekitar’ seharusnya ‘di sekitar’
dd.                  ke empat’ seharusnya ‘keempat’
ee. disiplin belajar’ seharusnya ‘disiplin dalam belajar’
ff.  Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)’ seharusnya ‘RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional)’
gg.                   non akademis’ seharusnya ‘nonakademis’.
hh.                   dirumah’ seharusya ‘di rumah’.
ii.    Namun semua kedisiplinan itu tidak akan terwujud tanpa adanya disiplin diri atau disiplin pribadi yang dimiliki oleh setiap individu.’ seharusnya ‘Namun, semua kedisiplinan itu tidak akan terwujud tanpa adanya disiplin diri atau disiplin pribadi yang dimiliki oleh setiap individu.’.
jj.    Jika individu tidak memiliki sikap disiplin maka akan diadakan pendisiplinan.’ seharusnya ‘Jika individu tidak memiliki sikap disiplin, maka akan diadakan pendisiplinan.’.
kk.                   Karena disiplin merupakan hal yang dapat dilatih.’ seharusnya Jika individu tidak memiliki sikap disiplin, maka akan diadakan pendisiplinan karena disiplin merupakan hal yang dapat dilatih..
ll.    Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar mengajar yang teratur serta mencintai dan menghargai pekerjaannya.’ seharusnya ‘Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar mengajar yang teratur, serta mencintai dan menghargai pekerjaannya.
mm.               Namun hanya disiplin lingkungan, disiplin waktu, disiplin beribadah, disiplin belajar serta disiplin sosial yang dapat saya uraikan disini.’ seharusnya ‘Namun, hanya disiplin lingkungan, disiplin waktu, disiplin beribadah, disiplin belajar, serta disiplin sosial yang dapat saya uraikan disini.’.
3.    Data Berupa Transkrip Wawancara
Berikut ini identifikasi kesalahan berbahasa yang ditemukan dalam rekaman wawancara yang dilakukan dengan seorang siswa SMP yang telah ditranskripkan.
a.    Ucapan ‘walaikum salam’ seharusnya ‘wa’alaikum salam’
b.    Ucapan ‘Dek [Dek]’, ‘Adek [Adek]’ seharusnya ‘Dik [Dik]’, ‘Adik [Adik]’.
c.    Ucapan ‘aja’ seharusnya ‘saja’.
d.   Ucapan ‘di sekolah saya sendiri saja’ seharusnya ‘di sekolah saya saja’.
e.    Ucapan ‘terlambat datang’ seharusnya ‘datang terlambat’.
f.     Ucapan ‘tapi’ seharusnya ‘tetapi’.
g.    Ucapan ‘paling sering banyak dilanggar itu’ seharusnya ‘banyak dilanggar itu’.
h.    Ucapan ‘harusnya’ seharusnya ‘seharusnya’.
i.      Ucapan ‘itu itu’ seharusnya ‘hal itu’.
j.      Ucapan ‘ngikut’ seharusnya ‘mengikuti’.
k.    Ucapan ‘pake’ seharusnya ‘pakai’.
l.      Ucapan ‘itu terlihat buruk begitu’ seharusnya ‘itu terlihat buruk’.
m.  Ucapan ‘WC [wese]’ seharusnya ‘WC [wece]’.
n.    Ucapan ‘nyoret-nyoret’ seharusnya ‘mencoret-coret’..
o.    Ucapan ‘santai-santai’ seharusnya ‘sangat santai’.
p.    Ucapan ‘nda layak baca’ seharusnya ‘nda layak untuk dibaca’.
q.    Ucapan ‘Di sekolah saya sendiri saja banyak yang melakukan pelanggaran.’ seharusnya ‘Sekolah saya banyak yang melakukan pelanggaran.’.

BAB IV                                                                                                                  PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Kesalahan berbahasa merupakan suatu hal yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang timbul pada saat seseorang berbahasa baik secara lisan atau tulisan sebagai hasil dari terjadinya interferensi. Kesalahan berbahasa dapat terjadi pada setiap tataran bahasa yakni tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, dan tataran leksikon. Kesalahan berbahasa terjadi pada setiap masyarakat bahasa, termasuk masyarakat akademik.
Masyarakat akademik tidak terlepas dari kesalahan berbahasa. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya kesalahan-kesalahan berbahasa baik dalam bentuk tertulis seperti artikel dan karangan, maupun lisan seperti percakapan. Kesalahan-kesalahan berbahasa tersebut dapat ditemukan pada setiap tataran bahasa. Kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh masyarakat akademik bergantung pada tingkatan akademik mereka. Semakin tinggi tingkat akademik mereka, semakin minim atau sedikit kesalahan berbahasa yang terjadi.
Pada tingkat SMP, kesalahan berbahasa banyak terjadi pada kesalahan pelafalan dan struktur bahasa. Pada tingkat SMA, kesalahan berbahasa banyak terjadi pada kesalahan penulisan preposisi. Sementara pada tingkat PT (Perguruan Tinggi), kesalahan berbahasa terjadi pada kesalahan penulisan frasa aposisi dan kesalahan penyusunan kalimat. Namun, berdasarkan frekuensi kesalahan berbahasa yang terjadi, secara keseluruhan kesalahan berbahasa terjadi pada penulisan frasa preposisi dan penyusunan kalimat. Berdasarkan bentuk bahasa, kesalahan berbahasa dalam bahasa tertulis cenderung pada tataran sintaksis, sedangkan bahasa lisan cenderung pada tataran fonologi. Kesalahan bahasa pada tataran morfologi dan sintaksis dipengaruhi oleh bahasa daerah ataupun bahasa asing dan disebabkan karena kesalahan yang dibiarkan terjadi dan terus menerus serta ketidaktahuan pengguna bahasa. Kesalahan berbahasa pada tataran fonologi dipengaruhi oleh bahasa daerah ataupun bahasa asing serta ragam-ragam bahasa lainnya terutama ragam santai atau ragam akrab. Namun, secara garis besar kesalahan berbahasa terjadi akibat adaya pemerolehan bahasa.
B.   SARAN
Kesalahan berbahasa terjadi akibat pemerolehan bahasa, baik itu bahasa Indonesia apabila bahasa ibu adalah bahasa daerah, bahasa daerah apabila bahasa ibu adalah bahasa Indonesia, dan bahasa asing. Kesalahan berbahasa dapat diminimalisir apabila kita mempelajari lebih dalam tentang bahasa termasuk struktur bahasa, mengetahui kemungkinan dan letak terjadinya kesalahan, dan berlatih menggunakan bahasa yang baik dan benar.


DAFTAR PUSTAKA

Hastiwi, Desy. 2013. “Karangan Tentang Displin di Sekolahku”. http://desyhastiwi.blogspot.co.id/2013/01/karangan-tentang-disiplin-di-sekolah-ku.html. diakses pada 14 Desember 2015
Junus, A. Fatimah dan A. Muhammad Junus. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa. Makassar: UNM
Tarigan, Djago dan Lilis Siti Sulistyaningsih. 1996. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Zatalini, Nurul Fildzah. 2015. “Seminar Internasional UNM Hadirkan Pembicara dari 3 Negara”. http://profesi-unm.com/2015/08/20/seminar-internasional-unm-hadirkan-pembicara-dari-3-negara/. diakses pada 15 Desember 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahasa Daerah Makassar

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia

Apresiasi Puisi Indonesia