Retorika
Pidato: Tahap Persiapan Pidato
Oleh Shafariana, dkk.
I. Pendahuluan
Karunia yang diberikan oleh Sang Pencipta
adalah kemampuan berbicara. Suatu kemampuan yang digunakan untuk mengungkapkan
isi hati melalui bunyi-bunyi bahasa yang dikeluarkan dari mulut. Oleh karena
itu, bahasa merupakan alat berkomunikasi.
Retorika merupakan suatu seni dalam
keterampilan berbicara. Seseorang memerlukan suatu keterampilan dan seni dalam
berbicara sehingga timbul rasa antusias pada pendengar dan informasi yang
disampaikan dapat diterima dengan baik. Salah satu bentuk retorika yang
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yakni pidato.
Pidato merupakan bentuk retorika yang sering
kita dengarkan dalam kehidupan sehari-hari baik itu di sekolah, masyarakat,
ataupun pemerintahan. Pidato yang baik tentu memiliki penyusunan pidato yang
baik pula. Penyusunan pidato tersebut meliputi tahap persiapan, tahap
penyusunan, dan tahap penyampaian. Tahap persiapan pidato sangat menentukan
penyusunan pidato dan penyampaian pidato itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut,
makalah ini membahas mengenai pidato khususny tahap persiapan pidato. Makalah
ini diharapkan membantu para juru pidato dalam mempersiapkan pidato yang akan
diujarkan khususnya bagi juru pidato pemula.
II. PEMBAHASAN
A.
Tahap Persiapan Pidato
Pidato yang baik harus didahului dengan
persiapan yang matang. Tahapa persiapan pidato merupakan tahap yang harus
dilakukan dalam menyiapkan pidato.
B.
Jenis-jenis Pidato
Pidato memiliki berbagai jenis. Berikut jenis
pidato berdasarkan sifat dari isi pidato.
1.
Pidato Pembukaan
Pidato pembukaan adalah pidato singkat yang dibawakan oleh
pembaca acara atau mc sebagai bentuk pembukaan suatu acara.
2.
Pidato Pengarahan
Pidato pengarahan adalah pidato yang digunakan untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
3.
Pidato Sambutan
Pidato sambutan merupakan pidato yang disampaikan pada
suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan
oleh beberapa orang yang dianggap
penting dengan
waktu yang terbatas secara bergantian.
4.
Pidato Peresmian
Pidato peresmian adalah pidato yang dilakukan oleh orang
yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.
5.
Pidato Laporan
Pidato laporan yakni pidato yang isinya melaporkan
suatu tugas atau kegiatan.
6.
Pidato Pertanggungjawaban
Pidato pertanggungjawaban adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban.
(Afandi:2012).
Selain jenis
pidato berdasarkan sifat dari isi pidato, berikut beberapa jenis pidato
berdasarkan metode yang digunakan.
1.
Impromtu
Pidato impromtu
merupakan pidato yang dilakukan secara darurat, mendadak. Pidato impromtu memiliki
kelebihan atau manfaat bagi juru pidato yang berpengalaman. Manfaat tersebut
sebagai berikut.
a. Impromtu lebih
dapat mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya, karena pembicara tidak
memikirkan dulu pendapat yang disampaikannya
b. Gagasan dan
pendapatnya datang secara spontan, sehingga tampak segar dan hidup
c. Impromtu
memungkinkan juru pidato terus berpikir.
Selain manfaat, pidato impromtu
juga memiliki kekurangan terutama bagi juru pidato pemula. Kekurangan pidoto
impromtu sebagai berikut.
a. Impromtu dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah, karena dasar pengetahuan
yang tidak memadai.
b. Impromtu mengakibatkan penyampaian yang tersendat-sendat dan tidak lancar.
c. Gagasan yang disampaikan dapat ‘acak-acakan’ dan ngawur
d. Kemungkinan ‘demam panggung’ sangat besar terjadi.
Berikut langkah-langkah yang
dapat dilakukan jika kondisi mengharuskan terjadinya impromtu.
a. Memikirkan lebih dahulu teknik permulaan pidato yang baik.
b. Menentukan sistem organisasi pesan
c. Memikirkan teknik menutup pidato yang mengesankan.
2.
Manuskrip
Pidato manuskrip atau
disebut juga pidato naskah. Pada pidato ini juru pidato membacakan naskah
pidato dari awal hingga akhir. Pidato manuskrip diperlukan oleh tokoh
nasioanal. Hal ini dikarenakan kesalahan kata yang diucapkan oleh tokoh
nasional akan menimbulkan kekacauan dan berakibat jelek bagi pembicara.
Manuskrip juga dilakukan oleh ilmuwan dalam melaporkan hasil penelitiannya pada
pertemuan ilmiah. Pidato radio juga dapat menggunakan manuskrip tanpa kelihatan
oleh pendengarnya.
Pidato manuskrip
memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut.
a. Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya
sehingga dapat menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang.
b. Pernyataan dapat dihemat, karena manuskrip
dapat disusun kembali.
c. Kefasihan bicara dapat dicapai, karena
kata-kata sudah disiapkan.
d. Ha-hal yang ngawur atau menyimpang dapat
dihindari.
e. Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.
Sementara itu kekurangan pidato
manuskrip sebagai berikut.
a. Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara
tidak berbicara langsung kepada mereka.
b. Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan
baik, sehingga akan kehilangan gerak dan bersifat kaku.
c. Umpan balik dari pendegar tidak dapat
mengubah, memperpendek atau memperpanjang pesan.
d. Perbuatannya lebih lama dan sekadar menyiapkan
garis-garis besarnya saja.
Kekurangan-kekurangan
tersebut dapat diminimalisir dengan menerapkan petunjuk berikut dalam
penyusunan dan penyampaian manuskrip.
a. Menyusun lebih dahulu garis-garis besar dan
menyiapkan bahan-bahan pidato.
b. Menulis manuskrip seakan-akan berbicara.
Menggunakan gaya percakapan yang lebih formal dan langsung.
c. Membaca naskah berkali-kali sambil
membayangkan pendengar.
d. Menghafalkan sekadarnya sehingga dapat lebih
sering melihat pendengar.
e. Menyiapkan manuskrip dengan ketikan besar,
tiga spasi dan batas pinggir yang luas.
3.
Memoriter
Penyajian lisan yang dibawakan dengan
metode ini tidak saja direncanakan, tetapi ditulis secara lengkap kemudian dihafal kata demi kata (Hepi:2011). Pidato memoriter memugkinkan ungkapan yang tepat, organisasi yang
berencana, pemilihan bahasa yang teliti, gerak dan isyarat yang diintegrasikan
dengan uraian. Pidato memoriter memiliki keuntungan yang sama dengan
pidato manuskrip dan juru pidato dapat melihat atau bertatapan dengan audiens.
Adapun kekurangan pidato memoriter
sebagai berikut.
a. Tidak terjalin hubungan antara pesan dengan
pendengar.
b. Komunikasi kurang langsung.
c. Memerlukan banyak waktu dalam persiapan.
d. Bersifat kurang spontan
e. Perhatian beralih dari kata-kata kepada usaha
mengingat-ingat.
f. Bila satu kata atau lebih hilang dari ingatan,
maka konsentrasi akan hilang dan teks secara keseluruhan hilang dari ingatan.
4.
Ekstemporer
Ekstemporer adalah
jenis pidato yang paling baik dan paling sering dilakukan oleh juru pidato yang
mahir. Pidato sudah dipersiapkan sebelumnya dengan menyiapkan teks atau naskah
pidato, kemudian membuat garis-garis besar (outline) dari naskah tersebut dan
pokok-pokok penunjang pembahasan, selanjutnya juru pidato memahami garis-garis
besar pidato tanpa berusaha mengingatnya kata demi kata. Pada saat berpidato,
juru pidato dapat melihat garis-garis besar pidato sebagai pedoman untuk mengatur gagasan yang
ada dalam pikiran. Keuntungan dari pidato ekstemporer sebagai berikut.
a.
Komunikasi pembicara lebih baik karena pembicara
berbicara langsung kepada khalayak.
b.
Pesan dapat fleksibel untuk diubah sesuai dengan
kebutuhan.
c.
Penyajian lebih spontan.
Namun, terdapat
kekurangan pidato ekstemporer bagi juru pidato pemula atau yang belum ahli yakni:
a.
persiapan kurang baik jika dibuat terburu-buru;
b.
pemilihan bahasa yang jelek;
c.
kefasihan terhambat karena kesukaran memilih kata
dengan segera;
d.
kemungkinan menyimpang dari garis besar pidato; dan
e.
tidak dapat dijadikan bahan terbitan.
C.
Memilih Topik dan Tujuan
Sebelum juru pidato melakukan tugasnya yakni
berpidato, terlebih dahulu juru pidato harus menentukan topik atau bahasan yang
akan disampaikan dan tujuan apa yang dapat dicapai bagi khalayak. Topik dan
tujuan pidato memiliki hubungan yang sangat erat.
1.
Sumber-Sumber Topik
Pada saat kita menyusun sebuah pidato,
terkadang kita bingung menentukan topik yang akan kita sampaikan. Padahal, kita
dapat mengangkat sebuah topik dari kehidupan sehari-hari. Berikut ini
sumber-sumber yang dapat dijadikan sebuah topik dalam pidato menurut Prof Wayne
N. Thompson dalam Jalaluddin (1999:20).
a. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi yang dapat dijadikan topik seperti: perjalanan, tempat
yang pernah dikunjungi, kelompok, wawancara dengan tokoh, kejadian luar biasa,
peristiwa lucu, kelakuan atau adat yang aneh, dsb.
b. Hoby dan keterampilan
Hoby dan keterampilan yang dapat dijadikan topik seperti: cara melakukan
sesuatu, cara bekerja sesuatu, peraturan dan tata-cara, dsb.
c. Pengalaman pekerjaan atau profesi
Pengalaman pekerjaan atau profesi yang dapat dijadikan topik seperti
pekerjaan tambahan dan profesi keluarga.
d. Pelajaran sekolah atau kuliah
Pelajaran sekolah atau kuliah yang dapat dijadikan topik seperti hasil
penelitian dan hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut.
e. Pendapat pribadi
Pendapat pribadi yang dapat dijadikan topik seperti: kritikan pada
permainan, film, buku, puisi, pidato atau siaran radio dan televisi; hasil
pengamatan sendiri, dsb.
f. Peristiwa hangat dan pembicaraan publik
Peristiwa hangat dan pembicaraan publik yang dapat dijadikan topik seperti:
berita halaman muka surat kabar, topik tajuk rencana, artikel pada kolom yang
lain, berita radio dan televisi, topik surat kabar daerah, berita dan tajuk
surat kabar kampus, percakapan di antara mahasiswa, kuliah, penemuan mutakhir,
peristiwa yang bakal terjadi, dsb.
g. Masalah abadi
Masalah abadi yang dapat dijadikan topik seperti: agama, pendidikan, soal
masyarakat yang belum selesai, problem pribadi, dsb.
h. Kilasan biografi
Kilasan biografi yang dapat dijadikan topik yakni orang-orang yang
terkenal.
i. Kejadian khusus
Kejadian khusus yang dapat dijadikan topik seperti perayaan atau peringatan
dan peristiwa yang erat kaitannya dengan peringatan.
j. Minat khalayak
Minat khalayak yang dapat dijadikan topik seperti: pekerjaan, hobby, rumah
tangga, pengembangan diri, kesehatan penampilan, tambahan ilmu, minat khusus,
dsb.
2.
Kriteria Topik yang Baik
Topik yang baik dalam sebuah pidato, biasanya
memenehui salah satu atau beberapa topik berikut.
a. Topik sesuai dengan latar belakang pengetahuan
pembicara atau pendengar ataupun kedua-duanya.
Topik yang paling baik adalah topik yang memungkinkan pembicara lebih tahu
dari pada pendengar tetapi dapat dicerna atau dimengerti oleh pendengar karena
pendegar memiliki sedikit pengetahuan mengenai topik yang dibicarakan oleh
pembicara.
b. Topik menarik minat pembicara atau pendengar
ataupun kedua-duanya.
Suatu pidato akan menjadi lebih enak didengar apabila topik yang dibawakan
merupakan topik yang paling disenangi atau menyentuh emosi pembicara tanpa
mengabaikan minat pendengar. Hal ini sangat berguna agar pembicara dapat lancar
mengemukakan pidato karena sesuai dengan minat pembicara dan agar pendengar
tidak meninggalkan atau mengabaikan pembicara karena mereka merasa tertarik
dengan apa yang dibicarakan. Topik yang menarik bagi pembicara umumunya berkaitan
dengan pengalaman pribadi. Sementara topik yang menjadi minat pendengar umumnya
berupa hal-hal yang baru dan eksotik, petualangan, konflik, ketidakpastian,
dsb.
c. Topik jelas ruang lingkup dan pembatasannya.
Topik suatu pidato tidak boleh terlalu luas. Topik yang baik memiliki ruang
lingkup. Ruang lingkup inilah yang membatasi pembicaraa agar tidak merambat ke
pembicaraan lain yang menjadikan pembicaraan yang ‘ngawur’. Misalnya, topik
yang kita ambil yakni bahasa. Bahasa sangat luas pembahasannya, maka kita
persempit menjadi bahasa di negara Indonesia. Namun, pembahasan tersebut masih
luas, sehingga kita persempit lagi bahasa pada kalangan remaja di Indonesia.
d. Topik sesuai dengan waktu dan situasi.
Topik suatu pidato harus sesuai dengan waktu dan situasi pada saat pidato
itu disampaikan. Topik pidato yang dibawakan pada saat orasi ilmiah tentu
berbeda denga topik yang dibawakan pada saat pesta jamuan makan. Waktu juga
memengaruhi luas-sempitnya pembicaraan. Misalnya, jika waktu pidato yang
diberikan tujuh menit dengan topik bahasa pada kalangan remaja di Indonesia,
maka yang dibicarakan hanya cara atau fenomena remaja dalam berbahasa, tidak
perlu menyampaikan penyebab dan akibat fenomena tersebut.
e. Topik dapat ditunjang dengan bahan yang lain.
Suatu topik pidato yang dibicarakan perlu ditunjang dengan bahan yang lain.
Hal ini sangat berguna untuk menambah nilai tambah pada materi pidato yang
dibawakan dan juga menimbulkan presepsi yang baik dari pendengar pada
pembicara.
3.
Merumuskan Judul
Topik dalam pidato memiliki hubungan erat
dengan judul pidato. Topik adalah pokok bahasan yang akan diulas, sementara
judul adalah nama yang diberikan pada pokok bahasan tersebut. Judul biasanya
dikemukakan lebih dahulu pada khalayak. Syarat sebuah judul sebagai berikut.
a. Relevan
Relevan berarti ada hubungannya dengan pokok-pokok bahasan. Judul merupakan
gambaran dari pokok-pokok bahasan.
b. Provokatif
Provokatif berarti dapat menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme
khalayak. Judul selain bersifat relevan, judul juga harus menimbulkan rasa
penasaran khalayak untuk mendengar pembahasan yang dikemukakan oleh juru
pidato.
c. Singkat
Singkat berarti berisi kalimat yang pendek dan mudah diingat serta mudah
diketahui maksudnya. Judul dalam pidato tidak menggunakan kalimat yang panjang,
tetapi menggunakan kalimat singkat, padat, dan jelas.
4.
Menentukan Tujuan
Pidato memiliki tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum pidato dirumuskan dalam tiga hal yakni memberitahukan (informatif),
memengaruhi (persuasif), dan menghibur (rekreatif). Pidato biasanya tidak hanya
memiliki satu sifat, tetapi biasanya terdiri atas beberapa sifat yang dipadukan
dalam satu jenis pidato.
a. Pidato informatif
Pidato informatif ditujukan untuk menambah
pengetahuan pendengar. Komunikasi diharapkan memeroleh penjelasan, menaruh
minat dan memiliki pengertian tentang persoalan yang dibicarakan.
b. Pidato persuasif
Pidato persuasif ditujukan agar orang
memercayai sesuatu, melakukannya atau terbakar semangat dan antusiasmenya.
Keyakinan, tindakan dan semangat adalah bentuk reaksi yang diharapkan. Bila
khalayak tidak mungkin dapat bertindak karena tidak ada kemampuan untuk itu,
mereka diharapkan memiliki keyakinan saja tentang proposisi yang diajukan.
c. Pidato rekreatif
Pidato rekraetif merupakan pidato yang paling
sukar dan paling cepat diketahui hasilnya. Perhatian, kesenangan, dan humor
merupakan reaksi pendengar yang diharapkan. Bahasa yang digunakan dalam pidato
ini bersifat enteng, segar, dan mudah dicerna. Juru pidato dalam mengemukakan
pidato rekreatif memerlukan akting yang menawan dan kecerdasan untuk
membangkitkan hasrat untuk tertawa.
Adapun tujuan khusus dari pidato adalah tujuan yang dapat dijabarkan dari
tujuan umum. Tujuan khusus bersifat kongkret dan setidaknya dapat diukur atau
dibuktikan segera.
Hubungan antara topik, judul, tujuan umum, dan tujuan khusus dapa dilihat
pada contoh berikut.
1.
Topik : Faedah memiliki sifat pemaaf
Judul :
Pemaaf sumber kebahagiaan
Tujuan umum :
Informatif (memberitahu)
Tujuan khusus :
Pendengar mengetahui bahwa
a.
Sifat dendam
menimbulkan gangguan jasmani dan rohani
b.
Sifat pemaaf
menimbulkan ketentraman jiwa dan kesehatan
2.
Topik : Keuntungan mengikuti Keluarga
Berencana
Judul : Keluarga Berencana
Keluarga Sejahtera
Tujuan umum :
Persuasif (memengaruh)
Tujuan khusus :
Pendengar dapat
a.
Memeroleh
keyakinan tentang manfaat KB
b.
Menghubungi
petugas-petugas lapangan KB
3.
Topik : Kelucuan orang-orang besar
Judul :
Kalau Profesor sudah pelupa
Tujuan umum :
Rekreatif (menghibur)
Tujuan khusus :
Pendengar dapat menikmati kisah lucu David Hume, Einstein, Schopenhauer, dsb.
D.
Mengembangkan Bahasan
A. R. Sjahab
mengembangkan bahasan dengan menggunakan penjelasan contoh dan ilustrasi
hipotesis. Teknik tersebut dapat dikelompokkan menjadi enam macam sebagai
berikut.
1. Penjelasan
Penjelasan yang
sempurna selalu menyertakan keterangan penunjang lainnya. Penjelasan biasanya
terdapat pada pidato informatif dan pidato persuasif. Pada pidato informatif, seluruh
uraian merupakan penjelasan. Penjelasan dalam arti terbatas, berarti keterangan
yang sederhana dan tidak terinci. Penjelasan mempersiapkan pendegar kepada
keterangan penunjang lainnya. Penjelasan dapat dilakukan dengan cara yakni
definisi atau alat-alat visual. Definisi adalah keterangan tetang suatu kata
atau istilah. Berikut berbagai jenis definisi.
a.
Definisi-etimologis
Definisi etimologis adalah definisi yang berupa
keterangan arti kata dari kata asal.
b.
Definisi-ahli
Definisi ahli adalah definisi yang diulas oleh
beberapa ahli atau keterangan menurut pandangan seorang atau beberapa ahli.
c.
Definisi-contoh
Definisi contoh adalah definisi dengan memberikan
contoh secara langsung yang dapat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
d.
Definisi-uraian
Definisi uraian adalah definisi yang menjelaskan
secara rinci, ruang lingkup, dan bagian-bagiannya.
e.
Definisi-penolakan
Definisi penolakan adalah definisi yang
menekankan hal yang tidak mungkin terjadi pada hal yang dijelaskan.
2. Contoh
Manusia sukar
menerima hal-hal yang abstrak. Contoh dapat mengongkretkan gagasan, sehingga
lebih mudah dan dipahami. Contoh dapat berupa cerita yang terinci dan ini kita
sebut ilustrasi. Ada dua macam ilustrasi: hipotesis dan faktual.
a.
Ilustrasi hipotesis
Ilustrasi hipotesis terjadi bila pembicara
membayangkan sesuatu yang akan terjadi atau menceritakan perumpamaan dengan
tokoh rekaan sebagai penjelas pertanyaan sebelumnya.
b.
Ilustrasi faktual
Ilustrasi faktual merupakan ilustrasi yang berupa
cerita yang sebenarnya terjadi dalam khazanah kehidupan, kisah orang-orang
besar atau peristiwa aktual dalam surat kabar dan majalah dapat dipakai untuk
memperjelas pidato.
Adapun jenis contoh
yang tidak terinci disebut pemisalan. Pemisalan adalah ilustrasi faktual yang
dipadatkan yang dibuat karena pertimbangan waktu dan banyak contoh.
3. Analogi
Analogi adalah
perbandingan antara dua hal atau lebih untuk menunjukkan persamaannya atau
perbedaannya. Ada dua macam analogi yakni harfiyah dan kiasan.
a.
Analogi harfiyah
Analogi harfiyah adalah perbandingan di antara
objek-objek dari kelompok yang sama, karena adanya persamaaan dalam beberapa
aspek tertentu.
b.
Analogi kiasan
Analogi kiasan adalah perbandingan di antara
objek-objek dari kelompok yang berbeda.
4. Testimoni
Testimoni adalah
pernyataan ahli yang kita kutip untuk menunjang pembicaraan kita. Pendapat itu
dapat diambil dari pidato, karangan, artikel, laporan, termasuk kutipan kitab
suci, undang-undang atau hasil sastra, dsb.. Testimoni dapat dipergunakan untuk
memperlengkap keterangan.
5. Statistik
Statistik adalah
angka-angka yang dipergunakan untuk menunjukkan perbandingan kasus dalam jenis
tertentu. Statistik diambil untuk menimbulkan kesan yang kuat, memperjelas dan
meyakinkan. Statistik yang baik apabila statistik tersebut dibuat kongkret dan
tidak membosankan. Hal tersebut dapat ditempuh dengan menggunakan bilangan yang
dibulatkan, menghubungkan dengan hal-hal yang dapat diketahui khalayak, dan
menunjukkan sumber statistik yang tertentu. Statistik yang baik untuk retorika
tidak sama dengan statistik dalam laporan penelitian, tetapi ‘diolah’ kembali
dalam bentuk yang mudah ‘dicerna’.
6. Perulangan
Perulangan dapat
menimbulkan kesan yang kuat. Perulangan bukan hanya sekedar menyebut kembali
kata-kata yang telah diucapkan tetapi juga menyebutkan gagasan yang sama dengan
kata-kata yang berbeda. Perulangan berfungsi mengingatkan kembali dengan
penyajian yang berbeda.
III.
Penutup
Pidato yang baik harus didahului dengan
persiapan yang matang. Tahapan persiapan pidato merupakan tahap yang harus
dilakukan dalam menyiapkan pidato. Tahap
persiapan pidato yang pertama yakni harus mengetahui jenis-jenis pidato. Pidato
secara umum terbagi atas pidato impromptu, pidato manuskrip, pidato memoriter,
dan pidato ekstemporer. Setelah mengetahui jenis-jenis pidato, kita harus
menentukan topik dan tujuan yang kita sampaikan saat berpidato. Topik dapat
diambil berdasarkan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sekitar. Topik
memiliki beberapa kriteria yakni sesuai dengan latar belakang pengetahuan
pembicara dan pendengar, menarik minat pembicara dan pendengar, jelas ruang
lingkup dan pembatasnya, sesuai dengan waktu dan situasi, dan dapat ditunjang
dengan bahan yang lain. Judul yang dipilih harus sesuai dengan topik yang
disampaikan. Tujuannya pun berdasarkan jenis pidato yang dibawakan. Setelah
menentukan topik, judul, dan tujuan, juru bicara harus mengembangkan bahasan.
Pengembangan bahasan dapat dilakukan dengan penjelasan, contoh, analogi,
testimoni, statistik, dan perulangan.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmawati, dkk. 2014. “Berpidato”. Makassar: UNM
Rakhmat, Jalaluddin. 1999. Retorika Modern Pendekatan Proses. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Komentar
Posting Komentar