Retorika


   Pidato: Tahap Persiapan Pidato
Oleh Shafariana, dkk.
I.     Pendahuluan
Karunia yang diberikan oleh Sang Pencipta adalah kemampuan berbicara. Suatu kemampuan yang digunakan untuk mengungkapkan isi hati melalui bunyi-bunyi bahasa yang dikeluarkan dari mulut. Oleh karena itu, bahasa merupakan alat berkomunikasi.
Retorika merupakan suatu seni dalam keterampilan berbicara. Seseorang memerlukan suatu keterampilan dan seni dalam berbicara sehingga timbul rasa antusias pada pendengar dan informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Salah satu bentuk retorika yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yakni pidato.
Pidato merupakan bentuk retorika yang sering kita dengarkan dalam kehidupan sehari-hari baik itu di sekolah, masyarakat, ataupun pemerintahan. Pidato yang baik tentu memiliki penyusunan pidato yang baik pula. Penyusunan pidato tersebut meliputi tahap persiapan, tahap penyusunan, dan tahap penyampaian. Tahap persiapan pidato sangat menentukan penyusunan pidato dan penyampaian pidato itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut, makalah ini membahas mengenai pidato khususny tahap persiapan pidato. Makalah ini diharapkan membantu para juru pidato dalam mempersiapkan pidato yang akan diujarkan khususnya bagi juru pidato pemula.


II.  PEMBAHASAN
A.  Tahap Persiapan Pidato
Pidato yang baik harus didahului dengan persiapan yang matang. Tahapa persiapan pidato merupakan tahap yang harus dilakukan dalam menyiapkan pidato.
B.  Jenis-jenis Pidato
Pidato memiliki berbagai jenis. Berikut jenis pidato berdasarkan sifat dari isi pidato.
1.    Pidato Pembukaan
Pidato pembukaan adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau mc sebagai bentuk pembukaan suatu acara.
2.    Pidato Pengarahan
Pidato pengarahan adalah pidato yang digunakan untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
3.    Pidato Sambutan
Pidato sambutan merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan  atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan  oleh beberapa orang  yang dianggap penting dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
4.    Pidato Peresmian
Pidato peresmian adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.

5.    Pidato Laporan
Pidato laporan yakni pidato yang isinya melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
6.    Pidato Pertanggungjawaban
Pidato pertanggungjawaban adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban.
(Afandi:2012).
Selain jenis pidato berdasarkan sifat dari isi pidato, berikut beberapa jenis pidato berdasarkan metode yang digunakan.
1.    Impromtu
Pidato impromtu merupakan pidato yang dilakukan secara darurat, mendadak. Pidato impromtu memiliki kelebihan atau manfaat bagi juru pidato yang berpengalaman. Manfaat tersebut sebagai berikut.
a.    Impromtu lebih dapat mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya, karena pembicara tidak memikirkan dulu pendapat yang disampaikannya
b.    Gagasan dan pendapatnya datang secara spontan, sehingga tampak segar dan hidup
c.    Impromtu memungkinkan juru pidato terus berpikir.
Selain manfaat, pidato impromtu juga memiliki kekurangan terutama bagi juru pidato pemula. Kekurangan pidoto impromtu sebagai berikut.
a.    Impromtu dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah, karena dasar pengetahuan yang tidak memadai.
b.    Impromtu mengakibatkan penyampaian yang tersendat-sendat dan tidak lancar.
c.    Gagasan yang disampaikan dapat ‘acak-acakan’ dan ngawur
d.    Kemungkinan ‘demam panggung’ sangat besar terjadi.
Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan jika kondisi mengharuskan terjadinya impromtu.
a.    Memikirkan lebih dahulu teknik permulaan pidato yang baik.
b.    Menentukan sistem organisasi pesan
c.    Memikirkan teknik menutup pidato yang mengesankan.
2.    Manuskrip
Pidato manuskrip atau disebut juga pidato naskah. Pada pidato ini juru pidato membacakan naskah pidato dari awal hingga akhir. Pidato manuskrip diperlukan oleh tokoh nasioanal. Hal ini dikarenakan kesalahan kata yang diucapkan oleh tokoh nasional akan menimbulkan kekacauan dan berakibat jelek bagi pembicara. Manuskrip juga dilakukan oleh ilmuwan dalam melaporkan hasil penelitiannya pada pertemuan ilmiah. Pidato radio juga dapat menggunakan manuskrip tanpa kelihatan oleh pendengarnya.
Pidato manuskrip memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut.
a.    Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang.
b.    Pernyataan dapat dihemat, karena manuskrip dapat disusun kembali.
c.    Kefasihan bicara dapat dicapai, karena kata-kata sudah disiapkan.
d.   Ha-hal yang ngawur atau menyimpang dapat dihindari.
e.    Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.
Sementara itu kekurangan pidato manuskrip sebagai berikut.
a.    Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak berbicara langsung kepada mereka.
b.    Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik, sehingga akan kehilangan gerak dan bersifat kaku.
c.    Umpan balik dari pendegar tidak dapat mengubah, memperpendek atau memperpanjang pesan.
d.   Perbuatannya lebih lama dan sekadar menyiapkan garis-garis besarnya saja.
Kekurangan-kekurangan tersebut dapat diminimalisir dengan menerapkan petunjuk berikut dalam penyusunan dan penyampaian manuskrip.
a.    Menyusun lebih dahulu garis-garis besar dan menyiapkan bahan-bahan pidato.
b.    Menulis manuskrip seakan-akan berbicara. Menggunakan gaya percakapan yang lebih formal dan langsung.
c.    Membaca naskah berkali-kali sambil membayangkan pendengar.
d.   Menghafalkan sekadarnya sehingga dapat lebih sering melihat pendengar.
e.    Menyiapkan manuskrip dengan ketikan besar, tiga spasi dan batas pinggir yang luas.
3.    Memoriter
Penyajian lisan yang dibawakan dengan metode ini tidak saja direncanakan, tetapi ditulis secara lengkap kemudian dihafal kata demi kata (Hepi:2011). Pidato memoriter memugkinkan ungkapan yang tepat, organisasi yang berencana, pemilihan bahasa yang teliti, gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian. Pidato memoriter memiliki keuntungan yang sama dengan pidato manuskrip dan juru pidato dapat melihat atau bertatapan dengan audiens. Adapun kekurangan pidato memoriter sebagai berikut.
a.    Tidak terjalin hubungan antara pesan dengan pendengar.
b.    Komunikasi kurang langsung.
c.    Memerlukan banyak waktu dalam persiapan.
d.   Bersifat kurang spontan
e.    Perhatian beralih dari kata-kata kepada usaha mengingat-ingat.
f.     Bila satu kata atau lebih hilang dari ingatan, maka konsentrasi akan hilang dan teks secara keseluruhan hilang dari ingatan.
4.    Ekstemporer
Ekstemporer adalah jenis pidato yang paling baik dan paling sering dilakukan oleh juru pidato yang mahir. Pidato sudah dipersiapkan sebelumnya dengan menyiapkan teks atau naskah pidato, kemudian membuat garis-garis besar (outline) dari naskah tersebut dan pokok-pokok penunjang pembahasan, selanjutnya juru pidato memahami garis-garis besar pidato tanpa berusaha mengingatnya kata demi kata. Pada saat berpidato, juru pidato dapat melihat garis-garis besar pidato  sebagai pedoman untuk mengatur gagasan yang ada dalam pikiran. Keuntungan dari pidato ekstemporer sebagai berikut.
a.    Komunikasi pembicara lebih baik karena pembicara berbicara langsung kepada khalayak.
b.    Pesan dapat fleksibel untuk diubah sesuai dengan kebutuhan.
c.    Penyajian lebih spontan.
Namun, terdapat kekurangan pidato ekstemporer bagi juru pidato pemula  atau yang belum ahli yakni:
a.    persiapan kurang baik jika dibuat terburu-buru;
b.    pemilihan bahasa yang jelek;
c.    kefasihan terhambat karena kesukaran memilih kata dengan segera;
d.   kemungkinan menyimpang dari garis besar pidato; dan
e.    tidak dapat dijadikan bahan terbitan.
C.  Memilih Topik dan Tujuan
Sebelum juru pidato melakukan tugasnya yakni berpidato, terlebih dahulu juru pidato harus menentukan topik atau bahasan yang akan disampaikan dan tujuan apa yang dapat dicapai bagi khalayak. Topik dan tujuan pidato memiliki hubungan yang sangat erat.


1.    Sumber-Sumber Topik
Pada saat kita menyusun sebuah pidato, terkadang kita bingung menentukan topik yang akan kita sampaikan. Padahal, kita dapat mengangkat sebuah topik dari kehidupan sehari-hari. Berikut ini sumber-sumber yang dapat dijadikan sebuah topik dalam pidato menurut Prof Wayne N. Thompson dalam Jalaluddin (1999:20).
a.    Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi yang dapat dijadikan topik seperti: perjalanan, tempat yang pernah dikunjungi, kelompok, wawancara dengan tokoh, kejadian luar biasa, peristiwa lucu, kelakuan atau adat yang aneh, dsb.
b.    Hoby dan keterampilan
Hoby dan keterampilan yang dapat dijadikan topik seperti: cara melakukan sesuatu, cara bekerja sesuatu, peraturan dan tata-cara, dsb.
c.    Pengalaman pekerjaan atau profesi
Pengalaman pekerjaan atau profesi yang dapat dijadikan topik seperti pekerjaan tambahan dan profesi keluarga.
d.   Pelajaran sekolah atau kuliah
Pelajaran sekolah atau kuliah yang dapat dijadikan topik seperti hasil penelitian dan hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut.
e.    Pendapat pribadi
Pendapat pribadi yang dapat dijadikan topik seperti: kritikan pada permainan, film, buku, puisi, pidato atau siaran radio dan televisi; hasil pengamatan sendiri, dsb.
f.     Peristiwa hangat dan pembicaraan publik
Peristiwa hangat dan pembicaraan publik yang dapat dijadikan topik seperti: berita halaman muka surat kabar, topik tajuk rencana, artikel pada kolom yang lain, berita radio dan televisi, topik surat kabar daerah, berita dan tajuk surat kabar kampus, percakapan di antara mahasiswa, kuliah, penemuan mutakhir, peristiwa yang bakal terjadi, dsb.
g.    Masalah abadi
Masalah abadi yang dapat dijadikan topik seperti: agama, pendidikan, soal masyarakat yang belum selesai, problem pribadi, dsb.
h.    Kilasan biografi
Kilasan biografi yang dapat dijadikan topik yakni orang-orang yang terkenal.
i.      Kejadian khusus
Kejadian khusus yang dapat dijadikan topik seperti perayaan atau peringatan dan peristiwa yang erat kaitannya dengan peringatan.
j.      Minat khalayak
Minat khalayak yang dapat dijadikan topik seperti: pekerjaan, hobby, rumah tangga, pengembangan diri, kesehatan penampilan, tambahan ilmu, minat khusus, dsb.



2.    Kriteria Topik yang Baik
Topik yang baik dalam sebuah pidato, biasanya memenehui salah satu atau beberapa topik berikut.
a.    Topik sesuai dengan latar belakang pengetahuan pembicara atau pendengar ataupun kedua-duanya.
Topik yang paling baik adalah topik yang memungkinkan pembicara lebih tahu dari pada pendengar tetapi dapat dicerna atau dimengerti oleh pendengar karena pendegar memiliki sedikit pengetahuan mengenai topik yang dibicarakan oleh pembicara.
b.    Topik menarik minat pembicara atau pendengar ataupun kedua-duanya.
Suatu pidato akan menjadi lebih enak didengar apabila topik yang dibawakan merupakan topik yang paling disenangi atau menyentuh emosi pembicara tanpa mengabaikan minat pendengar. Hal ini sangat berguna agar pembicara dapat lancar mengemukakan pidato karena sesuai dengan minat pembicara dan agar pendengar tidak meninggalkan atau mengabaikan pembicara karena mereka merasa tertarik dengan apa yang dibicarakan. Topik yang menarik bagi pembicara umumunya berkaitan dengan pengalaman pribadi. Sementara topik yang menjadi minat pendengar umumnya berupa hal-hal yang baru dan eksotik, petualangan, konflik, ketidakpastian, dsb.


c.    Topik jelas ruang lingkup dan pembatasannya.
Topik suatu pidato tidak boleh terlalu luas. Topik yang baik memiliki ruang lingkup. Ruang lingkup inilah yang membatasi pembicaraa agar tidak merambat ke pembicaraan lain yang menjadikan pembicaraan yang ‘ngawur’. Misalnya, topik yang kita ambil yakni bahasa. Bahasa sangat luas pembahasannya, maka kita persempit menjadi bahasa di negara Indonesia. Namun, pembahasan tersebut masih luas, sehingga kita persempit lagi bahasa pada kalangan remaja di Indonesia.
d.   Topik sesuai dengan waktu dan situasi.
Topik suatu pidato harus sesuai dengan waktu dan situasi pada saat pidato itu disampaikan. Topik pidato yang dibawakan pada saat orasi ilmiah tentu berbeda denga topik yang dibawakan pada saat pesta jamuan makan. Waktu juga memengaruhi luas-sempitnya pembicaraan. Misalnya, jika waktu pidato yang diberikan tujuh menit dengan topik bahasa pada kalangan remaja di Indonesia, maka yang dibicarakan hanya cara atau fenomena remaja dalam berbahasa, tidak perlu menyampaikan penyebab dan akibat fenomena tersebut.
e.    Topik dapat ditunjang dengan bahan yang lain.
Suatu topik pidato yang dibicarakan perlu ditunjang dengan bahan yang lain. Hal ini sangat berguna untuk menambah nilai tambah pada materi pidato yang dibawakan dan juga menimbulkan presepsi yang baik dari pendengar pada pembicara.

3.    Merumuskan Judul
Topik dalam pidato memiliki hubungan erat dengan judul pidato. Topik adalah pokok bahasan yang akan diulas, sementara judul adalah nama yang diberikan pada pokok bahasan tersebut. Judul biasanya dikemukakan lebih dahulu pada khalayak. Syarat sebuah judul sebagai berikut.
a.    Relevan
Relevan berarti ada hubungannya dengan pokok-pokok bahasan. Judul merupakan gambaran dari pokok-pokok bahasan.
b.    Provokatif
Provokatif berarti dapat menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme khalayak. Judul selain bersifat relevan, judul juga harus menimbulkan rasa penasaran khalayak untuk mendengar pembahasan yang dikemukakan oleh juru pidato.
c.    Singkat
Singkat berarti berisi kalimat yang pendek dan mudah diingat serta mudah diketahui maksudnya. Judul dalam pidato tidak menggunakan kalimat yang panjang, tetapi menggunakan kalimat singkat, padat, dan jelas.
4.    Menentukan Tujuan
Pidato memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pidato dirumuskan dalam tiga hal yakni memberitahukan (informatif), memengaruhi (persuasif), dan menghibur (rekreatif). Pidato biasanya tidak hanya memiliki satu sifat, tetapi biasanya terdiri atas beberapa sifat yang dipadukan dalam satu jenis pidato.
a.    Pidato informatif
Pidato informatif ditujukan untuk menambah pengetahuan pendengar. Komunikasi diharapkan memeroleh penjelasan, menaruh minat dan memiliki pengertian tentang persoalan yang dibicarakan.
b.    Pidato persuasif
Pidato persuasif ditujukan agar orang memercayai sesuatu, melakukannya atau terbakar semangat dan antusiasmenya. Keyakinan, tindakan dan semangat adalah bentuk reaksi yang diharapkan. Bila khalayak tidak mungkin dapat bertindak karena tidak ada kemampuan untuk itu, mereka diharapkan memiliki keyakinan saja tentang proposisi yang diajukan.
c.    Pidato rekreatif
Pidato rekraetif merupakan pidato yang paling sukar dan paling cepat diketahui hasilnya. Perhatian, kesenangan, dan humor merupakan reaksi pendengar yang diharapkan. Bahasa yang digunakan dalam pidato ini bersifat enteng, segar, dan mudah dicerna. Juru pidato dalam mengemukakan pidato rekreatif memerlukan akting yang menawan dan kecerdasan untuk membangkitkan hasrat untuk tertawa.
Adapun tujuan khusus dari pidato adalah tujuan yang dapat dijabarkan dari tujuan umum. Tujuan khusus bersifat kongkret dan setidaknya dapat diukur atau dibuktikan segera.
Hubungan antara topik, judul, tujuan umum, dan tujuan khusus dapa dilihat pada contoh berikut.
1.    Topik             : Faedah memiliki sifat pemaaf
Judul                         : Pemaaf  sumber kebahagiaan
Tujuan umum            : Informatif (memberitahu)
Tujuan khusus           : Pendengar mengetahui bahwa
a.    Sifat dendam menimbulkan gangguan jasmani dan rohani
b.    Sifat pemaaf menimbulkan ketentraman jiwa dan kesehatan
2.    Topik             : Keuntungan mengikuti Keluarga Berencana
Judul                         : Keluarga Berencana Keluarga Sejahtera
Tujuan umum            : Persuasif (memengaruh)
Tujuan khusus           : Pendengar dapat
a.    Memeroleh keyakinan tentang manfaat KB
b.    Menghubungi petugas-petugas lapangan KB
3.    Topik             : Kelucuan orang-orang besar
Judul                         : Kalau Profesor sudah pelupa
Tujuan umum            : Rekreatif (menghibur)
Tujuan khusus           : Pendengar dapat menikmati kisah lucu David Hume, Einstein, Schopenhauer, dsb.
D.  Mengembangkan Bahasan
A.  R. Sjahab mengembangkan bahasan dengan menggunakan penjelasan contoh dan ilustrasi hipotesis. Teknik tersebut dapat dikelompokkan menjadi enam macam sebagai berikut.
1.    Penjelasan
Penjelasan yang sempurna selalu menyertakan keterangan penunjang lainnya. Penjelasan biasanya terdapat pada pidato informatif dan pidato persuasif. Pada pidato informatif, seluruh uraian merupakan penjelasan. Penjelasan dalam arti terbatas, berarti keterangan yang sederhana dan tidak terinci. Penjelasan mempersiapkan pendegar kepada keterangan penunjang lainnya. Penjelasan dapat dilakukan dengan cara yakni definisi atau alat-alat visual. Definisi adalah keterangan tetang suatu kata atau istilah. Berikut berbagai jenis definisi.
a.    Definisi-etimologis
Definisi etimologis adalah definisi yang berupa keterangan arti kata dari kata asal.
b.    Definisi-ahli
Definisi ahli adalah definisi yang diulas oleh beberapa ahli atau keterangan menurut pandangan seorang atau beberapa ahli.


c.    Definisi-contoh
Definisi contoh adalah definisi dengan memberikan contoh secara langsung yang dapat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
d.   Definisi-uraian
Definisi uraian adalah definisi yang menjelaskan secara rinci, ruang lingkup, dan bagian-bagiannya.
e.    Definisi-penolakan
Definisi penolakan adalah definisi yang menekankan hal yang tidak mungkin terjadi pada hal yang dijelaskan.
2.    Contoh
Manusia sukar menerima hal-hal yang abstrak. Contoh dapat mengongkretkan gagasan, sehingga lebih mudah dan dipahami. Contoh dapat berupa cerita yang terinci dan ini kita sebut ilustrasi. Ada dua macam ilustrasi: hipotesis dan faktual.
a.    Ilustrasi hipotesis
Ilustrasi hipotesis terjadi bila pembicara membayangkan sesuatu yang akan terjadi atau menceritakan perumpamaan dengan tokoh rekaan sebagai penjelas pertanyaan sebelumnya.
b.    Ilustrasi faktual
Ilustrasi faktual merupakan ilustrasi yang berupa cerita yang sebenarnya terjadi dalam khazanah kehidupan, kisah orang-orang besar atau peristiwa aktual dalam surat kabar dan majalah dapat dipakai untuk memperjelas pidato.
Adapun jenis contoh yang tidak terinci disebut pemisalan. Pemisalan adalah ilustrasi faktual yang dipadatkan yang dibuat karena pertimbangan waktu dan banyak contoh.
3.    Analogi
Analogi adalah perbandingan antara dua hal atau lebih untuk menunjukkan persamaannya atau perbedaannya. Ada dua macam analogi yakni harfiyah dan kiasan.
a.    Analogi harfiyah
Analogi harfiyah adalah perbandingan di antara objek-objek dari kelompok yang sama, karena adanya persamaaan dalam beberapa aspek tertentu.
b.    Analogi kiasan
Analogi kiasan adalah perbandingan di antara objek-objek dari kelompok yang berbeda.
4.    Testimoni
Testimoni adalah pernyataan ahli yang kita kutip untuk menunjang pembicaraan kita. Pendapat itu dapat diambil dari pidato, karangan, artikel, laporan, termasuk kutipan kitab suci, undang-undang atau hasil sastra, dsb.. Testimoni dapat dipergunakan untuk memperlengkap keterangan.
5.    Statistik
Statistik adalah angka-angka yang dipergunakan untuk menunjukkan perbandingan kasus dalam jenis tertentu. Statistik diambil untuk menimbulkan kesan yang kuat, memperjelas dan meyakinkan. Statistik yang baik apabila statistik tersebut dibuat kongkret dan tidak membosankan. Hal tersebut dapat ditempuh dengan menggunakan bilangan yang dibulatkan, menghubungkan dengan hal-hal yang dapat diketahui khalayak, dan menunjukkan sumber statistik yang tertentu. Statistik yang baik untuk retorika tidak sama dengan statistik dalam laporan penelitian, tetapi ‘diolah’ kembali dalam bentuk yang mudah ‘dicerna’.
6.    Perulangan
Perulangan dapat menimbulkan kesan yang kuat. Perulangan bukan hanya sekedar menyebut kembali kata-kata yang telah diucapkan tetapi juga menyebutkan gagasan yang sama dengan kata-kata yang berbeda. Perulangan berfungsi mengingatkan kembali dengan penyajian yang berbeda.









III.              Penutup
Pidato yang baik harus didahului dengan persiapan yang matang. Tahapan persiapan pidato merupakan tahap yang harus dilakukan dalam menyiapkan pidato.  Tahap persiapan pidato yang pertama yakni harus mengetahui jenis-jenis pidato. Pidato secara umum terbagi atas pidato impromptu, pidato manuskrip, pidato memoriter, dan pidato ekstemporer. Setelah mengetahui jenis-jenis pidato, kita harus menentukan topik dan tujuan yang kita sampaikan saat berpidato. Topik dapat diambil berdasarkan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sekitar. Topik memiliki beberapa kriteria yakni sesuai dengan latar belakang pengetahuan pembicara dan pendengar, menarik minat pembicara dan pendengar, jelas ruang lingkup dan pembatasnya, sesuai dengan waktu dan situasi, dan dapat ditunjang dengan bahan yang lain. Judul yang dipilih harus sesuai dengan topik yang disampaikan. Tujuannya pun berdasarkan jenis pidato yang dibawakan. Setelah menentukan topik, judul, dan tujuan, juru bicara harus mengembangkan bahasan. Pengembangan bahasan dapat dilakukan dengan penjelasan, contoh, analogi, testimoni, statistik, dan perulangan.



DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati, dkk. 2014. “Berpidato”. Makassar: UNM
Rakhmat, Jalaluddin. 1999. Retorika Modern Pendekatan Proses. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahasa Daerah Makassar

Apresiasi Puisi Indonesia

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia